Gambar 2.6 Diagram alir kerangka berpikir
D. Hipotesa
1. Pemberian variasi dosis seduhan bubuk kopi Robusta
Coffea canepora
Manggarai berpengaruh terhadap efek laksatif pada tikus putih betina. 2.
Seduhan bubuk kopi Robusta
Coffea canepora
Manggarai pada dosis 0.6 g200gBB memberikan efek laksatif paling optimum pada tikus putih betina.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni. Rancangan penelitian ini tergolong Rancangan Acak Lengkap RAL dengan
satu faktor. Penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel terikat, dan variabel kontrol.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu variasi dosis seduhan bubuk kopi Robusta Manggarai 0.15 g, 0.3 g, dan 0.6 g200 gBB. Variabel terikat
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu frekuensi defekasi dan konsistensi feses. Variabel kontrolkendali yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis
kopi, kondisi hewan uji tikus putih yang mencakup bobot badan, jenis kelamin, galur, umur, kandang, serta jenis dan volume pakan dan minuman.
B. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah: 1.
Kopi Jenis kopi yang digunakan adalah kopi Robusta
Coffea canephora
. Kopi Robusta diperoleh dari Manggarai, Flores, NTT dalam bentuk bubuk kopi. Pengolahan kopi menurut budaya di Manggarai
sebagai berikut: biji kopi diproses dengan metode semi-giling basah
semi wetsemi washed method
, disangrai dengan metode
dark roasting
lalu ditumbuk atau digiling hingga diperoleh bubuk kopi dengan tekstur yang
diinginkan. 2.
Seduhan bubuk kopi Seduhan bubuk kopi dibuat dengan menambahkan air mendidih
suhu 93-95 C ke dalam bubuk kopi selama 3-5 menit.
3. Dosis kopi
Dasar penetapan variasi dosis kopi adalah SNI 01-7152-2006 tentang batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman yaitu 150
mghari dan 50 mgsajian. Variasi dosis kopi dibuat dengan tidak melebihi batas maksimum kafein dalam minuman per hari pada manusia yaitu 25 g,
12.5 g, dan 6.25 g. Dosis tersebut lalu dikonversikan ke dosis untuk tikus putih sehingga diperoleh variasi dosis sebagai berikut: 0.6 g, 0.3 g, dan
0.15 g200gBB. 4.
Efek laksatif Efek laksatif diketahui dengan cara menghitung frekuensi defekasi
selama 6 jam setelah diberi perlakuan dan mengamati konsistensi feses. Konsistensi feses ditentukan oleh kandungan air dalam feses dengan
menghitung selisih berat feses basah dengan berat feses kering dalam , yang dikategorikan sebagai berikut: