Aspek Eksternal LINGKUNGAN STRATEGIS

Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual Dalam hal kebijakan transportasi nasional di atas, Tual berfungsi sebagai simpul transportasi yang melayani beberapa kabupaten di sekitarnya, terutama transportasi udara dan transportasi laut. Pergerakan pelayaran dan penerbangan Tual-Dobo, Tual- Saumlaki, Tual-Namlea, dan Tual-Ambon telah menjadi bagian dari Sistranas.

3.3.2 Aspek Eksternal

Aspek eksternal yang berkorelasi dengan keberadaan Kota Tual dapat dianalisis dari perkembangan kerja sama ekonomi subregional yang berkembang di kawasan ini. Kerja sama ekonomi subregional ini memfokuskan pada pengembangan perdagangan regional sebagai bagian dari perdagangan global. Kerja Sama Ekonomi Subregional KESR merupakan forum kerja sama ekonomi yang mencakup daerah geografis yang berdekatan dengan melintasi batas dua, tiga negara atau lebih, dan bertujuan menciptakan perdagangan sebagai strategi kunci dari pemerintah untuk berpartisipasi dalam mengangkat perkembangan sosial dan ekonomi wilayah mereka yang kurang berkembang dan terpencil guna menjalankan proses integrasi ekonomi sebagai zona investasi yang berorientasi ke pasar internasional. Dalam jangka panjang, wilayah-wilayah perbatasan yang potensial diharapkan dapat mengubah perekonomian di wilayah subregional yang awalnya hanya mengandalkan sumberdaya menjadi pemrosesan tingkat tinggi dan aktivitas yang berdasarkan nonsumberdaya. Sasaran utama dari kerja sama ekonomi subregional sendiri adalah percepatan peningkatan perdagangan, investasi dan pariwisata. Secara signifikan, perkembangan pengelompokan subwilayah ini terletak pada sektor swasta sebagai penggerak pertumbuhan dengan pemerintah sebagai pihak yang menyediakan fasilitas pendukung yang memungkinkan promosi investasi sektor swasta. Partisipasi Indonesia dalam KESR antara lain dimaksudkan untuk : a. Mendorong terjadinya peningkatan kerja sama ekonomi antara daerah-daerah di Indonesia dengan daerah-daerah di wilayah negara lain yang secara geografis saling berbatasan. b. Memacu pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan serta membantu program pengentasan kemiskinan di daerah. c. Meningkatkan kualitas pemanfaatan sumberdaya yang tersedia di daerah baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Laporan Akhir III - 30 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual d. Menunjang kesiapan daerah dalam menghadapi era liberalisasi ekonomi dan perdagangan dunia, baik dalam rangka AFTA, APEC, maupun perdagangan dunia dalam lingkup yang lebih luas. Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, KESR diharapkan dapat menjadi salah satu modal untuk mendorong prakarsa dan partisipasi aktif masyarakat daerah dalam meningkatkan pemberdayaan potensi ekonomi di wilayah masing-masing. Koordinasi KESR pada mulanya diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 184 Tahun 1998 tentang Tim Koordinasi dan Sub Tim Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Subregional KESR. Kemudian, pada bulan Februari 2001, terbit Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Subregional sebagai pengganti Keppres No. 184 Tahun 1998. Keppres No.13 Tahun 2001 pada intinya mempertegas kembali pentingnya partisipasi daerah dalam Kerja Sama Ekonomi Subregional, khususnya di era otonomi daerah. Kerja sama regional di Indonesia diawali oleh kerja sama segitiga pertumbuhan di selatan ASEAN, yaitu Indonesia Malaysia Singapore Growth Triangle IMS-GT, lalu di bagian utara ASEAN yang bernama Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle IMT-GT, kemudian di sebelah timur ASEAN bertajuk Brunei Darussalam Indonesia Malaysia Philippines East ASEAN Growth Area BIMP-EAGA, dan terakhir kerja sama bilateral Australia and Indonesia Development Area AIDA. Namun demikian, kerja sama yang berjalan hanya IMT-GT dan BIMP-EAGA. Keempat KESR ini mencakup kawasan- kawasan berikut : Di antara keempat KESR di atas, ada dua KESR yang berinteraksi langsung dengan Kabupaten Maluku Tenggara, yakni : 1. BIMP-EAGA, yang mencakup wilayah sebagai berikut :  Brunei Darussalam : seluruh wilayah negara Brunei Darussalam.  Indonesia : Provinsi-provinsi di pulaukepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.  Malaysia : Negara Bagian Serawak, Negara Bagian Sabah, dan Federal Territory of Labuan Malaysia bagian timur.  Philipina : Region IX Western Mindanao mencakup tiga provinsi, Region X Northern Mindanao empat provinsi, Region XI Southern Mindanao enam provinsi, Region XII Central Mindanao lima provinsi, Autonomous Region in Laporan Akhir III - 31 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual Muslim MindanaoARMM empat provinsi, Caraga empat provinsi, dan Pulau Palawan. 2. AIDA, yang mencakup wilayah sebagai berikut :  Australia : Seluruh Negara Bagian dan Teritori, terutama wilayah bagian utara Australia Northern Territory.  Indonesia : Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, serta provinsi-provinsi di Kalimantan dan Sulawesi. Dengan demikian, Kota Tual sebagai salah satu daerah otonom yang terletak di Provinsi Maluku merupakan bagian dari kedua kerangka kerja sama ekonomi subregional BIMP- EAGA dan AIDA lihat Gambar 3.1. Gambar 3.1. Posisi Kota Tual di Dalam Kerangka Kerja Sama Ekonomi Subregional BIMP-EAGA dan AIDA

A. Pusat-pusat Pertumbuhan di BIMP-EAGA

Laporan Akhir III - 32 Kota Tual Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual Pengembangan kerja sama dalam BIMP-EAGA didasarkan pada BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006–2010, yang ditetapkan pada saat KTT Ke-2 BIMP-EAGA di Kuala Lumpur, 11 Desember 2005. Tujuan dari penetapan roadmap tersebut adalah untuk memberikan arah kerja sama BIMP-EAGA untuk periode lima tahun guna mewujudkan tujuan pembangunannya, khususnya dalam peningkatan perdagangan, investasi, dan pariwisata, baik antarnegara BIMP maupun dengan negara-negara lainnya. Implementasi BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006–2010 memerlukan komitmen dari seluruh pemangku kepentingan, baik pemerintah, pihak swasta, maupun seluruh komunitas di seluruh subkawasan. Dalam hal ini, peran pemerintah memiliki peran yang paling penting untuk mendukung dan mengkoordinasikan mekanisme kerja sama yang saling menguntungkan dan dapat menyelesaikan perbedaan yang ada sekaligus memfasilitasi hal-hal yang diperlukan untuk mendorong kerja sama tersebut. Roadmap BIMP-EAGA juga memuat berbagai program dan rencana kegiatan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan EAGA. Secara spesifik, roadmap BIMP-EAGA mencantumkan bahwa tujuan pembangunan BIMP-EAGA adalah untuk mempersempit celah pembangunan di antara negara-negara EAGA sendiri maupun dengan negara- negara ASEAN lainnya. Sasaran jangka pendek BIMP-EAGA adalah untuk meningkatkan perdagangan, investasi, dan pariwisata di dalam EAGA. Secara khusus, BIMP-EAGA Roadmap for Development 2006–2010 ditujukan untuk :  Meningkatkan perdagangan antar dan inter EAGA sebesar 10 sampai dengan tahun 2010.  Meningkatkan investasi di kawasan EAGA sebesar 10 sampai dengan tahun 2010.  Meningkatkan investasi pariwisata di kawasan EAGA sebesar 20 sampai dengan tahun 2020. Untuk mewujudkannya, roadmap telah mengidentifikasikan program-program yang dikelompokkan ke dalam :  Pemajuan perdagangan, investasi, pariwisata di antara negara EAGA dan negara-negara lain, khususnya dalam sektor-sektor terpilih yang meliputi agroindustri, sumberdaya alam, pariwisata, perhubungan, infrastruktur, serta teknologi informasi Laporan Akhir III - 33 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual dan komunikasi, dengan penekanan khusus pada pengembangan usaha kecil dan menengah di setiap sektor.  Pengkoordinasian pengaturan sumberdaya alam bagi pembangunan berkelanjutan di kawasan EAGA.  Pengkoordinasian perencanaan dan pelaksanaan pembangunan infrastruktur untuk mendukung integrasi ekonomi dengan peran aktif sektor swasta. Dari seluruh kelompok tersebut, terdapat beragam program implementasi untuk mendorong tujuan pertumbuhan ekonomi kawasan EAGA. Dewasa ini, di dalam kerangka kerja sama ekonomi subregional BIMP-EAGA, terdapat beberapa pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di luar negeri yang sudah berkembang cukup baik, antara lain adalah Davao City, Tawau, Kuching, Labuan, Kota Kinabalu, dan Bandar Seri Begawan. Berikut ini diuraikan secara singkat profil Davao City, Tawau, dan Kuching, dimana ketiganya mempunyai aksesibilitas langsung ke beberapa wilayah di Indonesia.

