Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo Bagi Dunia Politik

BAB IV SUMBANGAN PEMIKIRAN I.J. KASIMO

A. Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo Bagi Dunia Politik

I.J. Kasimo adalah seorang tokoh nasionalis yang memilih terjun ke dalam dunia politik untuk mencapai cita-citanya. Ia adalah seorang politisi berkarakter yang sulit dicari padanannya di masa sekarang ini. Ia menganggap berpolitik adalah sebuah pengabdian, bukannya kesempatan untuk mencari keuntungan. Dalam berpolitik ia tidak pernah menonjolkan jasa-jasa pribadinya kepada orang lain. Ia bekerja dengan kerendahan hati, ketulusan, serta kejujuran. Untuk itulah ia pantas menjadi seorang tokoh inspiratif bagi politikus-politikus di Indonesia khususnya pada masa sekarang ini. Dewasa ini banyak sekali tindakan-tindakan kurang terpuji yang dilakukan oleh elit politik. Perlombaan untuk mendahulukan kepentingan pribadi atau golongan dengan mengabaikan kepentingan umum atau kepentingan bersama, korupsi yang menggerogoti hampir semua elemen politik, serta berbagai perilaku tidak pantas lainnya yang didukung oleh kekuasaan politik tidak jarang mengundang sinisme yang pada gilirannya membuat politik dipandang rendah seakan-akan hanya layak bagi manusia tidak bermoral. 1 Saat ini politik di Indonesia juga cenderung diikuti dengan semangat perlombaan penguatan identitas komunal. Tuntutan untuk mendapatkan pengakuan diri dan identitas kelompok menjadi sangat kuat. Asas partai politik mulai dipersoalkan. Pancasila yang sebelumnya dijadikan asas setiap partai politik 1 Mikhael Dua, dkk, Politik Katolik Politik Kebaikan Bersama, Jakarta :Obor, 2008, hlm. 3. cenderung digugat. Tidak heran, gesekan dan konflik sosial sering terjadi dan hampir tidak terhindarkan. Ruang kemerdekaan yang diciptakan oleh revolusi diisi dengan persaingan politik yang tidak jarang menimbulkan konflik sosial. Sebagian elemen bangsa sibuk dengan upaya penguatan komunal, bukannya menggunakan kesempatannya untuk mendorong bangsa ini ke suatu masa depan yang lebih baik. Akibatnya, mereka yang tidak lagi merasa aman berada dalam ruang publik berlari masuk ke dalam kelompoknya sendiri dan ikut memperkuat diri sehingga tercipta berbagai kelompok yang saling berhadapan secara konfrontatif. Yang menyedihkan, tidak jarang agama dijadikan tameng penguatan diri. 2 Hal semacam itu tentunya sangat jauh dari sikap yang harusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia, yaitu toleransi dan sikap saling menghargai. Padahal untuk menjalankan sistem politik yang baik seharusnya diikuti dengan kesadaran dan kearifan untuk menerima pluralisme. Oleh karena itu, seharusnya pluralisme disadari sebagai sebuah kunci untuk mencapai suatu masyarakat yang demokratis. Bahkan dalam semangat kebersamaan sebagai bangsa, kesadaran akan kemajemukan seharusnya diikuti dengan semangat membangun kerjasama yang saling menguntungkan. Sayangnya, yang terjadi adalah sebaliknya. Selalu saja ada kelompok yang merasa tidak nyaman dan bahkan tidak rela hidup berdampingan dengan mereka yang berbeda. 3 Dari sikap dan tingkah laku seorang politikus akan mudah terlihat apakah dia seorang oportunis ataukah seorang politikus konsekuen dan berkepribadian. Seorang politikus oportunis akan memakai politik untuk kepentingan dirinya 2 Ibid., hlm. 15. 3 Ibid., hlm. 16. seperti memperkaya diri atau memperoleh kekuasaan. Dia tidak akan malu mengubah pendirian politiknya sejauh itu menguntungkan dirinya. Berbeda dengan itu, seorang politikus yang berkepribadian biasanya berpolitik untuk suatu idealisme atau cita-cita tertentu yang diyakininya berguna bagi masyarakat banyak. Oleh karena itu ia akan terus berjuang guna mencapai cita-cita itu, dan tidak mungkin akan mengubah pendirian politiknya di dalam suasana politik yang sebagaimanapun kalau seandainya ia menganggap hal itu bertentangan dengan idealisme yang mendasari perjuangan politiknya. 