10
c Kesimpulan:
1 Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan rasio
kemandirian antara sebelum dan sesudah otonomi daerah. 2
Tidak terdapat perbedaan rasio keserasian antara sebelum dan sesudah otonomi daerah.
3 Terdapat perbedaan rasio pertumbuhan antara sebelum dan
sesudah otonomi daerah. Adapun persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu
adalah sama-sama membahas mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan pemerintah daerah, sedangkan perbedaannya yaitu terletak
pada objek dan periode penelitian, sehingga penelitian ini bukan merupakan replikasi.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Akuntansi Sektor Publik
Ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang definisi Akuntansi Sektor Publik ASP, yaitu antara lain:
1. Bastian 2001: 6
Merupakan mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga
tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik
Daerah BUMD, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan Yayasan Sosial pada proyek kerjasama sector publik dan swasta.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
2. Rosjidi 2001: 34
Merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran dan pengkomunikasian informasi ekonomi dari lembaga-lembaga negara,
aparatur pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan seluruh satuan kerjanya serta aparatur perekonomian negara dan daerah dengan
semua unit organisasinya berdasarkan pada hukum publik, kecuali Persero dan Perseroda yang didasarkan pada hukum dagang
Commercial Law sebagai bagian dari hukum privat. 3.
Halim 2002: 143 Merupakan sebuah kegiatan jasa dalam rangka penyediaan
informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang nalar dari
pihak-pihak yang berkepentingan atas berbagai alternatif arah tindakan. 4.
Mardiasmo 2002: 14 Merupakan suatu alat informasi yang baik bagi pemerintah
sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik.
2.2.2. Otonomi Daerah
Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah yang dimaksud dengan daerah otonom
adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Otonomi daerah dan pembangunan daerah bisa diwujudkan apabila disertai dengan otonomi keuangan yang efektif. Hal ini berarti
bahwa pemerintah daerah secara finansial haruslah independen terhadap pemerintah pusat, dengan jalan sebaik mungkin menggali sumber-sumber
Pendapatan Asli Daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah. Keuangan pemerintah daerah yang kuat dapat meningkatkan efisiensi sektor publik
dan mengurangi kebutuhan akan transfer dana dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah regional
Skema otonomi daerah yang diberlakukan sejak tahun 1999 pada dasarnya bukan mengenai pengaturan kembali hubungan kekuasaan
melainkan juga perlu menyentuh dimensi “ pembiayaan “ ekonomi. Pemisahan antara kebijakan pemerintah dan masalah perimbangan
kekuasaan telah dibaca oleh banyak kalangan sebagai siasat pusat untuk tetap memegang kendali meskipun telah menyuarakan konsep ekonomi.
Dengan kontrol anggaran belanja dan pendapatan, bisa dipastikan abanyak inisiatif daerah yang bakal kandas dan pada giliranya akan
“mengadahkan tangan” pada pusat. Ratio pembagian hasil yang masih kurang, merupakan indikasi lain dari suatu kenyataan bahwa pusat
memang tidak sepenuhnya memberika kesempatan pada daerah untuk bisa tumbuh berkembang dan berkembang secara wajar.
Disamping itu, krisis ekonomi yang telah terjadi mengakibatkan penurunan kegiatan ekonomi di berbagai daerah, sehingga terjadi
peningkatan pengangguran, kemiskinan, dan permasalahan sosial lainnya yang memicu berbagai bentuk unjuk rasa di berbagai daerah sebagai wujud
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat. Penurunan ekonomi di berbagai daerah juga menyebabkan penurunan Pendapatan Asli Daerah sehingga
menghambat pelaksanaan kegiatan pemerintah , pembangunan, dan pelayanan masyarakat oleh pemerintah daerah secara otonom Achmad;
2002 Dalam kaitan dengan otonom daerah atau upaya memperkuat
Pendapatan Asli Daerah maka bantuan dari pemerintah pusat sesungguhnya merupakan yang diharapkan dapat mendorong peningkatan Pendapatan Asli
Daerah. Hakikat bantuan subsidi adalah untuk memperkuat tingkat otonomi suatu daerah. Untuk itu daerah mempunyai kebebasan dalam
menggunakan dana-dana bantuan yang ada sehingga mempunyai dampak yang positif terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah, sehingga
diharapkan daerah betul-betul dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang bisa mendorong peningkatan Pendapatan Asli Daerah mereka.
Banyak permasalahan yang terjadi di daerah berkaitan dengan penggalian dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah , terutama hal ini
disebabkan oleh LPEM-UI, 1999 : 1
Relatif rendahnya basis pajak dan retribusi daerah, serta sifatnya bervariasi antar dearah.
2 Perannya yang masih kecil dalam total penerimaan daerah, sebagian
besar penerimaan daerah masih berasal dari bantuan pusat. 3
Kemampuan administrasi daerah yang masih rendah sehingga pungutan pajak cenderung dibebani oleh biaya pungut yang besar
4 Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah, hal
ini mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
2.2.3. Produk Domestik Regional Bruto PDRB
Produk Domestik Regional Bruto PDRB merupakan salah satu cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Semakin
besar PDRB suatu wilayah maka semakin tinggi tingkat kemajuan pembangunan di wilayah tersebut.
Menurut Sukirno 2000 : 3 menyatakan bahwa Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah nilai barang - barang dan jasa dalam suatu
daerah yang diproduksi milik negara dalam satu tahun tertentu. Selanjtnya menurut BPS, Produk Domestik Regional Bruto adalah
total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah regional tertentu dalam waktu tertentu. PDRB atas harga berlaku menggambarkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tersebut, sedang PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah
barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai dasar yaitu dimana tahun keadaan perekonomian sedang stabil.
Undang – Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang – Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan landasan bagi daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri dengan lebih mengandalkan
kemampuan dan potensi yang dimiliki daerah. Berkaitan dengan kegiatan pembangunan daerah, pengadaan pendanaan pembagunan merupakan salah
satu agenda Pemerintah Daerah yang mendesak namun sering menjadi masalah. Adapun kemampuan daerah untuk menyediakan pendanaan yang
berasal dari daerah sangat tergantung pada ketersediaan potesi ekonomi dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
pada kemampuan merealisasikan potesi ekonomi tersebut menjadi bentuk – bentuk kegiatan ekonomi yang mampu menciptakan perguliran dana untuk
pembangunan daerah yang berkelanjutan. Perencanaan pembangunan daerah dilaksanakan berdasarkan
identifikasi terhadap wilayah perencanaan dan karakteristik wilayah. karakteristik wilayah perencanaan meliputi berbagai permasalahan dan
potensi yang dimiliki daerah. Rencana pembangunan daerah intensitasnya tiap tahun dapat
diketahui melalui Anggaran Pendapatn dan Belanja Daerah APBD. Sumber terbesar dari APBD adalah berasal dari Pendapatan Asli Daerah
PAD. Besar kecilnya PAD sangat dipengaruhi oleh intensita kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi beserta masyarakat di
daerah. Dengan berkembangnya produksi suatu sub sektor dapat membawa dampak ganda pada kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya. Dalam hal
kaitannya dengan Pendapatan Asli Daerah, berkembangnya produksi suatu sub sektor dalam PDRB berdampak pada peningkatan pendapatan
masyarakat, sehingga diharapkan dapat pula meningkatkan penerimaan PAD.
2.2.4. Pendapatan Asli Daerah PAD
2.2.4.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah PAD
Pendapatan Asli Daerah PAD nerupakan penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah perda sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
Menurut BPS, Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya.
Sedangkan menurut Mardiasmo 2002 : 132 Pendapatan Asli Daerah PAD adalah penerimaan dari sektor pajak daerah, retribusi
daerah, hasil perusahaan milik negara dan hasil pengelolahan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain – lain Pendapatan Asli Daerah yang sah,
Sedangkan berdasarkan UU No.25 Tahun 1999 dalam Siahaan, 2005 : 112 mendefinisikan Pendapatan Asli Daerah PAD adalah
merupakan sebagai penerimaan yang diperoleh oleh suatu daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah PAD adalah semua penerimaan yang diperoleh
dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dalam kurun waktu tertentu
yang pemanfaatannya menjadi hak daerah yang bersangkutan. Selanjutnya menurut Keputusan Mendagri Nomor 29 Tahun 2002
Pendapatan meliputi semua penerimaan yang merupakan hak Daerah dalam satu Tahun Anggaran yang akan menjadi penerimaan Kas Daerah.
Pendapatan Daerah dirinci menurut kelompok pendapatan, yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan dan lain-lain
pendapatan yang sah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
Setiap kelompok pendapatan dapat dirinci menurut jenis pendapatan; Kelompok Pendapatan Asli Daerah meliputi: a hasil pajak
daerah, b hasil retribusi daerah, c hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, d lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah. Kelompok Dana Perimbangan meliputi: a Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan, dan penerimaan dari sumberdaya alam, b Dana Alokasi Umum, c Dana Alokasi Khusus.
Kelompok lain-lain pendapatan yang sah, antara lain hasil penjualan asset tetap Daerah dan jasa giro Taufik, 2004 ; 21
2.2.4.2. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Soeparmoko 2001 : 94 - 95 mengemukakan sumber-sumber penerimaan pemerintah ataupun cara-cara yang dapat di tempuh
pemerintah untuk mendapatkan uang pada pokoknya dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Pajak
2. Retribusi
3. Keuntungan di perusahaan-perusahaan negara
4. Denda-denda dan perampasan yang dijalankan oleh pemerintah
5. Sumbangan masyarakat untuk jasa-jasa yang di berikan oleh
pemerintah 6.
Hasil dari undian negara 7.
Pinjaman baik dari dalam negeri maupun luar negeri 8.
Hadiah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
Selanjutnya menurut Samudra 1995 : 50-51 mengemukakan sumber pendapatan meliputi tidak saja Pendapatan Asli Daerah PAD,
akan tetapi termasuk pula sumber pendapatan daerah yang berasal dari penerimaan pemerintah pusat, yang dalam realisasinya dapat saja
berbentuk bagi hasil penerimaan pajak dari pusat atau lainnya yang berbentu subsidi sokongan untuk keperluan pembangunan daerah dan
sebagainya. Alokasi sumber-sumber keuangan pemerintah untuk daerah bisa
disebabkan oleh adanya permintaan daerah untuk membiayai kebutuhan- kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat atau hal lainnya, yang
dapat diwujudkan, misalnya dalam bagi hasil pungutan pajak, yakni pajak pusat yang sebagian atau seluruh hasilnya diserahkan kepada daerah tax
sharing, penyertaan modal pemerintah, yaitu investasi modal pemerintah pusat di daerah, pinjaman, bagian anggaran pusat yang dialokasikan untuk
pengeluaran-pengeluaran khusus pemerintah daerah yang dibayar langsung oleh pemerintah pusat Mursinto, 2005 ; 201
Sumber Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan pengertian dalam arti sempit. Jadi jelas berbeda dengan pengertian sumber
pendapatan daerah secara global. Sebab dari semua sumber-sumber pendapatan, hanya sebagian saja yang merupakan Pendapatan Asli
Daerah. Contoh dari pendapatan asli daerah adalah penerimaan dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, hasil dari perusahaan daerah ,
dan lainnya yang merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah itu yang digali atau dihasilkan oleh daerah yang bersangkutan dan merupakan pula
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
pendapatan daerahyang sah. Khusus mengenai retribusi daerah, merupakan pungutan langsung yang dikenakan untuk pelayanan tertentu
dari pemerintah daerah. Pungutan ini dibedakan dari pajak daerah yang dipungut tanpa menunjuk langsung pelayanan yang diberikan. Mursinto,
2005 ; 201
2.2.4.3. Usaha - Usaha Yang Dapat Dilakukan Untuk Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah PAD
Ada beberapa faktor yang dapat dilakukan guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah di kabupaten maupun kota. Seperti telah
diungkapkan sebelumnya bahwa untuk kabupaten maupun kota Pendapatan Asli Daerah PAD seharusnya merupakan sumber utama
dalam APBD guna pembangunan daerahnya. Dengan demikian ketergantungan terhadap pemerintah pusat menjadi semakin berkurang.
