10
ends mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan. Keempat amanat message mengacu pada bentuk dan isi amanat. Kelima cara key
mengacu pada semangat melakukan percakapan. Keenam sarana instrument, jalur chanel mengacu pada apakah pemakaian hasil
dilaksanakan secara lisan atau tulis dan mengacu pula pada variasi bahasa yang digunakan. Ketujuh norma mengacu pada perilaku peserta
percakapan. Kedelapan jenis atau genre yaitu mengacu pada kategori bentuk dan ragam bahasa.
Konteks dapat berupa orang atau benda, tempat, waktu, bahasa, alat, dan tindakan. Konteks berupa orang adalah siapa yang berbicara dan
dengan siapa ia berbicara. Kontek berupa tempat adalah di mana ujaran tersebut di bicarakan.
2.2.3 Tuturan
Tutur atau tuturan merupakan sesuatu yang ditutur, diucapkan, diujarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 1231. Tuturan adalah kata, frase, kalimat
yang diucapkan penutur ketika sedang berkomunikai. Austin melalui Nababan, 1992: 22 menyatakan bahwa biasanya ujaran memiliki bentuk formal tertentu
antara lain penyataan, memberi informasi, dan melakukan tindak bahasa.
2.2.4 Tindak Tutur
Konsep tindak tutur kali pertama dicetuskan oleh Austin 1962 dalam bukunya How to Do Things with World. Dalam bukunya itu, Austin membedakan
11
antara ujaran performatif dan konstatif deskripstif. Teori tindak tutur Austin tersebut baru tampak berkembang secara mantap setelah Seale 1969
menerbitkan buku yang berjudul Speech Acts, an Essay in the Philosophy of
Language. Menurut Searle 1969, dalam komunikasi bahasa terdapat tindak tutur. Ia
berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekedar lambang, kata, kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau
kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Lebih tegasnya, tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan
kesatuan terkecil dari komunikasi bahasa. Sebagaimana komunikasi bahasa yang dapat terwujud pernyataan, pertanyaan, dan perintah, tindak tutur dapat pula
berwujud pernyataan, pernyataan, dan perintah. Tindak tutur dalam ujaran suatu kalimat merupakan penentu makna
kalimat itu. Namun, makna suatu kalimat tidak ditentukan oleh satu-satunya tindak tutur seperti yang berlaku dalam kalimat yang sedang diujarkan itu, tetapi
selalu dalam prinsip adanya kemungkinan untuk menyatakan secara tepat apa yang dimaksud oleh penuturnya. Oleh sebab itu, mungkin sekali dalam setiap
tindak tutur, penutur menuturkan kalimat yang unik karena dia berusaha menyeseuaikan ujaran dengan konteksnya. Dalam pengertian seperti itu, studi
tentang makna kalimat dan studi tentang tindak tutur bukanlah dua studi yang terpisah, melainkan satu studi dengan dua sudut pandangan yang berbeda. Dengan
demikian, teori tindak tutur adalah teori yang lebih cenderung meneliti tentang
12
makna kalimat dan bukannya teori yang lebih cenderung berusaha menganalisis struktur kalimat.
2.2.5 Jenis Tindak Tutur