kreditor dan investor serta memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Pengertian laporan keuangan menurut Husnan 2000:35 adalah data keuangan yang diperoleh untuk menganalisa keuangan, diambilkan laporan-
laporan keuangan pokok yaitu neraca dan laporan laba rugi. Umumnya kedua laporan tersebut disajikan setahun sekali akhir tahun atau pada bulan Desember.
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 1997 dalam Muhammad Yusuf Soraya 2004 menjelaskan bahwa laporan keuangan
merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah
hasil akhir dari proses akuntansi, di mana laporan keuangan tersebut meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Agar
laporan keuangan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pihak-pihak yang berkepentingan, maka laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan pada
prinsip akuntansi yang lain. Keempat unsur laporan keuangan yang harus disusun dan disajikan oleh pihak manajemen pada setiap periode akuntansi, adalah sebagai
berikut :
a. Neraca
Menurut Baridwan 2000:18 pengertian neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan
keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva
dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva adalah sumber-sumber
yang digunakan untuk investasi tersebut.
b. Laporan Rugi Laba
Menurut Munawir 1997:26 laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan menurut Husnan 2000:37 laporan rugi laba adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari
penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu.
c. Laporan Perubahan Modal
Menurut Munawir 1997:39 laporan perubahan modal menunjukkan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dan memberikan
alasan mengenai perubahan-perubahan tersebut. Laporan perubahan posisi keuangan berguna untuk meringkas kegiatan-
kegiatan pembelanjaan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku
yang bersangkutan dan melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.
d. Laporan Arus Kas
Menurut Munawir 1997:32 laporan arus kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan
kas tersebut dengan menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan penggunaan- penggunaannya.
2.2.2 Fungsi Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang disusun dan disajikan ke semua pihak yang berkepentingan dan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat
komunikasi yang memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan dan kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan
dapat menggunakan laporan keuangan yang ada sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Disamping sebagai pertanggung jawaban dari
pihak manajemen kepada semua pihak yang menanamkan dan mempercayakan pengelolaan dananya didalam perusahaan tersebut, laporan keuangan akan sangat
bermanfaat untuk : 1.
Mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan. 2.
Mengetahui prestasi keuangan yang telah dicapai dan sedang berjalan. 3.
Mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan. 4.
Mengadakan perbaikan penyusunan rencana dan kebijaksanaan
perusahaan pada masa mendatang. Fungsi laporan keuangan tersebut diatas berguna bagi analisis manajemen
dan hasilnya juga dipakai untuk kepentingan perusahaan.
2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan umum laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia 1994:3 sebagai berikut :
1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan. Kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam mengambil keputusan
ekonomi. 2.
Laporan keuangan yang disusun berguna untuk memenuhi kebutuhan menyediakan sebagian besar pemakai. Namun demikian keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan
pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan
apa yang telah dilakukan manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.
2.2.4 Karakteristik Laporan Keuangan
Karakteristik laporan keuangan meliputi : a.
Dapat dipahami dengan mudah Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai dan dinyatakan
dalam bentuk istilah yang disesuaikan dengan harta pengertian pemakainya. b.
Relevan
Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan
jujur dari yang seharusnya disajikan. d.
Dapat dibandingkan Pemakai harus membandingkan laporan keuangan antara periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
2.2.5 Pemakai Laporan Keuangan
Menurut Munawir 1997:2 pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu :
1. Perusahaan Manajer : untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan
pada periode yang lalu, sehingga dapat menyusun rencana yang lebih baik, dapat memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan
kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang lebih tepat. 2.
Kreditur : untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan sebelum mengambil keputusan memberi atau menolak
permintaan kredit dari suatu perusahaan.
3. Investor : memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka akan
menanamkan modal. 4.
Pemegang saham : agar dapat menilai baik atau buruknya manajer dalam menjalankan perusahaan yang dinilai dari laba yang diperoleh.
5. Pemerintah : memerlukan laporan keuangan perusahaan untuk
menentukan besarnya pajak. 6.
Karyawan : untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
7. Masyarakat : memperoleh kontribusi sumbangan dari perusahaan
mengenai jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan pada penanaman modal domestik serta rangkaian aktivitas lainnya.