Faktor internal yang dapat ditempuh guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah diantaranya adalah meninjau kembali
kelembagaan yang ada saat ini dalam artian dinas penghasil di kabupaten maupun kota. Hal ini berarti apakah lembaga atau dinas penghasil di
kabupaten maupun kota sudah bekerja secara optimal. Kenyataan ini sangat penting sekali untuk menilai diri sendiri apakah fungsi pelayanan
telah dijalankan secara optimal. Diakui atau tidak, menilai diri sendiri bukan sebuah hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Bila
dikaitkan dengan PP Nomer 8 Tahun 2003, yang pada prinsipnya berisi tentang struktur pemerintahan baik kabupaten maupun kota yang ramping
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
tetapi kaya fungsi pada era otonomi daerah. Memang kenyataan yang terjadi perubahan struktur organisasi yang sangat mendasar sampai saat
ini masih belum diikuti dengan budaya organisasi yang memadai. Seperti diketahui masih banyak penarikan pajak maupun retribusi
yang tidak melalui hanya satu dinas penghasil melainkan melalui beberapa dinas. Kenyataan ini menimbulkan birokrasi yang relatif cukup
panjang dan memerlukan waktu penyelesaian cukup lama. Bila kondisi suatu kabupaten maupun kota seperti demikian sebaiknya secepatnya
dilakukan perubahan. Faktor internal lainnya adalah perlunya peninjauan kembali
terhadap Perda-perda di kabupaten dan kota yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah. Diakui atau tidak masih banyak Perda-perda
yang tumpang tindih antara satu sama lain. Tentu saja berkaitan dengan perda ini, tentunya harus bekerja sama dengan pihak legislatif dalam hal
ini DPRD kabupaten dan kota. Inventarisasi terhadap Perda-perda yang berkaitan dengan PAD tersebut harus secepatnya dilakukan, agar supaya
dapat diketahui Perda yang tumpang tindih. Memang inventarisasi yang harus dilakukan ini memerlukan waktu cukup lama karena berkaitan
dengan pihak lain dalam hal ini legislatif. Faktor internal lainnya adalah perlunya dilakukan pemetaan
terhadap obyek maupun subyek pajak dan retribusi yang potensial. Pemetaan ini tidak hanya dilakukan terhadap besaran dari pajak maupun
retribusi tetapi juga jenis obyek pajak maupun wajib pajak. Melalui pemetaan ini, diharapkan akan diketahui jenis-jenis pajak apa yang belum
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
tergali maupun wajib pajak yang belum terdaftar sebagai wajib pajak. Cara ini berguna sebagai dasar perencanaan guna menentukan besarnya
Pendapatan Asli Daerah di masa selanjutnya. Faktor internal selanjutnya adalah perlu adanya kemudahan-
kemudahan terhadap form-form isian sehingga mudah dimengerti oleh wajib pajak maupun proses penyelesaian kewajiban wajib pajak. Salah
satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui kerja sama dengan pihak lain dalam hal ini bank sehingga wajib pajak tidak perlu lagi datang ke
dinas penghasil untuk membayar pajak. Dengan demikian akan dapat dihindari adanya kerja sama antara wajib pajak dengan oknum-oknum
aparat dinas penghasil. Selain faktor Internal tersebut diatas, faktor internal juga
mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah PAD, yaitu misalnya masih banyak perilaku wajib pajak yang berusaha bekerja sama dengan oknum-
oknum dinas penghasil agar supaya dikenakan pajak yang relatif rendah. Bila menghadapi wajib pajak sedemikian ini maka kedua belah pihak
harus dikenakan sangsi yang proporsional. Tentu saja kepastian hukum terhadap mereka ini harus ditegakkan dengan benar.