4 I.J. Kasimo adalah seorang politikus yang berkepribadian. Ia selalu mendahulukan kepentingan orang banyak dibanding kepentingan dirinya sendiri. Ia adalah seorang nasionalis sejati yang memilih terjun ke dunia politik untuk mencapai cita-citanya. Salus populi suprema lex Kesejahteraan Umum adalah hukum yang tertinggi adalah azas perjuangan politik yang utama bagi I.J. Kasimo. Ia mengartikan Salus Populi sebagai tiga prinsip yang menjadi tujuan perjuangan, yaitu keadilan bagi setiap warga negara, demokrasi sebagai sarana dan tujuan perwujudan kehendak rakyat, dan kesejahteraan bangsa yang diwujudkan dalam kemakmuran rakyat yang terlepas dari belenggu kemiskinan dan kebodohan, keadilan, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat. Azas ini memberikan dorongan dan insiprasi kepadanya untuk menerjunkan diri dalam perjuangan politik. Ia percaya bahwa kekatolikan seorang Katolik dibangun tidak dengan membangun diri sendiri, melainkan dengan membangun sesama, dengan menjadikan nasib dan masa depan sesama sebagai bagian dari nasib dan masa 4 Tim Wartawan Kompas, I.J. Kasimo Hidup dan Perjuangannya, Jakarta : PT. Gramedia, 1980, hlm. 164. depannya sendiri. 5 Ia tidak ingin menjadi penonton pasif yang hanya menunggu kebaikan yang diberikan oleh pihak penguasa. Terdapat suatu keyakinan kuat untuk ikut mencerdaskan dan memajukan bangsa melalui politik. Pertama-tama I.J. Kasimo ingin memperjuangkan tempat yang wajar bagi umat Katolik sebagai kelompok minoritas di Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda umat Katolik pribumi dianggap sebagai sekolompok orang yang pro terhadap Belanda. Untuk itulah, ia bersama teman-teman bekas murid kweekschool 6 Muntilan memutuskan untuk mendirikan partai Katolik khusus untuk golongan Katolik pribumi. I.J. Kasimo beranggapan bahwa jalan satu- satunya untuk mendapatkan kepercayaan terhadap masyarakat Indonesia adalah turut berjuang melalui partai Katolik. Memang pada saat itu sudah ada partai lain seperti Indische Partij, Sarekat Islam dan Boedi Oetomo. Namun ia merasakan adanya suatu kekurangan yang tidak dapat dipenuhi oleh partai-partai tersebut. Ia pernah mengatakan bahwa : “Sebab meskipun kita dengan partai-partai nasional itu mempunyai banyak kepentingan-kepentingan nasional bersama, namun disana kita merasa kekurangan banyak satu hal sangat penting, yaitu perhatian terhadap soal agama Katolik di bidang politik. Memang sewajarnya bahwa suatu partai netral tidak dapat memperhatikan kepentingan-kepentingan agama, dan berdasarkan asas netralnya malahan tidak boleh berbuat demikian. Lain dari pada itu meskipun tujuan-tujuan nasional golongan Katolik bangsa kita sama dengan tujuan-tujuan partai netral, namun penentuan syarat- syarat untuk mencapai tujuan tersebut dapat berlainan sekali karena azas dan keyakinan berlainan” 7 Dari ungkapan I.J. Kasimo , ia menyadari jika bergabung dengan partai- partai tersebut, ia tidak bisa berjuang untuk membuktikan bahwa agama Katolik 5 Mikhael Dua, dkk, op.cit., hlm. 11. 6 Kweekschool adalah salah satu jenjang resmi untuk menjadi guru pada zaman Hindia Belanda dengan bahasa pengantar bahasa Belanda. 7 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 24. adalah agama yang nasionalis. Dalam partai-partai tersebut, masih timbul banyak kecurigaan terhadap agama Katolik. Golongan Katolik dinggap sebagai golongan yang mendukung pemerintahan Belanda di Indonesia. Untuk itu ia mempunyai tekad untuk mendirikan partai khusus untuk golongan Katolik. Kesetiaan I.J. Kasimo terhadap kaum pribumi semakin terbukti saat ia tidak mau bergabung dengan IKP Indische Katholieke Partij. IKP adalah partai Katolik yang dimiliki oleh orang Belanda. Jika ia hanya ingin memperkuat identitas agama Katolik, maka tentu saja ia memilih bergabung dengan IKP. Tetapi ia ingin mendirikan partai Katolik khusus golongan pribumi. Tujuannya adalah agar masyararakat Indonesia percaya bahwa golongan Katolik pribumi sangat berbeda dengan pemerintah Belanda. Golongan Katolik pribumi sebenarnya adalah golongan yang menginginkan kesejahteraan bagi Indonesia. Sebaliknya pemerintahan Belanda hanya ingin meraih keuntungan dengan