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai
perusahaan. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang
berkepentingan apabila laporan keuangan tersebut dianalisis, diperbandingkan dengan tiga atau lebih periode sehingga dapat diperoleh data yang akurat
mengenai perkembangan perusahaan dan kemajuan yang dicapai, laporan keuangan ini sangat berpengaruh sekali dalam keputusan yang diambil
manajemen.
2.2.6 Pengertian Perataan Laba income smoothing
Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan
target yang diinginkan baik secara arti fisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Sedangkan menurut Assih dkk 2000 adalah
tindakan yang dilakukan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan.
2.2.6.1 Pengukuran Perataan laba
Tindakan perataan laba diuji dengan menggunakan indeks Eckel 1981, Eckel menggunakan koefisien variasi CV variabel penghasilan dan variabel
penjualan bersih. Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut Eckel:1981 dalam Jin dan Machfoedz 1998
CVΔI Indeks perataan laba =
CVΔS Dimana :
ΔI :
Perubahan laba dalam satu periode ΔS
: Perubahan penjualan dalam satu periode
CV :
Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan
2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba
Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba antara lain : ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi.
2.2.7.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Penentuan ukuran perusahaan ini
didasarkan pada total aktiva atau nilai aktiva Machfoedz:1994. Menurut Moses 1987 dalam Suwito dan Herawaty 2005 menemukan
bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah total aktiva perusahaan, yang secara logis nilai aktiva dapat memicu
motivasi manajer dalam melakukan tindakan perataan laba yang bertujuan untuk menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para
pemakai laporan.
2.2.7.2 Profitabilitas
Pada hakikatnya profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya baik usaha pokok maupun usaha lain.
Profitabilitas merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan yang nantinya akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas suatu perusahaan.
Menurut Weston dan Copeland 1995:237 menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah mengukur aktivitas manajemen berdasarkan hasil
pengembalian yang dihasilkan dari penjualan investasi. Salah satu metode pengukuran profitabilitas adalah dengan menggunakan Net Profit Margin NPM
yang menunjukkan keuntungan sehubungan dengan penjualan. Margin penghasilan bersih ini diduga mempengaruhi perataan penghasilan.
Menurut Riyanto 1994:336 secara sistematis, Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Laba Setelah Pajak NPM =
X 100
Penjualan Bersih
2.2.7.3 Leverage Operasi Perusahaan
Menurut Husnan 1993:329 yang mengukur seberapa banyak dana yang di supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh
dari kreditur perusahaan. Mempunyai beberapa implikasi, antara lain : Pertama, para pemberi akan melihat kepada modal sendiri yang merupakan dana yang
disupply oleh pemilik perusahaan yang bertujuan untuk melihat keamanan pemberi kartu kredit ; Kedua, dengan menggunakan utang. Pemilik mendapatkan
manfaat untuk mendapatkan dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan ; Ketiga, apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban
bunga atas proporsi dana yang dibelanjai dengan pinjaman, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri menjadi lebih besar.
Didalam praktiknya rasio leverage dihitung dengan dua cara, pertama dengan memperhatikan data yang ada dalam neraca, mengetahui seberapa banyak
dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang bisa ditutup oleh laba
perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis menggunakan keduanya.
Total Hutang Rasio Leverage =
X 100
Total Aktiva
2.2.8 Pengaruh antara Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi terhadap Perataan Laba
2.2.8.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba
Menurut Moses 1987 dalam Juniarti Corolina 2005 menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang
lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan-perusahaan yang lebih besar
menjadi subyek pemeriksaan. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba dilandasi oleh teori
keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas 1763 P.Siagian 1987:202 yang dikenal dengan teori Bayes, mengatakan dengan tindakan atau alternatif
yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul untung atau rugi atau tindakan dari tiap keadaan yang akan terjadi dimasa depan. Maksud dari
teori ini adalah manajer terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba karena nilai aktiva perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh manajer, sehingga manajer menaikkan atau menurunkan nilai aktiva agar sesuai dengan yang diinginkannya.
