BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

0712010253 / FE / EM

ANGGA YUDISTIRA PRAYITNA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK

DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

0712010253 / FE / EM

ANGGA YUDISTIRA PRAYITNA

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(3)

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

ABSTRAKSI... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu... 7

2.2 Landasan Teori... 9

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan... 10

2.2.2 Fungsi Laporan Keuangan... 12

2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan... 13

2.2.4 Karakteristik Laporan Keuangan... 13

2.2.5 Pemakai Laporan Keuangan... 14

2.2.6 Pengertian Perataan Laba... 16


(4)

v

2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba... 17

2.2.7.1 Ukuran Perusahaan... 17

2.2.7.2 Profitabilitas... 17

2.2.7.3 Leverage Operasi... 18

2.2.8 Hubungan antara Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi dengan Perataan Laba... 19

2.2.8.1 Hubungan Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba... 19

2.2.8.2 Hubungan Profitabilitas terhadap Perataan Laba... 20

2.2.8.3 Hubungan Leverage Operasi terhadap Perataan Laba... 22

2.3 Kerangka Konseptual... 24

2.4 Hipotesis... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 26

3.2 Teknik Penentuan Sampel... 28

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 30

3.3.1 Jenis Data... 30

3.3.2 Sumber Data... 30

3.3.3 Pengumpulan Data... 30

3.4 Teknik Analisis dan uji hipotesis... 30

3.4.1 Asumsi Klasik... 30

3.4.2 Teknik Analisis... 33

3.4.3 Uji Hipotesis... 33


(5)

v

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian... 35

4.1.1 Sejarah singkat PT. Bursa Efek Indonesia... 35

4.1.2 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia... 36

4.1.3 Gambaran Umum Obyek Penelitian... 37

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian... 45

4.2.1 Ukuran Perusahaan... 45

4.2.2 Profitabilitas... 46

4.2.3 Leverage Operasi... 48

4.2.4 Perataan Laba... 49

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis... 50

4.3.1 Asumsi Klasik Regresi... 50

4.3.2 Pengujian Hipotesis... 54

4.4 Pembahasan... 57

4.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba... 57

4.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba... 58

4.4.3 Pengaruh Leverage Operasi terhadap Perataan Laba... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 61

5.2 Saran... 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

i

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dan terima kasih dihaturkan kepada Allah SWT atas

kemampuan dan kasih karunia-Nya yang diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Penyusunan skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen di Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan selesainya penulisan

skripsi ini penulis sangat berterima kasih kepada semua pihak yang bersedia untuk

memberikan bantuan dan dukungannya baik secara materiil maupun moril kepada

penulis, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P, selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur.


(7)

ii

yang telah mengarahkan dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Seluruh staf Dosen dan Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Bapak Drs. H. Moh. Ramli dan Ibu Hj. Eliati Farida, S.Sos, selaku orang

tua. Saudara-Saudara saya tercinta (mas Andre, mas Okky dan mas Rizal)

mbak ipar saya mbak Mimi, mbak Yeyen dan mbak Dhani, yang selalu

memberikan doa restunya kepada penulis.

8. Sahabat saya (Nuansa, Niar, Frida, Tasya, Bagir, sahabat KKN kelompok

24, sahabat dari Boner’s, dan semua teman-teman yang ada di Madura serta

semua sahabat seperjuangan angkatan 2007) yang selalu memberi warna

menemani selama penulisan.

9. Serta saudara sepupu saya yang tercinta (adek Mita, mbak Nila, mbak Titis,

dan masih banyak lagi sepupu saya yang tidak bisa saya sebutkan satu

persatu) yang saling mendukung selama ini.

