Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi Umat Katolik di Indonesia

dari pada kepentingan pribadi. Tokoh ini tidak mengenal kata mayoritas dan minoritas saat berpolitik. Ia menganggap masyarakat Indonesia itu sama, masyarakat Indonesia itu satu. I.J. Kasimo juga mengajarkan bahwa jika masuk dalam dunia politik, maka cita-cita terpenting yang harus dicapai adalah kemajuan bagi seluruh rakyat Indonesia, bukannya kemajuan dalam satu golongan saja.

B. Sumbangan pemikiran I.J. Kasimo bagi Umat Katolik di Indonesia

Mungkin tidak ada yang menyangka bahwa seorang anak dari latar belakang agama Islam dan dari keluarga yang biasa kelak bisa menjadi seorang yang sangat berjasa bagi umat Katolik di Indonesia. Itulah I.J. Kasimo, seorang tokoh pergerakan nasional yang sangat dikenang oleh umat Katolik. Ia adalah seorang nasionalis yang sangat hebat. Ia selalu membela rakyat kecil yang tertindas tanpa membedakan suatu golongan apapun. Atas jasa-jasanya, umat Katolik mendapatkan tempat setara di kalangan masyarakat Indonesia sampai saat ini. Dalam sambutan peringatan 40 tahun partai Katolik, ia pernah mengungkapkan, “Betul kita umat Katolik di tanah ini merupakan golongan kecil saja. Tetapi dengan asas-asas katolik yang kita sadari serta kita yakini sebagai asas-asas yang benar-benar dapat merupakan dasar kokoh bagi segala usaha dan kegiatan ke arah lekas tercapainya masyarakat adil dan makmur, kita tetap mempunyai panggilan. Janganlah kita hendaknya mengingkari panggilan suci ini.” 15 Ungkapan dari I.J. Kasimo jelas menunjukkan bahwa sebagai kaum peribumi, umat Katolik tidak boleh takut untuk turut memperjuangkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia meskipun golongan Katolik adalah 15 Ibid., hlm. 13. golongan yang minoritas. Golongan Katolik harus yakin bahwa asas-asas Katolik adalah asas-asas yang tidak bertentangan dengan tujuan seluruh rakyat Indonesia, yaitu kemerdekaan. Maka dari itu, I.J. Kasimo mengajak umat Katolik untuk turut berjuang demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur tanpa meninggalkan ajaran-ajaran Katolik. I.J. Kasimo mempunyai pedoman sendiri dalam kiprahnya untuk mengembangkan nasionalisme. Ia adalah seorang tokoh nasionalis yang berpedoman pada ajaran-ajaran Katolik. Ia mengajarkan kepada umat Katolik agar menjadi seorang yang nasionalis tanpa meninggalkan ajaran-ajaran Katolik. Selain itu, ia ingin menggunakan ajaran-ajaran Katolik sebagai roh untuk berkiprah di tengah masyarakat. 16 Atas dasar pedoman tersebut, ia mampu menyelaraskan ajaran-ajaran kekatolikan dengan perjuangannya untuk mengembangkan nasionalisme. Banyak sekali ajaran-ajaran Katolik yang mendoirong I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya bagi bangsa Indonesia. . Salah satunya adalah nilai kerasulan yang menjadi salah satu pedomannya untuk mengembangkan nasionalisme. Secara garis besar nilai-nilai kerasulan yang dipahaminya adalah nilai-nilai humanisme. Nilai humanisme berarti semua manusia memiliki kedudukan yang sama di mata Tuhan. Maka dari itu diharuskan setiap bangsa menghormati martabat bangsa lain, sehingga ia tidak setuju dengan perjuangan nasionalisme yang revolusioner dan radikal. Ajaran mengenai nilai humanisme telah diaktualisasikan oleh I.J. Kasimo saat terjadi dua aliran pendapat mengenai 16 Greg Soetomo, “Katolik yang Tidak Minder”. Hidup, 27 November 2011, hlm.11. bagaimana cara meraih kemerdekaan. Kelompok pertama menginginkan kemerdekaan dicapai melalui aksi dan revolusi. Kelompok ini terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Sjahrir, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Ali Sastroamidjojo, dan lain sebagainya. Sedangkan kelompok kedua menginginkan kemerdekaan diraih dengan jalan evolusi. Yaitu dengan jalan mengadakan perombakan di bidang ketatanegaraan, politik, ekonomi dan sosial melalui cara- cara yang tidak bertentangan dengan hukum. I.J. Kasimo, dr. Sam Ratulangi, Mohammad Hoesni Thamrin, Soetardjo Kartohadikusumo, Mr. Soesanto Tirtoprodjo, Soekardjo Wirjopranoto dan Wurjaningrat tergolong dalam kelompok pemimpin yang moderat ini. 17 I.J. Kasimo memilih jalan evolusi karena terpengaruh dari ajaran-ajaran Katolik tentang nilai humanisme. Ia lebih mengutamakan cinta kasih dan persaudaraan antara semua bangsa. Ia menganggap perang hanyalah sapu dendam. Dalam perjuangan I.J. Kasimo untuk mengembangkan nasionalismenya, ia selalu mengingat tentang perintah keempat dari Sepuluh Perintah Tuhan dalam arti luas. “Hormati ayah-ibumu” tidak hanya berarti hormat dan cinta kepada orang