Filosofi Dari JIT Sistem Produksi Toyota Dalam pelaksaan proses di logistik,

26 dari sistem –system produksi yang ada di perusahaan ini. Sistem produksi yang ada disini mempunyai tujuan yaitu menghasilkan produk yang spesifik, tepat waktu dan biaya produksi yang minimum. Dari tujuan tersebut jika dilaksanakan dengan baik dapat meningkatkan jumlah pelanggan agar kebutuhan tertier ini akan membuat pelanggan merasa puas. Dalam sistem produksi juga ada beberapa kriteria – kriteria sebagai tolak ukur pengendalian dan pengukuran kegiatan manufaktur antara lain :  Volume produksi.  Biaya produksi.  Tingkat pemanfaatan dan efektivitas sumber daya manusia.  Penyerahan tepat waktu Just In Time.  Tingkat pengembalian investasi ROI.  Fleksibilitas terhadap perubahan produk.  Fleksibilitas terhadap perubahan kapasitas produk.  Kualitas produk dapat dipercaya oleh konsumen. Pada sistem produksi Toyota, kriteria – kriteria diatas merupakan dasar – dasar dari operasional. Sistem produksi Toyota sering diidentikkan dengan sistem manufakturing yang tepat waktu atau lebih dikenal dengan istilah Just In Time JIT. Just In Time JIT adalah menghasilkan barang yang di perlukan, dalam jumlah yang diperlukan, dan pada waktu diperlukan.

2.2.1. Filosofi Dari JIT

Sistem JIT mulai dikembangkan pada perusahaan Toyota Motor Company di jepang dan sebelumnya telah berkembang lebih dari 50 tahun. Terhadap 3 orang penemuan yang menjadi pelopor dari sistem JIT ini, diantaranya Sakichi Toyoda 1867- 1930 adalah penemuan masin otomatis yang telah menguraikan pemikiran tentang otomatisasi khusus. Putranya Kiichiro Toyoda 1894-1952 telah menguraikan pemikirannya tentang sistem JIT, kemudian mendirikan mobil Toyota. Setelah berkembang sekian lamanya Taiichi Ohno mengembangkan kedua konsep tersebut menjadi 2 pilar pokok utama dalam sistem produksi Toyota atau JIT. Kini banyak perusahaan – perusahaan terbaik di amerika serikat telah menerapkan JIT ini, termasuk perusahaan – perusahaan dalam industri mobil dan elektronik. Akar dari system JIT mungkin bisa ditelusuri dari lingkungan di jepang. Karena kurangnya ruang dan kurangnya sumber daya alam, orang jepang telah mengembangkan suatu sikap untuk tidak boros. Mereka memandang barang sisa dan 27 pengerjaan ulang sebagai suatu pemborosan, oleh karena itu mereka berjuang untuk mendapatkan mutu yang sempurna. Mereka juga percaya bahwa penyimpanan persediaan merupakan pemborosan ruang dan mengikat hal – hal yang bernilai. Begitu juga dengan pengangkutan, pengangkutan peranannya sangat penting karena tidak hanya mengangkut barang jasa, tetapi juga bermacam – macam informasi maupun komunikasi. Mengangkut yang tidak diperlukan untuk produksi Just In Time merupakan suatu pemborosan dalam mengangkut dan sesuatu yang tidak menyumbang nilai bagi produk dianggap sebagai pemborosan. Akibatnya, sudah menjadi hakikat apabila filosofi JIT berkembang pesat di jepang. Selain menghilangkan pemborosan, JIT juga mempunyai pokok tujuan utama yaitu memanfaatkan sepenuhnya kemampuan pekerja. Para pekerja di dalam system JIT di bebani berupa tanggung jawab untuk menghasilkan suku cadang spare part yang bermutu tepat pada waktunya guna mendukung proses produksi berikutnya. Jika mereka tidak memenuhi tanggung jawab tersebut, maka para pekerja diminta untuk menghentikan proses produksi dan minta bantuan. Selain itu pula para pekerja juga dibebani beberapa tanggung jawab lainnya seperti untuk memperbaiki proses produksi itu sendiri apabila terjadi kesulitan – kesulitan didalam prosesnya. Tujuan dari system JIT bukanlah peran serta pekerja, sebaliknya adalah untuk memperbaiki laba dan hasil atas investasi melalui penurunan persediaan dan perbaikan mutu kualitas. Sasaran untuk mencapai tujuan itu adalah menghilangkan pemborosan dan melibatkan pekerja didalam proses produksi.

2.2.2. Just In Time Production