Pada akhirnya penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih ada

kekurangan dan perlu adanya perbaikan, oleh karenanya penulis senantiasa

mengharapkan kritik dan saran serta masukan-masukan bagi peneliti yang lain di

masa yang akan datang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 31 Januari 2011


(8)

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

0712010253 / FE / EM Angga Yudistira Prayitna

ABSTRAKSI

Perataan laba merupakan suatu cara pengukuran selama periode tertentu yang mengarah pada tingkat yang diharapkan atas laba yang dilaporkan. Manajemen melakukan perataan laba untuk menciptakan aliran laba yang stabil. Perataan laba dilakukan oleh para manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan, serta meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan kas dimasa yang akan datang. Pada intinya, perataan laba diharapkan bisa memberi pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilaian kinerja manajer. Tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba; untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba; untuk mengetahui pengaruh leverage operasi terhadap perataan laba.

Pengambilan sampel penelitian ini yaitu pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan metode purposive sampling atau berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebanyak 10 perusahaan otomotif. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda yang disesuaikan dengan metode penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba, sedangkan profitabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perataan laba, begitu juga dengan leverage operasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perataan laba.

Keyword : Perataan Laba, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi.


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam perkembangan dunia usaha yang meningkat pesat, kemajuan teknologi yang semakin canggih, persaingan yang semakin ketat antar perusahaan, situasi perekonomian negara yang tidak menentu serta adanya krisis global yang terjadi akhir-akhir ini mendorong manajemen perusahaan untuk bekerja lebih efektif dan efisien agar perusahaan mampu menjaga aktifitas operasinya sekaligus meningkatkan kinerja manajemen untuk mendapatkan hasil yang optimal bagi perusahaan.

Besar kecilnya tingkat kepercayaan pada suatu perusahaan tergantung pada kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan. Informasi berkualitas yang dimaksud adalah informasi yang akurat mengenai kinerja perusahaan yang biasanya ditunjukkan melalui laporan keuangan perusahaan yang disusun secara periodik, dimana laporan keuangan ini menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan beberapa pihak, yaitu: manajemen, pemegang saham, kreditur, pemerintah, karyawan perusahaan, pemasok, konsumen dan masyarakat umum lainnya yang pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pihak internal dan pihak eksternal. Dari pihak-pihak tersebut, manajemen merupakan pihak yang berkewajiban untuk


(10)

menyusun laporan keuangan karena mereka berada di dalam perusahaan dan merupakan pengelola aktiva secara langsung.

Kinerja manajemen tercermin dalam laporan keuangan perusahaan yang akan menggambarkan kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan yang dapat digunakan oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Baik itu pihak internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan. Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen perusahaan adalah laba. Sebagaimana disebutkan dalam Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) nomor 1 bahwa informasi laba membantu pemilik atau pihak lain melakukan penaksiran perusahaan di masa yang akan datang.

Menurut Beattie. et al (1994) dalam Assih dan Gudono (2000:36) menjelaskan bahwa perhatian investor yang sering terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan untuk menghasilkan informasi laba tersebut, mendorong manajer untuk melakukan perataan laba (income smoothing). Karena laporan keuangan menunjukkan kinerja manajemen dan merupakan sumber dalam mengevaluasi performance manajemen.

Perataan laba menurut Fudenberg dan Tirole (1995) dalam Sopa Sugiarto (2003:351) adalah proses manipulasi waktu terjadinya laba atau laporan laba agar laba yang dilaporkan kelihatan stabil. Sedangkan Barnea et al (1976) dalam Sopa Sugiarto (2003:351) membuat definisi perataan laba sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi terhadap beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan. Perataan laba dapat dipandang sebagai cara pengukuran dalam


(11)

jumlah periode tertentu yang mengarah pada tingkat yang diharapkan atas laba yang dilaporkan.

Menurut Moses (1987) dan Healy (1985) dalam Juniarti dan Corolina (2005:151), mengemukakan bahwa perataan laba dapat dihubungkan dengan ukuran perusahaan. Dalam Suwito dan Herawaty (2005), Moses (1987) juga mengemukakan bahwa ukuran perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan yang lebih besar yang menjadi objek pemeriksaan dari pemerintah maupun dari masyarakat.

Dikutip dari Juniarti dan Corolina (2005), dijelaskan bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba. Terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.

Sedangkan menurut Jin & Machfoedz (1998); Ashari (1994); Zuhroh (1996) dalam penelitiannya berhasil membuktikan bahwa leverage operasi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya praktik perataan laba.


(12)

Tabel 1.1 Data Laba (dalam jutaan rupiah) pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI tahun 2004-2009

NO NAMA PERUSAHAAN LABA PERUSAHAAN AVERAG

E

2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Internasional Tbk. 5,405,506 5,457,285 3,712,097 6,519,000 9,191,000 10,040,000 6,226,777 2 PT. Astra Otoparts Tbk. 279,027 223,158 282,058 454,907 566,025 768,265 428,907 3 PT. Gajah Tunggal Tbk. 478,150 346,835 118,401 90,841 -624,788 905,330 219,128 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk. 24,991 -6,690 25,397 42,399 812,053 121,085,749 179,630 5

PT. Hexindo Adiperkasa

Tbk. 91,418 97,771 39,428 56,623 255,485 199,285 123,335 6

PT. Indomobil Sukses

Internasional Tbk. -58,961 38,358 1,248 1,382 23,047 35,141 6,703 7 PT. Indospring Tbk. -5,837 -18,668 2,172 9,888 31,827 58,766 13,025 8 PT. Intraco Penta Tbk. 5,440 17,998 7,066 9,514 22,944 37,473 16,739 9 PT. Selamat Sempurna Tbk. 65,737 57,371 66,175 80,325 91,472 132,85 82,322 10 PT. Tunas Ridean Tbk. 152,731 142,732 22,211 189,816 245,079 310,387 177,159

Rata-rata 114,744 99,874 62,684 103,966 158,127 305,937 Sumber : Indonesian Capital Market Directory

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa laba perusahaan setiap tahun mengalami fluktuasi serta dapat dilihat dari gejolak ekonomi internasional yang ada di tahun-tahun sebelumnya, sehingga mempengaruhi permodalan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Laba tertinggi adalah milik PT. Astra Internasional Tbk sebesar Rp. 6.226.777.000.000. Sedangkan laba terendah milik PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk yaitu sebesar Rp. 6.703.000.000.

Praktik perataan laba yang dikenal sebagai praktik yang logis dan rasional, oleh manajemen perataan laba digunakan untuk menciptakan laba yang stabil, mengurangi fluktuasi yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan Investor untuk meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Namun demikian praktik perataan laba ini jika dilakukan dengan sengaja dan dibuat-buat dapat menyebabkan pengungkapan laba yang tidak memadai atau menyesatkan. Akibatnya investor tidak memperoleh informasi yang akurat mengenai laba.


(13)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA “.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang akan dirumuskandalam penelitian ini adalah :

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah leverage operasi perusahaan berpengaruh terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adanya pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia? 2. Untuk mengetahui adanya pengaruh profitabilitas terhadap perataan laba


(14)

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh leverage operasi perusahaan terhadap perataan laba pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia?

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang bisa mempengaruhi praktik perataan laba bagi industri otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan pengalaman praktik dalam bidang penelitian ilmiah dan pengembangan penalaran dari apa yang telah diperoleh di bangku kuliah sekaligus untuk melaksanakan profesi di kemudian hari. c. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini akan dapat menambah bahan referensi ilmiah yang sudah ada dan diharapkan akan dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai dasar melengkapi landasan teori, berikut disajikan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi :

a. Liauw She Jin dan Mas’ud Machfoedz (1998) Judul :

“ Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta “.

Kesimpulan :

1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan dan profitabilitas bukan merupakan faktor yang mendorong terjadinya praktik perataan laba, sedangkan variabel leverage operasi merupakan salah satu faktor yang mendorong terjadinya praktik perataan laba.

2. Dari hasil pengujian univariate dan multivariate, ditemukan bahwa hanya variabel leverage operasi yang menunjukkan adanya pengaruh terhadap praktik perataan laba. Sedangkan variabel-variabel total aktiva dan profitabilitas tidak.

b. Mohammad Yusuf dan Soraya (2004) Judul :

“ Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan asing dan non asing di Indonesia “.


(16)

Kesimpulan :

1. Berdasarkan dari perhitungan, variabel total aktiva (ukuran perusahaan) perusahaan asing dan non asing yang melakukan praktik perataan laba cenderung lebih besar daripada perusahaan asing dan non asing yang tidak melakukan praktik perataan laba. Sedangkan perusahaan yang tidak melakukan praktik perataan laba, total aktiva juga meningkat tetapi tidak setajam seperti perusahaan perata laba.

2. Untuk variabel profitabilitas, perusahaan asing dan non asing perata laba yang cenderung stabil. Ini diduga karena adanya manipulasi laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi yang signifikan.

3. Begitu juga pada variabel leverage operasi, perusahaan asing yang melakukan praktik perataan laba memiliki leverage operasi yang lebih kecil dari pada perusahaan asing yang tidak melakukan praktik perataan laba.

c. Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005) Judul :

“ Analisis pengaruh karakteristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta “.

Kesimpulan :

1. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari ukuran perusahaan terhadap tindakan perataan laba. Hasil pengujian ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan bahwa


(17)

ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan laba.

2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari profitabilitas perusahaan terhadap tindakan perataan laba. Hasil pengujian ini juga konsisten dengan penelitian sebelumnya yaitu Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan laba.

3. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari leverage operasi perusahaan terhadap tindakan perataan laba. Hasil pengujian ini ternyata tidak konsisten dengan penelitian Jin dan Machfoedz (1998) yang menyatakan bahwa leverage operasi perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tindakan perataan laba.

2.2Landasan Teori

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perubahan, analisis keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan antara keuangan yang satu dengan yang lainnya.

Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan yang lainnya, dapat memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan dan penilaian posisinya pada saat ini. Analisis rasio keuangan juga memungkinkan manajer keuangan memperkirakan reaksi para


(18)

kreditor dan investor serta memberikan pandangan kedalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh.

2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut Husnan (2000:35) adalah data keuangan yang diperoleh untuk menganalisa keuangan, diambilkan laporan-laporan keuangan pokok yaitu neraca dan laporan-laporan laba rugi. Umumnya kedua laporan tersebut disajikan setahun sekali (akhir tahun atau pada bulan Desember). Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (1997) dalam Muhammad Yusuf & Soraya (2004) menjelaskan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi, di mana laporan keuangan tersebut meliputi neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal dan laporan arus kas. Agar laporan keuangan dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pihak-pihak yang berkepentingan, maka laporan keuangan tersebut disusun berdasarkan pada prinsip akuntansi yang lain. Keempat unsur laporan keuangan yang harus disusun dan disajikan oleh pihak manajemen pada setiap periode akuntansi, adalah sebagai berikut :

a. Neraca

Menurut Baridwan (2000:18) pengertian neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada tanggal tertentu. Keadaan keuangan ini ditunjukkan dengan jumlah harta yang dimiliki yang disebut aktiva


(19)

dan jumlah kewajiban perusahaan yang disebut pasiva, atau dengan kata lain aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva adalah sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut.

b. Laporan Rugi Laba

Menurut Munawir (1997:26) laporan rugi laba merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu. Sedangkan menurut Husnan (2000:37) laporan rugi laba adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu.

c. Laporan Perubahan Modal

Menurut Munawir (1997:39) laporan perubahan modal menunjukkan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan-perubahan tersebut.

Laporan perubahan posisi keuangan berguna untuk meringkas kegiatan-kegiatan pembelanjaan dan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan dan melengkapi penjelasan tentang perubahan-perubahan dalam posisi keuangan selama tahun buku yang bersangkutan.

d. Laporan Arus Kas

Menurut Munawir (1997:32) laporan arus kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama satu periode dan memberikan alasan mengenai perubahan


(20)

kas tersebut dengan menunjukkan darimana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunaannya.

2.2.2 Fungsi Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disusun dan disajikan ke semua pihak yang berkepentingan dan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi yang memberikan informasi mengenai keuangan perusahaan dan kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Pihak-pihak yang berkepentingan dapat menggunakan laporan keuangan yang ada sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Disamping sebagai pertanggung jawaban dari pihak manajemen kepada semua pihak yang menanamkan dan mempercayakan pengelolaan dananya didalam perusahaan tersebut, laporan keuangan akan sangat bermanfaat untuk :

1. Mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan.

2. Mengetahui prestasi keuangan yang telah dicapai dan sedang berjalan. 3. Mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan.

4. Mengadakan perbaikan penyusunan rencana dan kebijaksanaan perusahaan pada masa mendatang.

Fungsi laporan keuangan tersebut diatas berguna bagi analisis manajemen dan hasilnya juga dipakai untuk kepentingan perusahaan.


(21)

2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan umum laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (1994:3) sebagai berikut :

1. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan. Kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakaian dalam mengambil keputusan ekonomi.

2. Laporan keuangan yang disusun berguna untuk memenuhi kebutuhan menyediakan sebagian besar pemakai. Namun demikian keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi.

2.2.4 Karakteristik Laporan Keuangan

Karakteristik laporan keuangan meliputi : a. Dapat dipahami dengan mudah

Laporan keuangan harus dapat dipahami oleh para pemakai dan dinyatakan dalam bentuk istilah yang disesuaikan dengan harta pengertian pemakainya. b. Relevan


(22)

Informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

c. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika dari pengertian menyesatkan, kesalahan material dan dapat diandalkan pemakaiannya sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan.

d. Dapat dibandingkan

Pemakai harus membandingkan laporan keuangan antara periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus membandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

2.2.5 Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Munawir (1997:2) pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yaitu :

1. Perusahaan (Manajer) : untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan pada periode yang lalu, sehingga dapat menyusun rencana yang lebih baik, dapat memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang lebih tepat.

2. Kreditur : untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan yang bersangkutan sebelum mengambil keputusan memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan.


(23)

3. Investor : memerlukan laporan keuangan perusahaan dimana mereka akan menanamkan modal.

4. Pemegang saham : agar dapat menilai baik atau buruknya manajer dalam menjalankan perusahaan yang dinilai dari laba yang diperoleh.

5. Pemerintah : memerlukan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak.

6. Karyawan : untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa manfaat pensiun dan kesempatan kerja.

7. Masyarakat : memperoleh kontribusi (sumbangan) dari perusahaan mengenai jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan pada penanaman modal domestik serta rangkaian aktivitas lainnya.

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan.

Laporan keuangan akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila laporan keuangan tersebut dianalisis, diperbandingkan dengan tiga atau lebih periode sehingga dapat diperoleh data yang akurat mengenai perkembangan perusahaan dan kemajuan yang dicapai, laporan keuangan ini sangat berpengaruh sekali dalam keputusan yang diambil manajemen.


(24)

2.2.6 Pengertian Perataan Laba (income smoothing)

Perataan laba dapat didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara arti fisial melalui metode akuntansi, maupun secara riil melalui transaksi. Sedangkan menurut Assih dkk (2000) adalah tindakan yang dilakukan sengaja untuk mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi resiko pasar atas saham perusahaan.