1. Davao City

Davao City, yang merupakan ibukota Provinsi Mindanao, menjadi pusat pertumbuhan ekonomi berbasis pertanian, dimana 43 dari total luas daerah tersebut diperuntukan untuk pertanian, terutama pisang, nanas, kopi, dan kelapa. Kota ini juga menjadi pintu gerbang BIMP-EAGA. Davao City juga merupakan kota terluas di Philipina, bahkan salah satu kota terluas di dunia, dengan luas wilayah 2.444 km² dan memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.725.355 jiwa 2005 – bisa mencapai sekitar 2.500.000 juta pada siang hari. Kota yang didirikan pada tahun 1848 tersebut hingga sekarang sudah menjadi salah satu pusat regional di Philipina Region XI untuk bisnis, investasi, dan pariwisata. Selama 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di kota ini cukup tinggi berkat tersedianya infrastruktur yang sangat baik, mulai dari pelabuhan udara internasional Fransisco Bangoy International Airport, pelabuhan laut internasional Sasa Wharf dan Sta. Ana Wharf, jalan raya tol dan bukan tol, jembatan, telekomunikasi, kondominium, mal, maupun hotel-hotel berbintang skala internasional. Davao City sudah memiliki aksesibilitas udara yang cukup baik dengan Manado, dimana di antara kedua kota kembar ini berlangsung penerbangan dua kali seminggu. Di samping Laporan Akhir III - 34 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual itu, Davao City juga mempunyai aksesibilitas udara ke beberapa kota metropolitan lainnya di Asia Pasifik, seperti Singapura, Hong Kong, Taipei, dan Seoul. Davao City pun memiliki aksesibilitas laut ke berbagai wilayah lain di Philipina. Sedangkan dalam hal transportasi darat, Davao City menduduki ranking kelima terbaik di Asia dalam hal kelancaran arus lalu lintas, dimana kota ini telah menerapkan Traffic Management and Computerization Scheme.

2. Tawau

Tawau merupakan salah satu kota yang terletak di Negara Bagian Sabah dengan luas 6.125 km 2 , terbesar ketiga setelah Kota Kinabalu dan Sandakan. Kota berpenduduk sekitar 370.800 jiwa 2006 ini berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis industri coklat dan industri perikanan termasuk udang berorientasi ekspor, terutama ke Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Jepang. Industri coklat Tawau merupakan terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Secara tradisional, Tawau memang mengekspor tembakau, damar, rotan, kakao, dan minyak kelapa sawit. Namun dewasa ini, kota yang pada awalnya dihuni oleh imigran dari Bulungan Kalimantan Timur dan Tawi-Tawi tersebut, juga sudah mulai mengekspor kayu dan sarang burung. Kota yang didominasi oleh penduduk bersuku Bugis ini memiliki sebuah kawasan perdagangan bebas Tawau Free Trade Zone dan sebuah pelabuhan laut Tawau Port yang menjadi gerbang utama ekspor Negara Bagian Sabah, khususnya untuk ekspor kayu. Tawau memiliki intensitas aktivitas ekonomi dan sosial yang cukup tinggi dengan wilayah Kabupaten Nunukan di Provinsi Kalimantan Timur. Setiap hari terjadi transaksi perdagangan, termasuk perdagangan tradisional, di antara penduduk maupun pengusaha di Nunukan dan Tawau. Adapun komoditas perdagangan dari Nunukan ke Tawau antara lain adalah kakao, ikan segar, udang segar, serta beberapa produk aneka industri seperti sabun mandi, rokok, biskuit, deodoran, baterai, dan beberapa jenis produk aneka industri lainnya yang secara keseluruhan mencapai sekitar 40-an item. Sementara itu, komoditas-komoditas yang diperdagangan dari Tawao ke Nunukan sebagian besar berupa barang-barang kebutuhan pokok, seperti kacang kedelai, gula pasir, tepung terigu, telur ayam, sayap ayam, daging segar, ikan segar, jeruk, anggur, apel, wafer, biskuit, minuman kaleng, air mineral, panutup lantai, dan lain-lain. Hingga sekarang, interaksi perdagangan antara Nunukan dan Tawau masih terus berlangsung dengan baik. Laporan Akhir III - 35 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual

3. Kuching

Kuching terletak di Negara Bagian Sarawak, merupakan kawasan perkotaan terbesar keempat di Malaysia, setelah Kuala Lumpur-Klang Valley, Ipoh, dan Johor Bahru, dengan luas wilayah sekitar 1.863 km 2 dan penduduk berjumlah 579.900 jiwa 2006. Kota yang dahulunya sebelum tahun 1847 merupakan jajahan di bawah pemerintahan Sultan Brunei, sejak empat dekade lalu sudah berkembang menjadi pusat pemerintahan Negara Bagian Sarawak, pusat perdagangan dan bisnis berorientasi ekspor, pusat industri barang jadi dan barang setengah jadi, serta pusat pariwisata. Industri yang berkembang di Kuching di antaranya adalah industri makanan, industri barang-barang manufaktur, industri rotan dan kayu, industri mineral nonlogam, dan industri logam dasar. Interaksi aktivitas ekonomi dan sosial antara Kuching dan wilayah di Indonesia sebagian besar terjadi dengan Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Di antara kedua kota ini sudah ada penerbangan maupun perjalanan darat reguler, baik untuk keperluan perdagangan, investasi, wisata, sosial budaya, maupun pemerintahan.

B. Pusat-pusat Pertumbuhan di AIDA

Pembentukan Australia-Indonesia Development Area AIDA, yang dideklarasikan pada tanggal 25 Oktober 1996 di Ambon Provinsi Maluku, didasarkan pada kepentingan kedua negara. Kepentingan utama Indonesia dalam kerja sama ini terkait dengan adanya kesenjangan wilayah regional disparity. Sedangkan Pemerintah Australia berkepentingan dalam pengembangan ekonomi Negara Bagian, khususnya Nortern Territory yang diharapkan akan berperan sebagai pintu gerbang ke Asia. Pembentukan kerja sama ini mendapat dukungan sepenuhnya dari kedua negara dengan melihat kedekatan geografi maupun hubungan ekonomi di antara kedua negara selama ini. Kepentingan geopolitik maupun geostrategi Australia tidak dapat lepas dari eksistensi Indonesia. Sedangkan Indonesia harus melihat Australia sebagai alternatif yang bermanfaat bagi pemulihan ekonomi nasional, sehingga tidak terlalu tergantung pada Amerika Serikat dan Asia Timur. Laporan Akhir III - 36 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual Di dalam kerangka kerja sama ekonomi subregional AIDA, pusat pertumbuhan ekonomi yang sudah berkembang pesat sejak lama adalah Darwin. Darwin merupakan ibu kota negara bagian Northern Territory di Australia . Darwin merupakan kota terbesar di negara bagian itu dan sudah berstatus kota metropolitan. Penduduknya berjumlah sekitar 114.368 jiwa 2006 , dengan laju pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir rata-rata 2,6 per tahun. Kota yang didirikan pada tahun 1869 ini memiliki luas wilayah 112,01 km². Uniknya, kota ini memiliki kembar tujuh dengan kota-kota Ambon Indonesia, Dili Timor Leste, Kalymnos Yunani, Anchorage Alaska, AS, Honolulu Hawaii, AS, Haikou Cina, dan Milkapiti Pulau Tiwi. Jarak Darwin dan Ambon adalah sekitar 881 km. Perekonomian Darwin didominasi oleh sektor pertambangan mineral, pertambangan migas, dan pariwisata. Pertambangan mineral yang berkembang di kota ini sebagian besar berupa emas, seng, bauksit, dan magnesium. Di dekat Darwin juga terdapat deposit uranium yang cukup signifikan besarnya. Pertambangan migas berupa pertambangan lepas pantai yang terdapat di Laut Timor. Sedangkan pariwisatanya tidak hanya dikunjungi oleh wisatawan domestik, melainkan juga pelancong mancanegara. Sekitar 8 penduduk Darwin bekerja di sektor pariwisata. Di dalam beberapa tahun ke depan, Darwin diprediksi akan terus berkembang pesat karena adanya peningkatan eksploitasi migas di Laut Timor, pengembangan pariwisata mancanegara, ekspansi perdagangan luar negeri dengan negara-negara Asia, serta pembangunan berbagai jenis infrastruktur. Perkembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis di beberapa kota sebagaimana diuraikan di atas, baik di BIMP-EAGA maupun AIDA, seharusnya dapat dimanfaatkan oleh Kota Tual untuk meningkatkan aktivitas ekonomi dan transportasinya berskala internasional, baik secara langsung maupun melalui kota-kota lain di Indonesia yang mempunyai akses langsung ke pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan bisnis yang tersebar di seputar kota ini. Adapun peluang yang bisa dikembangkan oleh Kota Tual untuk membangun hubungan kerja sama ekonomi dan transportasi dengan pusat-pusat pertumbuhan di atas antara lain adalah di bidang :  Pertanian dan perikanan.  Perdagangan internasional.  Industri.  Pariwisata.  Transportasi. Laporan Akhir III - 37 Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual  Teknologi informasi dan komunikasi.  Investasi.  Pengembangan sumberdaya manusia. Untuk mewujudkan peluang-peluang tersebut, maka program-program pembangunan Kota Tual harus berorientasi pada konstelasi regional outward looking oriented, terutama melalui peningkatan kerja sama dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang berkembang di BIMP-EAGA dan AIDA. Bagaimanapun, KESR merupakan salah satu wadah potensial dalam lingkungan ekonomi regional dan global untuk merubah perspektif perkembangan daerah-daerah tertentu yang relatif tertinggal, termasuk Kota Tual. Kota ini harus dapat memanfaatkan kedekatan geografisnya untuk memperluas perdagangan internasional dan hal itu bisa dimulai dengan negara tetangga terdekat.

3.4 KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, DAN ANCAMAN

Kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman merupakan komponen analisis strategi yang secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi tujuan dari penyelenggaraan suatu institusiorganisasi. Kekuatan strength dan kelemahan weakness merupakan faktor internal yang memberikan pengaruh langsung, sedangkan peluang opportunity dan ancaman threat merupakan faktor eksternal yang mendatangkan pengaruh tidak langsung. Keterkaitan antara faktor internal dan faktor eksternal tersebut dapat ditunjukkan dalam empat kategori hubungan berikut : 1. Memanfaatkan kekuatan untuk meraih peluang. 2. Memanfaatkan kekuatan untuk mengantisipasi ancaman. 3. Menghilangkan kelemahan untuk meraih peluang. 4. Menghilangkan kelemahan untuk mengantisipasi ancaman. Dalam konteks perencanaan, pembangunan, dan penyelenggaraan Tatralok di Kota Tual, keempat faktor di atas dapat didefinisikan sebagai berikut :  Kekuatan, merupakan faktor-faktor internal yang dimiliki Kota Tual yang bisa dijadikan kunci sukses dalam penyelenggaraan tataran transportasi lokal di Kota Tual.  Kelemahan, yakni faktor-faktor internal yang dipunyai Kota Tual yang bisa menjadi sumber ketidakberhasilan dalam penyelenggaraan tataran transportasi lokal di Kota Tual. Laporan Akhir III - 38