Latar Belakang Gambaran Pola Makan dalam Terjadinya Gastritis pada Biarawati di Yayasan Santa Maria

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan yang terlalu berbumbu Brunner, 2006. Gastritis terjadi pada orang-orang yang mempunyai pola makan tidak teratur dan merangsang produksi asam lambung Padmiarso, 2009. Gastritis disebut juga sebagai penyakit maag dan merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehar-hari, yang bisa mengakibatkan kualitas hidup menurun, tidak produktif dan bila tidak ditangani dengan baik akan berakibat fatal bahkan sampai pada tahap kematian Valle, 2008. Gastritis bila tidak diobati akan mengakibatkan sekresi lambung semakin meningkat dan akhirnya membuat lambung luka-luka ulkus yang dikenal dengan tukak lambung juga dapat menimbulkan perdarahan saluran cerna bagian atas SCBA berupa hematemesis muntah darah, melena, perforasi dan anemia karena gangguan absorpsi vitamin B12 anemia pernisiosa bahkan dapat menimbulkan kanker lambung Suratum, 2010. Gastritis bila terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat meningkatkan asam lambung, seperti makanan pedas dan asam, selain makanan yang bersifat asam, juga cara memasak makanan dapat menjadi penyebab utama peningkatan asam lambung seperti memasak daging yang tidak matang sempurna, Universitas Sumatera Utara kari dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega, jenis makanan ini sangat sukar di cerna oleh lambung sehingga kerja lambung lebih tinggi dan mengakibatkan peningkatan asam lambung, jika ini terjadi terlalu lama maka akan menyebabkan gastritis Iskandar, 2009. Asam lambung juga disebabkan oleh aktifitas yang padat, stress yang tinggi, infeksi kuman, serta alhokol Purnomo, 2009. Menurut Misnadiarly 2009, penyebab gastritis adalah iritasi, infeksi, dan atropi mukasa lambung yang berawal dari stres, alkohol, kafein, makan yang tidak teratur, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti NSAIDs Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs yang dapat mengiritasi mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual muntah, keluhan lain seperti merasa tidak nyaman pada epigastrium, sakit seperti terbakar pada perut bagian atas yang dapat berakibat lebih buruk ketika makan, nafsu makan hilang, bersendawa dan kembung, bisa juga disertai demam, menggigil kediginan hal ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari Puspadewi, 2012 Budiana 2006, mengatakan bahwa prevalensi penyakit Gastritis terbesar di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan di derita lebih dari 1,7 milyar penduduk. Negara yang sedang berkembang di jumpai infeksi pada usia dini dan pada negara maju sebagian besar di jumpai pada usia tua. Inggris 6-20 menderita Gastritis pada usia 55 tahun dengan prevalensi 22 pada semua umur dan tahun 1988 adalah 16 kasus1000 pada kelompok umur 45-64 tahun. Universitas Sumatera Utara Penelitian Rahmawati 2010 di puskesmas Lamongan didapatkan bahwa hasil prevalensi rasio 2,19 untuk responden yang sangat rentan stres psikologis dan prevalensi rasio 4,67 bahwa faktor utama terjadinya gastritis karena stres, kelelahan dan pola makan yang tidak teratur. Penelitian Maulidiyah dan Unum 2006, daerah- daerah di Indonesia menunjukkan data yang cukup tinggi terjadinya gastritis seperti di Kota Surabaya angka kejadian sebesar 31,2, Denpasar 46, serta survey yang dilakukan pada masyarakat Jakarta pada tahun 2010 yang melibatkan 1.645 responden mendapatkan bahwa pasien dengan masalah gastritis mencapai 60 sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6. Data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2011, gastritis merupakan 10 besar penyakit dengan posisi peringkat ke 6 pasien rawat jalan dan peringkat ke 5 rawat inap dan Environment Healt Country Profile World Healt Organization 2012 mengatakan bahwa angka kejadian gastritis di Indonesia 40,8 yang terjadi pada daerah-daerah di Indonesia dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk. Penyakit yang muncul secara langsung akibat pola makan yang tidak teratur adalah penyakit yang berhubungan dengan lambung seperti penyakit maaggastritis karena salah satu penyebab utama peningkatan asam lambung adalah pola makan yang tidak teratur. Makanan atau minuman yang dikonsumsi dan masuk ke dalam lambung yang berfungsi untuk mengurangi kepekatan asam lambung sehingga tidak sampai merusak dinding lambung. Ketua Departemen Gizi Masyarakat IPB menambahkan, secara umum pola makan terkait dengan Universitas Sumatera Utara metabolisme tubuh, ada jam-jam makan yang sebaiknya dipatuhi. Bila makan secara teratur, maka asam lambung akan mencerna makanan dengan baik, tetapi bila tidak ada makanan, maka asam lambung yang seharusnya berfungsi untuk mencerna makanan akan merusak dinding lambung. Mengingat pentingnya hidup sehat maka peneliti tertarik memilih para biarawati yayasan Santa Maria untuk dilakukan penelitian tentang Gambaran Pola Makan dalam terjadinya Gastritis pada Biarawati Yayasan Santa Maria. Umumnya mereka memiliki aktifitas yang sangat padat dengan tugas-tugas yang begitu berat sehingga seringkali menganggu pola makan dan mereka juga perlu mengenal, mengetahui masalah kesehatan termasuk mengenal bagaimana pola makan yang dapat mengakibatkan sakit maaggastritis karena penyakit gastritis merupakan kondisi yang sangat mengganggu aktivitas dan banyak dijumpai pada masyarakat serta dapat menimbulkan komplikasi yang fatal dari berbagai usia dan profesi.

1. 2. Rumusan Masalah