2.2.6.1 Pengukuran Perataan laba

Tindakan perataan laba diuji dengan menggunakan indeks Eckel (1981), Eckel menggunakan koefisien variasi (CV) variabel penghasilan dan variabel penjualan bersih. Indeks perataan laba dihitung sebagai berikut (Eckel:1981) dalam Jin dan Machfoedz (1998)

CVΔI

Indeks perataan laba =

CVΔS

Dimana :

ΔI : Perubahan laba dalam satu periode

ΔS : Perubahan penjualan dalam satu periode

CV : Koefisien variasi dari variabel yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan


(25)

2.2.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba

Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba antara lain : ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage operasi.

2.2.7.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan pada total aktiva atau nilai aktiva (Machfoedz:1994).

Menurut Moses (1987) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan.

Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah total aktiva perusahaan, yang secara logis nilai aktiva dapat memicu motivasi manajer dalam melakukan tindakan perataan laba yang bertujuan untuk menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporan.

2.2.7.2 Profitabilitas

Pada hakikatnya profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari usahanya baik usaha pokok maupun usaha lain.


(26)

Profitabilitas merupakan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan yang nantinya akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas suatu perusahaan.

Menurut Weston dan Copeland (1995:237) menyatakan bahwa rasio profitabilitas adalah mengukur aktivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan investasi. Salah satu metode pengukuran profitabilitas adalah dengan menggunakan Net Profit Margin (NPM) yang menunjukkan keuntungan sehubungan dengan penjualan. Margin penghasilan bersih ini diduga mempengaruhi perataan penghasilan.

Menurut Riyanto (1994:336) secara sistematis, Net Profit Margin dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Laba Setelah Pajak

NPM = X 100%

Penjualan Bersih

2.2.7.3 Leverage Operasi Perusahaan

Menurut Husnan (1993:329) yang mengukur seberapa banyak dana yang di supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Mempunyai beberapa implikasi, antara lain : Pertama, para pemberi akan melihat kepada modal sendiri yang merupakan dana yang disupply oleh pemilik perusahaan yang bertujuan untuk melihat keamanan pemberi kartu kredit ; Kedua, dengan menggunakan utang. Pemilik mendapatkan manfaat untuk mendapatkan dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan ; Ketiga, apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban


(27)

bunga atas proporsi dana yang dibelanjai dengan pinjaman, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri menjadi lebih besar.

Didalam praktiknya rasio leverage dihitung dengan dua cara, pertama dengan memperhatikan data yang ada dalam neraca, mengetahui seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, mengukur resiko utang dari laporan laba rugi, yaitu seberapa banyak beban tetap utang bisa ditutup oleh laba perusahaan. Kedua kelompok rasio ini bersifat saling melengkapi dan umumnya para analisis menggunakan keduanya.

Total Hutang

Rasio Leverage = X 100%

Total Aktiva

2.2.8 Pengaruh antara Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage Operasi terhadap Perataan Laba

2.2.8.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Perataan Laba

Menurut Moses (1987) dalam Juniarti & Corolina (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar pula untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan-perusahaan-perusahaan-perusahaan yang lebih besar menjadi subyek pemeriksaan.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap perataan laba dilandasi oleh teori keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas (1763) P.Siagian (1987:202) yang dikenal dengan teori Bayes, mengatakan dengan tindakan atau alternatif


(28)

yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tindakan dari tiap keadaan yang akan terjadi dimasa depan. Maksud dari teori ini adalah manajer terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba karena nilai aktiva perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh manajer, sehingga manajer menaikkan atau menurunkan nilai aktiva agar sesuai dengan yang diinginkannya.

Ukuran perusahaan yang sering digunakan adalah nilai aktiva perusahaan. Nilai aktiva dipakai sebagai ukuran perusahaan karena selama ini masih terdapat efek gabungan yang timbul karena perusahaan yang besar selalu diidentikkan dengan nilai aktiva yang besar pula. Keadaan ini membuat manajer termotivasi untuk melakukan perataan laba, karena manajer percaya bahwa para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba adalah anggapan bahwa manajer percaya para pemakai laporan keuangan masih mendasarkan salah satu penilaiannya mengenai perusahaan pada angka nilai aktiva.

