Jenis makanan Pola makan

responden tidak terlalu berat dan bisa mengatur pola makan dengan baik. Pola makan yang sehat dapat diartikan sebagai suatu cara atau usaha untuk melakukan kegiatan makan secara sehat, yang dimaksud pola makan sehat dalam penelitian ini adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis bahan makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Santosa dan Anne, 2004 mengatakan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan oleh setiap orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

2.1.1 Jenis makanan

Hasil penelitian diperoleh data 40 orang 80 responden mengkonsumsi makanan yang sesuai dan 10 orang 20 yang jenis makanannya tidak sesuai. Hal ini dapat disebabkan karena responden kurang perhatian akan kesehatan diri atau kurang mengerti apa akibat bila tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsi juga faktor kesibukan. Jenis makanan dengan kategori tidak sesuai yaitu makanan yang dapat meningkatkan asam lambung sedangkan kategori sesuai yang dikonsumsi responden agar tidak terjadi gastritis yaitu jenis makanan yang tidak dapat meningkatkan asam lambung. Jenis makanan merupakan salah satu faktor penyebab dari penyakit gastritis. Suratum 2010 mengatakan bahwa mengkonsumsi makanan pedas secara berlebihan dapat merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus untuk berkontraksi. Pendapat ini juga didukung oleh Misnadiarly 2009 tentang jenis makanan yang dapat Universitas Sumatera Utara mengakibatkan gastritis yaitu makanan yang pedas, makanan yang mengandung gas dan asam. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Sulastri, dkk 2012 pada 53 responden di Puskesmas Kampar Riau bahwa 44 orang 83 responden jenis makanan tidak sesuai yaitu makanan yang instan, alkohol serta makanan yang mengandung kafein dan 9 orang 17 responden jenis makanannya sesuai. Perbedaan hasil penelitian ini karena adanya perbedaan dari segi populasi dan sampel. Tetapi penelitian ini didukung oleh penelitian Rahmawati 2010 di puskesmas Lamongan didapatkan bahwa hasil prevalensi rasio 2,19 untuk responden yang sangat rentan stres psikologis dan prevalensi rasio 4,67 bahwa faktor utama terjadinya gastritis karena stres, kelelahan. Jenis makan yang tidak sesuai dapat menimbulakan gastritis tetapi ada berbagai faktor penyebab asam lambung tinggi antara lain: aktivitas padat sehingga telat makan, stress tinggi yang berimbas pada produksi asam lambung berlebih. Faktor lain yaitu infeksi kuman e-colli, salmonella atau virus, pengaruh obat-obatan, konsumsi alkohol berlebih Purnomo, 2009 dan menurut Misnadiarly 2009, penyebab gastritis adalah iritasi, infeksi, dan atropi mukasa lambung yang berawal dari stres, alkohol, kafein, makan yang tidak teratur, infeksi Helicobacter pylori dan Mycobacteria spesies, serta obat-obatan seperti NSAIDs Nonsteroidal Antiinflamatory Drugs. Jenis makanan adalah variasi bahan makanan yang jika dimakan, dicerna, diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan menu sehat dan seimbang, jenis dan ragam makanan untuk mewujudkan kesahatan yang optimal Prita, Universitas Sumatera Utara 2010. Tabel distribusi frekuensi berdasarkan jenis makanan yang dikonsumsi responden 20 kategori yang tidak sesuai dan 80 kategori yang sesuai. Hal ini disebabkan karena responden tidak memperhatikan makanan yang dikonsumsinya, faktor kesibukan, mengkonsumi makanan yang pedas, makanan yang keasamannya tinggi, makanan yang banyak mengandung lemakgoreng- gorengan, makanan yang mengandung kafein seperti kopi yang dapat meningkatkan produksi asam lambung dan pada akhirnya kekuatan dinding lambung menurun. Tidak jarang kondisi seperti ini menimbulkan luka pada dinding lambung dan menyebabkan penyakit gastritis Misnadiarly, 2009. Sebaiknya responden menghindari makanan yang bersifat merangsang dinding lambung yang memproduksi zat asam berlebihan diantaranya makanan yang pedas, asam makanan yang mengandung gas maupun yang banyak mengandung lemak atau goreng-gorengan yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis.

2.1.2. Frekuensi Makan