tua saja, melainkan juga cinta dan hormat kepada nusa dan bangsa. Hal ini mengundang kewajiban antara lain kewajiban untuk bekerja bagi tercapainya kehormatan dan keagungan tanah air. Semuanya itu mempunyai arti untuk membebaskan tanah air dari belenggu penjajahan. Dalam hal ini, selain hormat kepada kepada ayah dan ibu yang telah membesarkan I.J. Kasimo, ia juga sadar bahwa Indonesia adalah suatu tempat dimana ia tinggal. Jika tempat kelahirannya 17 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 35. diusik, maka ia juga harus berjuang agar di tanah kelahirannya ini ia beserta seluruh rakyat Indonesia dapat hidup tentram. Rasa cinta dan hormat pada tanah air tentu saja sudah dilakukan oleh I.J. Kasimo lewat perjuangan-perjuangannya dalam mengembangkan nasionalisme. Seperti pada saat Jepang menguasai Indonesia pada 1942. 18 Ia dipenjara karena dituduh sebagai orang yang pro kepada Belanda dan dapat membahayakan kelangsungan misi Jepang di Indonesia. Setelah bebas dari penjara ia tetap berfikir bagaimana caranya agar dapat berjuang untuk Indonesia. Ia tidak pernah takut kepada Jepang walaupun pada saat itu Jepang dikenal sangat kejam pada agama Kristiani. Perasaan takut itu hilang karena kecintaannya pada tanah air. Maka dari itu ia tetap mengabdi kepada negara dengan mencurahkan seluruh tenaga dan waktunya dibidang pertanian. Semuanya itu ia lakukan demi mensejahterakan kaum pribumi. Selain itu, banyak sekali ajaran-ajaran yang diberikan oleh pastor van Lith kepada I.J. Kasimo untuk menjadi seorang Katolik yang nasionalis. Pastor van Lith memang dikenal sebagai pastor yang membela kaum pribumi dari penindasan bangsa Belanda, padahal ia sendiri adalah seorang Belanda. Pastor van Lith menyadari perasaan tertindas yang dirasakan oleh I.J. Kasimo beserta kaum pribumi lainnya dan sangat memaklumi perasaan cinta kepada tanah air yang dimiliki mereka. Berkat ajaran dari pastor van Lith, I.J. Kasimo sebagai seorang Katolik bisa menjadi pribadi yang mempunyai sikap perikemanusiaan, kerakyatan, kesederhanaan, kejujuran dan keberanian, serta toleransi terhadap golongan lain yang bukan Katolik. Sifat-sifat yang dimiliki I.J. kasimo tersebut, 18 Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Jilid VI, Jakarta: Depdikbud, 1975, hlm. 1. ternyata membawa pengaruh besar bagi agama Katolik. Agama Katolik sudah dianggap sebagai agama yang nasionalis. Selain itu, berkat kegigihannya, orang- orang Katolik mulai masuk pada jabatan-jabatan di pemerintahan. I.J. Kasimo juga seorang tokoh nasionalis yang patut diteladani oleh umat Katolik karena ia bisa menyeimbangkan antara kegiatan berpolitik dan kegiatan menggereja. Kesibukannya dalam berpolitik tidak membuatnya lupa untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang Katolik yang taat. Ia mempunyai kebiasaan untuk menghadiri misa kudus setiap hari. Suatu kebiasaan yang dimulainya sejak ia bersekolah di Muntilan. Ia biasa berjalan kaki dari rumahnya di Jalan Gresik ke gereja Santa Theresia. Ketika masih tinggal di Surakarta ia juga sangat rajin untuk beribadah di gereja Purbayan walaupun ia harus berjalan sejauh 3 kilometer dari rumahnya. Dahulu ketika masih ada kebiasaan untuk membagikan komuni suci sebelum misa untuk mereka yang terburu-buru, I.J. Kasimo biasa menerima komuni sebelum misa. 19 Dengan kegiatan menggereja itulah ia dapat menimba kekuatan untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang politikus. I.J. Kasimo memang salah satu tokoh nasional yang patut menjadi teladan bagi umat Katolik di Indonesia. Ia mengajarkan kepada umat Katolik di Indonesia untuk lebih memahami dan memaknai ajaran-ajaran Katolik dengan baik. Bukan hanya memahami dan memaknai saja, melalui ajaran Katolik ia mengajarkan bahwa ajaran-ajaran Katolik harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, ia mengajarkan kepada umat Katolik sebagai umat yang minoritas 19 Tim Wartawan Kompas, op.cit., hlm. 108. untuk turut serta mengembangkan negara Indonesia agar menjadi bangsa yang kokoh walaupun terdapat berbagai perbedaan di dalamnya. Setiap orang Katolik dalam status atau profesi apapun harus mengambil bagian dalam perjuangan untuk mengembangkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia 20 . Ia juga mengajarkan kepada umat Katolik agar menjadi seorang Katolik yang nasionalis. Walaupun agama Katolik adalah agama yang minoritas di Indonesia, tetapi umat Katolik harus terus berjuang demi kepentingan bersama tanpa memandang suku ataupun golongan.

C. Sumbangan Pemikiran I.J. Kasimo bagi Keberagaman Agama di