2.2.8.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba

Kepentingan utama para pemilik perusahaan adalah ingin mengetahui bagaimana prestasi yang dicapai manajemen perusahaan atas modal yang diinvestasikan. Biasanya prestasi tersebut diukur berdasarkan laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan.


(29)

Menurut Moses (1987) dan Healy (1985) dalam Juniarti & Corolina (2005) dijelaskan bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan tindakan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan.

Profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai suatu perusahaan. Weston dan Copeland (1995:240) memberikan definisi atas profitabilitas sebagai suatu rasio pengukuran efektivitas manajemen berdasarkan laba yang dilaporkan. Berdasarkan definisi tersebut, diduga profitabilitas mempengaruhi perataan laba karena secara logis laba merupakan instrument yang terkait langsung dengan objek perataan laba.

Rasio perusahaan adalah rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan penjualan bersih perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan. Penelitian ini yang dilakukan oleh ashari et al (1994) dalam Suwito dan Herawati (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan dengan tingkat profitabilitas rendah mempunyai kecenderungan lebih besar untuk melakukan perataan laba.

Dari penjelasan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa profitabilitas yang rendah mempunyai kecenderungan bagi perusahaan khususnya pihak manajemen untuk melakukan tindakan perataan laba, karena profitabilitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk menilai baik maupun buruknya sebuah perusahaan.


(30)

2.2.8.3 Pengaruh Leverage Operasi terhadap Perataan Laba

Pengaruh leverage operasi perusahaan terhadap perataan laba dilandasi oleh teori keputusan yang dikemukakan oleh Revered Thomas Beyes (1763) dalam P. Siagian (1987:104) yang dikenal dengan teori Beyes mengatakan dengan tindakan atau alternatif yang ada maka kita dapat memperkirakan resiko yang akan muncul (untung atau rugi) atau tindakan dari tiap keadaan yang akan terjadi dimasa depan. Teori tersebut apabila dihubungkan dengan pengaruh leverage

operasi perusahaan terhadap perusahaan adalah leverage operasi yang menguntungkan merupakan keadaan yang diinginkan oleh manajer. Leverage

operasi terjadi saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan biaya tetap. Semakin besar biaya tetap perusahaan, semakin tinggi pula resiko usaha yang dihadapinya. Karena perusahaan menjadi mudah atau peka terhadap perubahan unit yang terjual.

Perusahaan semacam ini dianggap mempunyai leverage operasi yang tinggi, sebaliknya perusahaan dengan leverage operasi yang rendah mempunyai resiko yang kecil bila perekonomian dalam keadaan yang menurun. Perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki resiko kerugian yang besar pula. Akan tetapi juga mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk memperoleh laba (Pada umumnya investor yang enggan menghadapi resiko). Kondisi demikianlah yang mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada. Dan tuntutan pemilik ini seringkali memaksa


(31)

manajer untuk melakukan tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.

Kesimpulannya adalah perusahaan yang memiliki nilai leverage yang tinggi memiliki resiko yang tinggi pula walaupun memiliki kesempatan yang besar untuk mendapatkan laba yang besar pula. Kondisi demikianlah yang mendorong pemilik perusahaan untuk meminta manajer melaporkan bahwa perusahaan mempunyai leverage operasi yang menguntungkan berdasarkan situasi perekonomian yang ada dan tuntutan pemilik ini seringkali meminta manajer untuk melakukan tindakan perataan laba, minimal untuk mengurangi tuntutan tersebut.

Zuhroh (1996) dalam Sopa Sugiarto (2003) berhasil menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba adalah leverage operasi. Dalam penelitiannya leverage operasi diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva.