Faktor eksternal yang juga harus diperhatikan adalah adanya kerja sama antara dinas pemberi ijin dengan dinas yang berhak untuk menarik
pajak maupun retribusi. Melalui cara ini akan dapat diketahui adanya wajib pajak baru sehingga dapat dipakai sebagai dasar pertimbangan
perencanaan selanjutnya. Idealnya dapat dilakukan melalui pelayanan satu atap agar supaya deteksi tersebut dapat dilakukan sedini mungkin.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
Faktor eksternal yang juga ikut berperan dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah adalah perusahaan-perusahaan jasa yang
menangani masalah pajak maupun retribusi. Perusahaan-perusahaan jasa tersebut perlu dilakukan inventarisasi agar supaya dapat dideteksi
perusahaan mana yang kurang profesional dalam menjalankan kegiatannya. Bagi perusahaan ini bila tidak bekerja secara profesional harus diberikan
sangsi dengan tegas. Hal ini untuk menghindari lamanya proses penyelesaian membayar pajak maupun retribusi yang sebenarnya
kesalahannya terletak pada perusahaan jasa tersebut, namun seringkali ditimpakan pada dinas penghasil.
2.2.5. Kinerja Keuangan Daerah
Kinerja pemerintah daerah tidak dapat dinilai berdasarkan laba yang diperoleh karena pemerintah daerah bukan perusahaan pencari laba.
Mungkin saja pemerintah daerah melakukan aktivitas menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biayanya sehingga mengalami surplus.
Akan tetapi surplus yang diperoleh tidak berarti menunjukkan kinerja unit pemerintah yang bagus, sebab harus dilihat apakah surplus tersebut karena
tarif yang terlalu tinggi yang dibebankan terhadap publik. Kinerja keuangan pemerintah daerah sebagai penyusun dan
pelaksana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD yang dapat digambarkan dalam suatu laporan kinerja keuangan surplusdeficit
pemerintah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
Dengan demikian laporan surplus atau defisit pada anggaran adalah merupakan suatu laporan yang menyajikan tentang pendapatan pemerintah
daerah selama satu periode dan biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini merupakan Laporan surplus-defisit anggaran pemerintah daerah yang dapat disajikan pada tabel 2.1 sebagai
berikut:
Tabel 2.1. : Laporan Surplus Defisit Anggaran Pemerintah Daerah Untuk Periode 31 Desember 20XX
No. Rek Keterangan
Jumlah Rp PENDAPATAN:
Pendapatan pajak hotel Pendapatan retribusi pasar
Pendapatan laba BUMD Pendapatan bagi hasil pajak dan bukan pajak
Pendapatan DAU
Total Pendapatan BELANJA:
Belanja rutin Belanja perjalanan dinas
Belanja barang Belanja pegawai
Biaya sosialisasi akuntansi Jumlah belanja rutin
Belanja pembangunan Belanja pembangunan pertanian
Belanja pembangunan industri Belanja pembangunan agama
Jumlah belanja pembangunan
Total Belanja SurplusDefisit
xxx xxx
xxx xxx
xxx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx
xxx xxx
xxx xxx
xxx xxx
Sumber: Halim, 2002, Akuntansi Keuangan Daerah, Penerbit Salemba Empat Jakarta, Hal :157
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
2.2.6. Laporan Keuangan Daerah
2.2.6.1. Jenis Laporan Keuangan Daerah
Laporan keuangan daerah menurut IPSAS International Public Sector Accounting Standart seperti yang dikutip oleh Bastian 2001: 177
terdiri dari: 1.
Laporan Posisi Keuangan Neraca. Laporan yang memberikan gambaran utuh suatu entitas
pemerintah daerah pada suatu titik waktu. Dalam neraca akan tergambar elemen-elemen yang menyusun entitas tersebut, sehingga
neraca sering disebut sebagai potret keuangan suatu entitas. 2.
Laporan Surplus-Defisit Laporan Kinerja Keuangan. Laporan surplus-defisit adalah laporan yang menggambarkan
kinerja keuangan entitas pemerintah daerah dalam satu periode akuntansi. Kinerja dalam hal ini digambarkan dengan kemampuan
pemerintah daerah dalam menciptakan surplus. Ketika total biaya lebih besar daripada total pendapatan, maka terjadi defisit.
3. Laporan Arus Kas.
Laporan arus kas adalah laporan yang menggambarkan perubahan posisi kas dalam suatu periode akuntansi. Didalam laporan
arus kas, perubahan posisi kas akan dilihat dari tiga sisi, yaitu kegiatan operasi, pendanaan dan investasi. Laporan arus adalah
laporan yang selama ini dihasilkan oleh system akuntansi berbasis kas yang sebelumnya dianut oleh pemerintah daerah meskipun dalam
format yang tidak sama persis.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
4. Laporan Perubahan Ekuitas Dana.
Laporan ekuitas dana menyajikan informasi mengenai perubahan surplus dan defisit anggaran akibat berbagai transaksi yang
terjadi dalam satu periode. Laporan ini merupakan pelengkap dari laporan surplusdefisit anggaran.
