Jadwal makan Pola makan

alamiah makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini pun menyesuikan dengan kosongnya lambung Okviani, 2011. Penelitian Rahma, dkk 2013 menunjukkan bahwa lebih banyak responden dengan frekuensi makan yang tidak tepatkurang 58,7 dibandingkan dengan frekuensi makan yang tepatsesuai, ini disebabkan karena kebanyakan responden hanya makan makanan lengkap dua kali yaitu siang dan malam, padahal yang tepat adalah makan makanan yang lengkap sebanyak tiga kali sehari sedangkan untuk makanan selingan, beberapa responden tidak dapat memenuhi makanan selingan minimal tiga kali sehari karena alasan ekonomi. Penelitian ini berbeda dengan penelitian Rahma yaitu responden tetap makan tiga kali sehari tetapi tidak tepat waktu dan makanan selingan jarang terpenuhi dengan alasan sibuk. Frekuensi makan yang tidak diperhatikan dengan baik akan mengakibatkan gangguan pada lambung sehingga menimbulkan penyakit maag atau gastritis, jadi bagi responden harus lebih memperhatikan frekuensi makannya serta frekuensi konsumsi makanan yang dianjurkan. Frekuensi yang telah distandarkan oleh Depkes di mana anjuran makan satu hari rata-rata remajadewasa secara umum orang Indonesia dengan energi 2550 kkl dan protein 60 bagi laki-laki dan bagi perempuan 1900 dan proteinnya 50. Depkes RI, 2009.

2.1.3. Jadwal makan

Hasil penelitian diketahui bahwa jadwal makan untuk reponden dikategorikan makan teratur ada 36 orang 72 responden dengan pola makan Universitas Sumatera Utara teratur tiga kali sehari dengan selingan diantara makan pagi dan siang sedangkan untuk responden yang jadwal makan tidak teratur ada 14 orang 28 responden. Jadwal makanan sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi jam 07.00- 08.00, selingan jam 10.00 siang jam 13.00-14.00, selingan jam 17.00 soremalam jam 19.00. Jadwal adalah teratur makan pagi, selingan pagi, makan siang, selingan siang dan makan malam, makan ini sama dengan manusia pada umumnya, yaitu pagi, siang dan sore. Jadwal makan harus teratur, lebih baik makan dalam jumlah sedikit tapi sering dan teratur daripada makan dalam porsi banyak tapi tidak teratur Almatsier, 2010. Pola makan sehari-hari terlihat pada kebiasaan jadwal makan yang sering tidak teratur, seperti sering terlambat makan atau menunda waktu makan bahkan kadang tidak sarapan pagi atau tidak makan siang atau tidak makan malam sehingga membuat perut mengalami kekosongan dalam waktu yang lama. Jadwal makan yang tidak teratur tentunya akan dapat menyerang lambung yang dapat menimbulkan penyakit maag atau gastritis. Tabel 5.2 menggambarkan distribusi frekuensi responden berdasarkan waktu makan responden adalah 72 dengan kategori teratur dan 28 berada pada kategori tidak teratur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki jadwal makan teratur sebesar 72 dan yang tidak teratur sebesar 28. Gastritis atau sakit maag sering disebabkan jadwal makan yang tidak teratur, sering terlambat makan atau sering makan yang berlebihan. Lama makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Umumnya lambung kosong antara 3-4 jam maka jadwal makan inipun menyesuaikan dengan kosongnya lambung Universitas Sumatera Utara Okviani, 2011. Pada tabel distribusi frekuensi penderita gastritis berdasarkan jadwal makan ada 28 kategori tidak teratur makan. Makan tidak teratur atau terlambat makan akan mengakibatkan gastritis karena biasanya menunggu lapar baru makan dan saat makan langsung makan banyak atau hanya sedikit tapi jarang Puspadewi, 2009. Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Rahma, dkk 2013 di puskesmas Kampli bahwa lebih banyak responden yang makan teratur 55,8 dibandingakan dengan yang makan tidak teratur 44,2. Ketidakteraturan makan merupakan faktor resiko terjadinya gastritis hal ini disebabkan waktu responden cukup terbatas terhadap waktu makan setiap hari, melihat usia responden antara 18-60 usia produktif dengan kemampuan kerja yang cukup tinggi sehingga waktu makan tidak teratur.

2.1.4. Porsi Makan