menindas kaum pribumi. Kecintaan I.J. Kasimo kepada tanah air kembali dibuktikan melalui dunia politik ketika ia berhasil membentuk partai khusus untuk golongan Katolik pribumi di Yogyakarta pada tahun 1923. Dari keberhasilan I.J. Kasimo tersebut, partai Katolik untuk kaum pribumi secara resmi sudah terbentuk. Di dalam pemerintahan Belanda, partai ini dikenal dengan nama Katholieke Vereeniging Voor Politieke Actie Afdeling Khatolieke Javanen. Tetapi karena I.J. Kasimo ingin membuktikan bahwa partai yang baru dibentuknya ini adalah partai khusus untuk golongan Katolik pribumi, maka nama partai menggunakan nama Jawa, yaitu Pakempalan Politik Katholik Djawi PPKD. Dalam kepengurusannya, PPKD PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terdiri dari tiga orang, mula-mula F.S Haryadi sebagai ketua, I.J. Kasimo sebagai sekretaris, dan R.M. Yakob Sujadi sebagai bendahara. Namun setelah setahun kemudian yaitu pada 1924, I.J. Kasimo menjabat sebagai ketua PPKD. 8 Upaya I.J. Kasimo untuk mendapatkan kepercayaan dari kaum pribumi mulai mebuahkan hasil. Seiring dikenalnya PPKD oleh kaum pribumi, golongan Katolik mulai mendapatkan kepercayaan dari kaum pribumi. Tetapi hal tersebut tidak membuatnya berpuas diri. Ia masih harus berjuang agar masyarakat Indonesia mendapatkan kesejahteraan yang selama ini dirampas oleh pemerintah Belanda. Usahanya kembali dimulai ketika ia diangkat menjadi anggota Voolksraad 9 pada tahun 1931. 10 Sebagai anggota Voolksraad, ia dikenal sebagai politikus yang sangat berani dalam menentang penjajahan Belanda yang memang sangat merugikan rakyat. Dalam sidang Voolksraad, tidak segan-segan ia berpidato yang langsung mengarah mengenai kemerdekaan Indonesia. Sebagai anggota Voolksraad, I.J. Kasimo juga sangat peduli terhadap kehidupan kaum pribumi yang banyak dirugikan oleh pemerintah Belanda. Di bidang pertanian Ia selalu memperjuangkan agar setiap peraturan baru yang dikeluarkan tidak merugikan kepentingan para petani. Seperti misalnya ketika dalam tahun 1933 pemerintah bermaksud mengeluarkan peraturan baru dibidang impor beras, maka I.J. Kasimo mendesak agar diambil langkah-langkah yang melindungi harga beras dalam negeri, sehingga dengan demikian penghasilan 8 Tashadi, dkk, Tokoh-Tokoh Pemikir Paham Kebangsaan, Jakarta : Dedikbud. 1993, hlm. 193. 9 Voolksraad adalahdewan perwakilan rakyat Hindia Belanda yang diprakarsai oleh Gubernur Jendral J.P. van Limburg Stirum bersama dengan Menteri urusan Koloni Belanda; Thomas Bastian Pleyte. 10 Anhar Gonggong, “Kasimo Layak Jadi Pahlawan Nasional”, Hidup. 9 November 2008, hlm. 6. petani tidak dirugikan. 11 Sementara itu dibidang pendidikan ia mengkritik sistem pendidikan yang berlaku pada saat itu. Sistem pendidikan pada sat itu bertujuan untuk menghasilkan tenaga-tenaga pribumi bagi pemerintah dan perusahaan asing. Hal ini dimaksudkan agar jumlah tenaga impor yang sangat mahal dapat dibatasi dengan adanya tenaga pribumi yang murah. I.J. Kasimo sangat menentang hal ini karena menurutnya sistem pendidikan yang demikian adalah hal yang salah. Misalnya saja sistem pendidikan seperti itu menyebabkan anak-anak golongan menengah yang sudah menyelesaikan pendidikan harus bekerja pada pemerintah atau perusahaan Belanda dengan gaji yang lebih rendah dari pada meneruskan usaha orangtuanya. Menurut I.J. Kasimo, sistem pendidikan di sekolah-sekolah seharusnya lebih ditujukan untuk memberikan pendidikan kepada murid-murid, bukannya mempersiapkan mereka untuk pekerjaan tertentu saja. Dengan begitu pendidikan akan membantu perkembangan penduduk di bidang kebudayaan, sosial, dan ekonomi. 12 Hal-hal tersebut membuktikan bahwa sebagai politikus yang beragama Katolik, I.J. Kasimo tidak hanya memperjuangkan golongan Katolik agar diterima dalam masyarakat pribumi melainkan ia berjuang dengan sepenuh hati untuk menyejahterakan kaum pribumi yang tidak lain bukan terdiri dari golongan Katolik saja. Upaya I.J. Kasimo untuk memperjuangkan kemerdekaan dan memperjuangkan agar golongan Katolik mendapat kepercayaan dari kaum pribumi kembali berlanjut tepatnya pada 1936. Pada saat itu ia memperlihatkan sikap yang memihak perjuangan kaum nasionalis karena turut mendukung petisi 11 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 40. 