5. Laporan Perhitungan Anggaran dan Nota Perhitungan Anggaran.
Merupakan suatu laporan yang menggambarkan selisih antara jumlah yang dianggarkan dalam APBN diawal periode dengan jumlah
yang telah direalisasikan dalam APBD diakhir periode.
2.2.6.2. Pemakai Laporan Keuangan Daerah
Laporan keuangan daerah akan digunakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan dan terlibat dengan pemerintah daerah baik langsung
maupun tidak langsung, sehingga pihak-pihak tersebut disebut sebagai pemakai laporan keuangan pemerintah daerah.
Menurut Halim 2002: 22 pemakai laporan keuangan pemerintah daerah adalah:
1. DPRD.
2. Badan Eksekutif.
3. Badan Pengawas Keuangan.
4. Investor, Kredit dan Donatur Pemerintahan.
5. Analisis Ekonomi dan Pemerhati Pemerintah Daerah.
6. Rakyat.
7. Pemerintah Pusat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
2.2.6.3. Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Menurut Bastian 2006: 96 Tujuan dari pelaporan keuangan umum dalam pemerintah daerah adalah menyadiakan informasi yang
berguna untuk tujuan pengambilan keputusan dan untuk mendemonstrasikan akuntabilitas entitas untuk sumber-sumber daya
terpercaya dengan: 1.
Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya finansial.
2. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mendanai
aktivitasnya dan memenuhi persyaratan kasnya. 3.
Menyediakan informasi yang berguna dalam mengevaluasi kemampuan entitas untuk mendanai aktivitasnya dan untuk
memenuhi kewajiban dan komitmennya. 4.
Menyediakan informasi mengenai kondisi finansial suatu entitas perubahan di dalamnya.
5. Menyediakan informasi agregat yang berguna dalam mengevaluasi
kinerja entitas dalam hal kas jasa, efisiensi dan pencapaian tujuan.
2.2.7. Analisis Rasio Keuangan
2.2.7.1. Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Menurut Halim 2002: 127 Analisis keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang
tersedia. Penggunaan analisis rasio terhadap APBD belum banyak dilakukan sehingga secara teori belum ada kesepakatan mengenai nama
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
dan kaidah pengukurannya. Meskipun demikian, dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang transparansi, jujur, demokratis,
efektif, efisien dan akuntabel, analisis rasio terhadap APBD perlu dilaksanakan meskipun kaidah pengakuntansian dalam APBD berbeda
dengan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan swasta. Analisis rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang
dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi.
Hasil analisis rasio keuangan digunakan untuk: 1.
Menilai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai penyelenggaraan otonomi daerah.
2. Mengukur efektivitas dalam merealisasikan pendapatan daerah.
3. Mengukur aktivitas pemerintah daerah membelanjakan pendapatan
daerahnya. 4.
Melihat perkembangan perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Pada pemerintah daerah, penggunaan analisis rasio keuangan masih sangat terbatas, karena:
1. Keterbatasan penyajian laporan keuangan yang sifatnya berbeda
dengan penyajian laporan keuangan perusahaan. 2.
Selama ini penyusunan APBD dilakukan berdasarkan tingkat inflasi dan mengabaikan bagaimana rasio keuangan dalam APBD.
3. Penilaian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang
terjadi pada komposisi struktur APBD nya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
2.2.7.2. Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan Pada APBD
Menurut Widodo seperti yang telah dikutip oleh Halim 2002: 128, ada beberapa rasio yang dapat dikembangkan berdasarkan data
keuangan yang bersumber dari APBD antara lain: 1.
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah. Kemandirian keuangan daerah menggambarkan kemampuan
pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah
membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah.
Kemandirian keuangan daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya pendapatan asli daerah dibandingkan dengan pendapatan
daerah yang berasal dari sumber lain, misalnya bantuan pemerintah pusat maupun dari pinjaman.
100 x
Pinjaman dan
Provinsi atau
Pusat Pemerintah
Bantuan Daerah
Asli Pendapatan
n Kemandiria
Rasio
Rasio kemandirian menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern. Semakin tinggi rasio kemandirian
mengandung arti bahwa tingkat ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern terutama pusat dan propinsi semakin rendah
dan demikian pula sebaliknya. Rasio kemandirian juga menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan
daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian, semakin tinggi parstisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
merupakan komponen utama pendapatan asli daerah. Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah akan
menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi.
2. Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah PAD.
Rasio efektivitas menggambarkan kemampuan pemerintah daerah dalam merealisasikan pendapatan asli daerah yang
direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah.
100 x
Diharapkan Yang
PAD Penerimaan
Target Daerah
Asli Pendapatan
Realisasi s
Efektifita Rasio
Kemampuan daerah menjalankan tugas dikategorikan efektif apabila rasio dicapai minimal sebesar 1 atau 100. Namun semakin
tinggi rasio efektivitas menggambarkan kemampuan daerah yang semakin baik.
3. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah PAD.
Rasio efisiensi adalah rasio yang menggambarkan perbandingan antara besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan dengan realisasi pendapatan yang diterima.
100 x
PAD Penerimaan
Realisasi PAD
Memungut n Untuk
Dikelaurka Yang
Biaya Efisiensi
Rasio
Kinerja pemerintah dalam melakukan pungutan pendapatan dikategorikan efisien apabila rasio yang dicapai kurang dari 1 atau di
bawah 100. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintah daerah semakin baik.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
4. Rasio Aktivitas.
a Rasio Keserasian.
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan alokasi dananya pada belanja rutin dan belanja
pembangunan secara optimal. Semakin tinggi presentase belanja pembangunan yang digunakan untuk menyediakan sarana dan
prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin ke riil.
100 x
APBP Total
Rutin Belanja
Total APBD
Terhadap Rutin
Belanja Rasio
Dan
100 x
APBD Total
n Pembanguna
Belanja Total
APBD Terhadap
n Pembanguna
Belanja Rasio
Belum ada patokan yang pasti mengenai besarnya rasio rutin maupun pembangunan terhadap Anggaran Pendapatan dan
Balanja Daerah APBD yang ideal, karena sangat dipengaruhi oleh dinamisasi kegiatan pembangunan dan besarnya kebutuhan
investasi yang diperlukan untuk mencapai pertumbuhan yang ditargetkan. Sebagai daerah bagian dari negara yang berkembang,
peranan pemerintah daerah untuk memacu pelaksanaan pembangunan yang relatif masih kecil, sangat perlu ditingkatkan
sesuai dengan kebutuhan pembangunan di daerah. b
Penyerapan Dana Per Triwulan. Penyerapan dana per triwulan menggambarkan
kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan dan mempertanggungjawabkan secara periodic atas kegiatan yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
direncanakan pada masing-masing triwulan. Hal ini sesuai dengan pasal 37 Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban keuangan daerah yang menegaskan bahwa Pemerintah Daerah menyampaikan laporan
triwulan pelaksanaan APBD kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. Apabila realisasi penerimaan pendapatan per
triwulan dikurangi realisasi pengurangan per triwulan terjadi surplus dan sementara penyerapan dana untuk pengeluaran
terbesar terjadi pada periode triwulan terakhir, hal ini berarti beban kerja pelaksanaan pembangunan terpusat pada kerja dan
sumber daya lainnya pada masing-masing periode triwulan terakhir tersebut merupakan tahap penyelesaian dan masa
pemeliharaan proyek. 5.
Debt Service Coverage Ratio DSCR. Dalam rangka melaksanakan sarana dan prasarana
pembangunan di daerah, selain menggunakan pendapatan asli daerah, pemerintah daerah dapat menggunakan alternatif lain, yaitu dengan
melakukan pinjaman, sepanjang prosedur dan pelaksanaannya sesuai dengan peraturan yang berlaku, yaitu:
a Jumlah kumulatif pinjaman daerah yang wajib dibayar maksimal
75 dari penerimaan APBD tahun sebelumnya. b
DSCR minimal 2,5 DSCR merupakan perbandingan antara penjumlahan
Pendapatan Asli Daerah PAD, Bagian Daerah BD, dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah serta Dana
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
Alokasi Umum DAU setelah dikurangi Belanja Wajib BW, dengan pejumlahan Angsuran Pokok, Bunga dan Biaya Pinjamam
lainnya yang jatuh tempo.