Ukuran perusahaan yang sering digunakan adalah nilai aktiva perusahaan. Nilai aktiva dipakai sebagai ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat
efek gabungan yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula. Keadaan ini membuat manajer termotivasi
untuk melakukan perataan laba, karena manajer percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai
perusahaan pada angka nilai aktiva. Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi yang mendorong
manajer untuk melakukan perataan laba adalah anggapan bahwa manajer percaya para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya
mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.
2.2.8.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba
Kepentingan utama para pemilik perusahaan adalah ingin mengetahui bagaimana prestasi yang dicapai manajemen perusahaan atas modal yang
diinvestasikan. Biasanya prestasi tersebut diukur berdasarkan laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan.
Menurut Moses 1987 dan Healy 1985 dalam Juniarti Corolina 2005 dijelaskan bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun
memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus
didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan. Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai
suatu perusahaan. Weston dan Copeland 1995:240 memberikan definisi atas profitabilitas sebagai suatu rasio pengukuran efektivitas manajemen berdasarkan
laba yang dilaporkan. Berdasarkan definisi tersebut, diduga profitabilitas mempengaruhi perataan laba karena secara logis laba merupakan instrument yang
terkait langsung dengan objek perataan laba. Rasio perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan
antara laba setelah pajak dengan penjualan bersih perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang
mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Penelitian ini yang dilakukan oleh ashari et al 1994 dalam Suwito dan Herawati 2005 menemukan bukti
bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba.
Dari penjelasan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa profitabilitas yang rendah mempunyai kecenderungan bagi perusahaan khususnya
pihak manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai baik maupun
buruknya sebuah perusahaan.
2.2.8.3 Pengaruh Leverage Operasi terhadap Perataan Laba
Pengaruh leverage operasi perusahaan terhadap perataan laba dilandasi oleh teori keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas Beyes 1763
dalam P. Siagian 1987:104 yang dikenal dengan teori Beyes mengatakan dengan tindakan atau alternatif yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang
akan muncul untung atau rugi atau tindakan dari tiap keadaan yang akan terjadi dimasa depan. Teori tersebut apabila dihubungkan dengan pengaruh leverage
operasi perusahaan terhadap perusahaan adalah leverage operasi yang menguntungkan merupakan keadaan yang diinginkan oleh manajer. Leverage
operasi terjadi saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap. Semakin besar biaya tetap perusahaan, semakin tinggi pula resiko usaha
yang dihadapinya. Karena perusahaan menjadi mudah atau peka terhadap perubahan unit yang terjual.
Perusahaan semacam ini dianggap mempunyai leverage operasi yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan leverage operasi yang rendah mempunyai
resiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan yang menurun. Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki resiko kerugian yang besar pula. Akan
tetapi juga mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh laba Pada umumnya investor yang enggan menghadapi resiko. Kondisi demikianlah
yang mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan
situasi perekonomian yang ada. Dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa
manajer untuk melakukan tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.
Kesimpulannya adalah perusahaan yang memiliki nilai leverage yang tinggi memiliki resiko yang tinggi pula walaupun memiliki kesempatan yang
besar untuk mendapatkan laba yang besar pula. Kondisi demikianlah yang mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa
perusahaan mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada dan tuntutan pemilik ini seringkali meminta
manajer untuk melakukan tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.
Zuhroh 1996 dalam Sopa Sugiarto 2003 berhasil menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba adalah leverage operasi.
Dalam penelitiannya leverage operasi diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva.
2.3 Gambar 1 : Kerangka Konseptual
Analisis Regresi Linier Berganda
Profitabilitas
X
2
Perataan Laba Y
Leverage Operasi
X
3
Ukuran Perusahaan
X
1
2.4 Hipotesis
1. Diduga bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba
2. Diduga bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba
3. Diduga bahwa variabel leverage operasi perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional adalah suatu pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang
ada dan pengalaman empiris. 1. Variabel bebasnya
a. Ukuran Perusahaan X
1
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah
dan skala pengukuran dengan menggunakan skala rasio. Harahap 1998:307
Ukuran Perusahaan = Total Aktiva
b. Profitabilitas X
2
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Pengukuran variabel yang digunakan adalah Net
Profit Margin yang menunjukkan keuntungan penjualan. Perumusannya menurut Riyanto 1994:336 adalah :
Laba Setelah Pajak Net Profit Margin
=
X 100 Penjualan Bersih