12 Ibid Soetardjo yang menuntut otonomi bagi Indonesia. 13 Meskipun akhirnya Petisi Soetardjo gagal, tetapi usaha I.J. Kasimo dengan turut mengumpulkan dukungan dari berbagai pihak sangat dihargai oleh tokoh-tokoh nasionalis lainnya. Sebagai politikus yang mulai mendapatkan kepercayaan dari tokoh-tokoh nasional lainnya, ia bersama PPKDPPKI bersama partai nasionalis lainnya mendirikan GAPI Gabungan Politik Indonesia bersama PSII, PII, Gerindo, Pasundan, dan Persatuan Minahasa. Saat bergabung dengan GAPI ia mulai akrab dengan tokoh nasional non Katolik seperti Mohammad Hoesni Thamrin. Setelah berjuang selama hampir 20 tahun, akhirnya I.J. Kasimo berhasil mendapatkan kepercayaan dari tokoh-tokoh nasional lainnya. PPKI diterima sebagai partai nasional dan sederajat dengan partai-partai politik lainnya. Sebagai seorang politikus, hidup I.J. Kasimo secara keseluruhan dapat dikatakan berhasil. Ia berhasil , dalam arti bahwa usaha dan jerih payahnya membawa hasil yang baik. Cita-citanya untuk membuktikan bahwa golongan Katolik Indonesia adalah golongan yang sepenuhnya menginginkan kemerdekaan Indonesia sudah tercapai. Berkat usahanya, golongan Katolik tidak dianggap lagi sebagai golongan yang pro Belanda. Mereka sudah dianggap sebagai warga negara penuh yang mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama seperti warga negara Indonesia lainnya. Selain itu ia juga berhasil mempertahankan citranya sebagai seorang politikus yang jujur. Ia tidak pernah memakan uang rakyat demi kepentingan pribadinya. I.J. Kasimo juga tidak mendirikan partai Katolik untuk mencari kedudukan. Baginya, kegiatan politik memang tidak untuk 13 Asvi Warman Adam, Bung Karno kemeja Arrow, Jakarta: Kompas. 2012, hlm. 66. mencari keuntungan pribadi. Menurutnya, kegiatan politik adalah suatu cara untuk mengabdi rakyat dan mengabdi kepentingan umum. Ketika I.J. kasimo dan kawan-kawannya mendirikan Pakempalan Politik Katolik Djawi dalam tahun 1923, tujuannya memang untuk membela kepentingan golongan Katolik, khususnya golongan Katolik Jawa. Tetapi tujuan akhir dari seluruh perjuangan politiknya adalah mengabdi kepentingan umum. Ia percaya bahwa kegiatan politik merupakan suatu bentuk merasul. Melalui politik orang pun dapat berbuat banyak bagi kepentingan umum. 14 Untuk itulah ia patut menjadi panutan bagi politikus-politikus di Indonesia karena ia adalah seorang politikus yang nasionalis. Memang pertama- tama ia mencari keadilan dengan memperjuangkan hak kaum Katolik, dan setelah itu ia mampu membuktikan bahwa kaum Katolik adalah kaum yang 100 pro terhadap Indonesia. Baru setelah itu ia turut berjuang bersama-sama dengan partai-partai non Katolik ataupun tokoh-tokoh non Katolik untuk mencapai kesejahteraan bersama, bukannya malah memperkuat identitas agamanya sendiri. Tidaklah mengherankan kalau dia dianggap sebagai pemimpin serta pengembang nasionalisme oleh masyarakat Indonesia. Tokoh-tokoh politik pada saat ini seharusnya mencontoh bagaimana perjuangan I.J. Kasimo dalam mewujudkan nasionalismenya melalui dunia politik. Ia mengajarkan politik yang jujur, konsekuen, dan politik yang bermartabat. Ia juga sangat berani dalam menentang kebijakan-kebijakan yang menurutnya merugikan rakyat kecil. Ia lebih mendahulukan kepentingan bersama 14 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 107. dari pada kepentingan pribadi. Tokoh ini tidak mengenal kata mayoritas dan minoritas saat berpolitik. Ia menganggap masyarakat Indonesia itu sama, masyarakat Indonesia itu satu. I.J. Kasimo juga mengajarkan bahwa jika masuk dalam dunia politik, maka cita-cita terpenting yang harus dicapai adalah kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia, bukannya kemajuan dalam satu golongan saja.

B. Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi Umat Katolik di Indonesia