100 x
Pinjaman Biaya
Bunga Angsuran
Pokok Total
BW -
DAU BD
PAD DSCR
c Ketentuan yang menyangkut penggunaan pinjaman.
d Pinjaman jangka panjang digunakan membiayai pembangunan
yang dapat menghasilkan penerimaan kembali untuk pembelian pinjaman dan pelayanan masyarakat.
e Pinjaman jangka pendek untuk pengaturan arus kas.
f Ketentuan yang menyangkut prosedur.
g Mendapatkan persetujuan DPRD.
h Dituangkan dalam kontrak.
6. Rasio Pertumbuhan.
Rasio Pertumbuhan Growth Ratio mengikuti seberapa besar kemampuan pemerintah daerah dalam mempertahankan dan
meningkatkan keberhasilan yang telah tercapai dari periode berikutnya. Dengan diketahuinya pertumbuhan untuk masing-masing
komponen sumber pendapatan dan pengeluaran, dapat digunakan mengevaluasi potensi-potensi mana yang perlu diperhatikan.
7. Tingkat Desentralisasi Fiskal.
Ukuran ini menunjukkan dan tanggungjawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan
pembangunan, ini berarti bahwa pemerintah pusat memberikan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
otonomi kepada daerah untuk menyelenggarakan program-program regional, sehingga seluruh pertanggungjawaban pengelolaan dan
pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah daerah. Tingkat desentralisasi fiscal diukur dengan menggunakan rasio yaitu
Pendapatan Asli Daerah terhadap Total Penerimaan Daerah Hariyadi 2002: 237
2.2.8. Desentralisasi
Istilah otonomi lebih cenderung pada political aspect aspek politik kekuasaan negara, sedangkan desentralisasi lebih cenderung pada
administrative aspect aspek administrasi negara Rasyid, 2000: 78 Menurut Nugroho 2000: 42 Desentralisasi adalah prinsip
pendelegasian wewenang dari pusat kebagian-bagiannya, baik bersifat wilayah maupun fungsi. Prinsip ini mengacu kepada fakta adanya span of
control dari setiap organisasi sehingga organisasi perlu diselenggarakan bersama-sama. Di dalam desentralisasi politik semacam ini, rakyat dengan
menggunakan dan memanfaatkan saluran-saluran tertentu ikut serta didalam pemerintahan, dengan batas wilayah daerah masing-masing.
Menurut Nurcholis 2005: 3 Desentralisasi ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Desentralisasi territorial territorial decentralisatie yaitu penyerahan
kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, batas pengaturannya adalah daerah. Desentralisasi territorial
mengakibatkan adanya otonomi pada daerah yang menerima penyerahan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
2. Desentralisasi fungsional fungcionale decentralisatie yang
pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus fungsi tertentu. Batas pengaturan tersebut adalah jenis fungsi.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa desetralisasi adalah pelimpahan atau pendelegasian wewenang dari pusat ke
daerah-daerah otonom sehingga organisasi perlu diselenggarakan bersama- sama.
Desentralisasi fiscal terutama dimaksudkan untuk memindahkan atau menyerahkan sumber-sumber pendapatan dan factor-factor
pengeluaran ke daerah dengan mengurangi birokrasi pemerintahan. Dengan membawa pemerintah lebih dekat dengan masyarakat, desentralisasi fiscal
diharapkan dapat mendorong efisiensi sector publik, juga akuntabilitas publik dan transparansi dalam menyediakan jasa publik serta pembuatan
keputusan yang transparan dan demokratis. Tingkat Desentralisasi Fiskal dapat diformulasikan sebagai berikut:
100 x
Daerah Penerimaan
Total Daerah
Asli Pendapatan
Fiskal sasi
Desentrali Tingkat
Sumber : Halim 2002: 137
2.3. Kerangka Pikir