Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
menunjang pengembangan sektor pariwisata, perdagangan, dan investasi di kawasan ini.
3.4.2 Kelemahan
Meskipun memiliki beberapa kekuatan, Kota Tual juga dihadapkan pada berbagai kelemahan yang bisa menjadi faktor penghambat penyelenggaraan Tatralok, yaitu :
1. Aspek geografis :
Pada musim-musim tertentu, kelancaraan penyelenggaraan transportasi laut dan transportasi udara sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim saat itu, terutama
dalam bentuk tinggi gelombang laut dan kecepatan angin. Kondisi seperti ini menyebabkan pelayaran dan penerbangan seringkali ditunda atau ditiadakan. Hal
ini tentu saja memberikan pengaruh pada bangkitan dan tarikan barang dan penumpang.
Kota Tual merupakan kota yang terdiri dari banyak pulaukepulauan yang
jaraknya relatif berjauhan dan berada dalam alur laut berkedalaman sekitar 100- 400 meter di atas permukaan laut. Kondisi geografis seperti ini menyebabkan
aksesibilitas antarpulau relatif rendah, sehingga arus barang dan penumpang pun tidak banyak.
2. Aspek kependudukan dan ketenagakerjaan :
Penduduk Kota Tual tersebar tidak merata. Sebagian besar penduduk bermukim di Kecamatan Dullah Selatan, dimana pada tahun 2007 mencapai
49,77 dari total penduduk kota tersebut. Sedangkan penduduk yang bertempat tinggal di Kecamatan Pulau-pulau Kur hanya sekitar 11,24. Ketidakmerataan ini
tentu saja mendatangkan pengaruh pada skala pelayanan penumpang khususnya dan barang umumnya.
Belum berkembangnya sektor-sektor ekonomi di Kota Tual menyebabkan
lapangan pekerjaan menjadi terbatas. Hal ini tentu saja berpengaruh pada volume bangkitan dan tarikan orang.
3. Aspek spasial :
Integrasi sistem perkotaan di Kota Tual belum berjalan dengan baik karena masih dalam proses penataan struktur ruang. Hal ini tentu saja berpengaruh pada
penataan jaringan transportasi serta pelayanan barang dan penumpang.
Laporan Akhir
III - 42
Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
Pengembangan kawasan budidaya belum mengarah pada penataan pusat-
pusat produksi, sehingga penataan jaringan transportasi dan pelayanan terhadap barang hasil produksi kawasan budidaya belum berjalan dengan baik.
4. Aspek ekonomimakro :
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tual mencapai rata-rata 4,12 per tahun selama periode 2003-2006, lebih rendah dari tingkat pertumbuhan ekonomi
Provinsi Maluku maupun Indonesia untuk kurun waktu yang sama. Rendahnya laju pertumbuhan ekonomi ini tentu saja menyebabkan bangkitan dan tarikan barang
dan penumpang juga menjadi rendah.
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Tual memiliki kecenderungan berfluktuasi, sehingga pola bangkitan dan tarikan barang dan penumpang juga naik turun.
Daya beli masyarakat Kota Tual relatif rendah, masih di bawah daya beli
masyarakat di Provinsi Maluku maupun Indonesia secara keseluruhan. Kondisi seperti ini kurang menguntungkan bagi peningkatan bangkitan dan tarikan barang
dalam jumlah yang cukup berarti.
Ekspor melalui pelabuhan di Kota Tual masih didominasi oleh ikan beku, dimana sepanjang periode 2003-2007 volumenya mencapai rata-rata 97,91 per
tahun. Selain itu, ekspor dari daerah ini masih bertumpu pada sektor perikanan, belum ada diversifikasi kepada sektor-sektor lainnya, terutama hasil industri
seperti industri sandang dan kulit, industri makanan, dan industri kerajinan. Keadaan seperti ini mendatangkan dampak berupa adanya ketimpangan dalam
pelayanan arus barang antarsektor ekonomi.
Daya serap terhadap penanaman modal dalam negeri PMDN dan asing PMA relatif rendah, sehingga penambahan produksi dan tenaga kerja juga
rendah, yang pada gilirannya bangkitan dan tarikan barang dan penumpang rendah pula.
5. Komoditas unggulan :
Komoditas unggulan belum berkembang dengan baik, bahkan belum berorientasi ekspor kecuali hasil ikan laut, akibatnya skala pelayanan barang
juga belum berkembang. 6. Aspek transportasi :
Rute perjalanan darat, pelayaran laut, maupun penerbangan udara yang
ada belum memadai untuk melayani seluruh perjalanan barang dan penumpang,
Laporan Akhir
III - 43
Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual
bahkan untuk pelayaran dan penerbangan acapkali tertunda delay karena faktor iklim.
Pengintegrasian tataran transportasi lokal, baik dalam hal prasarana
maupun sarana, sulit dilaksanakan karena Kota Tual terdiri dari banyak pulaukepulauan yang jaraknya relatif berjauhan.
Pengembangan jaringan transportasi darat relatif terbatas karena wilayah
Kota Tual berbentuk pulau-pulau atau kepulauan.
Alokasi anggaran pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk pengembangan sektor transportasi di Kota Tual relatif masih rendah.
Hingga tahun 2007 Kota Tual belum memiliki kapal kenavigasian dan
stasiun vessel traffic services.
Jumlah penumpang untuk jalur pelayaran Tual-Larat dan Tual-Dobo menurun selama periode 2003-2007, tepatnya dari 9.637 orang menjadi 3.056
orang Tual-Larat dan dari 16.765 orang menjadi 10.732 orang Tual-Dobo.
3.4.3 Peluang