Frekuensi Makan Pola makan

2010. Tabel distribusi frekuensi berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi responden 20 kategori yang tidak sesuai dan 80 kategori yang sesuai. Hal ini disebabkan karena responden tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya, faktor kesibukan, mengkonsumi makanan yang pedas, makanan yang keasamannya tinggi, makanan yang banyak mengandung lemakgoreng- gorengan, makanan yang mengandung kafein seperti kopi yang dapat meningkatkan produksi asam lambung dan pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun. Tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung dan menyebabkan penyakit gastritis Misnadiarly, 2009. Sebaiknya responden menghindari makanan yang bersifat merangsang dinding lambung yang memproduksi zat asam berlebihan diantaranya makanan yang pedas, asam makanan yang mengandung gas maupun yang banyak mengandung lemak atau goreng-gorengan yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis.

2.1.2. Frekuensi Makan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden ada 13 orang 26 responden frekwuensi makanannya kurang dan 37 orang 74 responden yang frekuensi makannya baik. Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik kualitatif dan kuantitatif. Frekuensi makan merupakan intensitas makan dalam sehari yang meliputi makanan lengkap full meat dan makanan selingan snack. Bila frekuensi makan sehari-hari semakin kecil, tidak memenuhi makanan lengkap dan makanan selingan maka akan rentan untuk terkena penyakit gastritis. Hal ini disebabkan perut dibiarkan kosong selama lebih dari tiga jam, sehingga asam lambungpun semakin banyak diproduksi oleh lambung. Secara Universitas Sumatera Utara alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuikan dengan kosongnya lambung Okviani, 2011. Penelitian Rahma, dkk 2013 menunjukkan bahwa lebih banyak responden dengan frekuensi makan yang tidak tepatkurang 58,7 dibandingkan dengan frekuensi makan yang tepatsesuai, ini disebabkan karena kebanyakan responden hanya makan makanan lengkap dua kali yaitu siang dan malam, padahal yang tepat adalah makan makanan yang lengkap sebanyak tiga kali sehari sedangkan untuk makanan selingan, beberapa responden tidak dapat memenuhi makanan selingan minimal tiga kali sehari karena alasan ekonomi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Rahma yaitu responden tetap makan tiga kali sehari tetapi tidak tepat waktu dan makanan selingan jarang terpenuhi dengan alasan sibuk. Frekuensi makan yang tidak diperhatikan dengan baik akan mengakibatkan gangguan pada lambung sehingga menimbulkan penyakit maag atau gastritis, jadi bagi responden harus lebih memperhatikan frekuensi makannya serta frekuensi konsumsi makanan yang dianjurkan. Frekuensi yang telah distandarkan oleh Depkes di mana anjuran makan satu hari rata-rata remajadewasa secara umum orang Indonesia dengan energi 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan 1900 dan proteinnya 50. Depkes RI, 2009.

2.1.3. Jadwal makan