(32)

2.3 Gambar 1 : Kerangka Konseptual

Analisis Regresi Linier Berganda Profitabilitas

(X2)

Perataan Laba (Y)

Leverage Operasi

(X3)

Ukuran Perusahaan


(33)

2.4 Hipotesis

1. Diduga bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba

2. Diduga bahwa variabel profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perataan laba

3. Diduga bahwa variabel leverage operasi perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap perataan laba


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu pernyataan tentang definisi dan pengukuran variabel-variabel penelitian secara operasional berdasarkan teori yang ada dan pengalaman empiris.

1. Variabel bebasnya

a. Ukuran Perusahaan (X1

Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan yang diukur dari total aktiva berdasarkan nilai buku yang dinyatakan dalam satuan rupiah dan skala pengukuran dengan menggunakan skala rasio. Harahap (1998:307)

)

Ukuran Perusahaan = Total Aktiva

b. Profitabilitas (X2

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan atau laba. Pengukuran variabel yang digunakan adalah Net Profit Margin yang menunjukkan keuntungan penjualan. Perumusannya menurut Riyanto (1994:336) adalah :

)

Laba Setelah Pajak

Net Profit Margin = X 100%


(35)

c. Leverage Operasi

Tingkat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan atau total aktiva. Variabel ini dinyatakan dengan menggunakan skala rasio dan satuan ukuran dalam bentuk prosentase (%).

Rumus yang digunakan menurut Barlin dan Sundjaja (2001:86) adalah :

Total Hutang

Leverage Operasi = X 100%

Total Aktiva

2. Variabel Terikatnya Perataan Laba (Y)

Perataan laba sebagai variabel terikat yang diukur menggunakan indeks eckel. Kriteria perusahaan telah melakukan perataan laba adalah apabila indeks perataan laba kurang dari satu. Skala pengukurannya dengan menggunakan rasio.

Dalam Jin dan Machfoedz (1998) Rumusnya sebagai berikut : CVΔI

Indeks Perataan Laba =

CVΔS Dimana :

ΔI : Perubahan laba dalam satu periode ΔS : Perubahan penjualan dalam satu periode

CV: Koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dibagi dengan nilai yang diharapkan


(36)

Dimana CVΔI dan CVΔS dapat dihitung sebagai berikut : Variance

CVΔI dan CVΔS = √

ExpectedValue

Atau

∑ (ΔX - ΔX)

CVΔI dan CVΔS = √ X ΔX

2

n - 1 Dimana :

ΔX : Perubahan laba (I) atau penjualan (S)

ΔX : Rata-rata perubahan laba (I) atau penjualan (S) n : Banyaknya tahun yang diamati

3.2 Teknik Penentuan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah himpunan individu, unit, unsur atau elemen yang memiliki cara atau karakteristik yang sama. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data keuangan perusahaan otomotif sebanyak 18 perusahaan sampai dengan sekarang yang masih aktif di BEI.

b. Sampel

Sampel yang diambil adalah berasal dari data keuangan perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu metode pengumpulan sampling berdasarkan data yang sudah diketahui sebelumnya dari suatu populasi yang dapat menjadi sumber data yang


(37)

diinginkan dan diperlukan serta berdasarkan ketersediaan data yang sangat terbatas.

Kriteria pemilihan sampel penelitian ini sebagai berikut :

1. Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan secara kontinyu selama tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 di Bursa Efek Indonesia.

2. Perusahaan yang mengalami fluktuasi selama periode 2004-2009.

3. Perusahaan otomotif yang menerbitkan laporan keuangan pada publik dan berakhir per 31 Desember periode 2004-2009.

4. Perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Bedasarkan kualifikasi diatas diperoleh 60 laporan keuangan dari 10 perusahaan yang akan dijadikan sampel penelitian, perusahaan tersebut adalah sebagai berikut : PT. Astra International Tbk; PT. Astra Otoparts Tbk; PT. Gajah Tunggal Tbk; PT. Goodyear Indonesia Tbk; PT. Hexindo Adiperkasa Tbk; PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk; PT. Indospring Tbk; PT. Intraco Penta Tbk; PT. Selamat Sempurna Tbk; PT. Tunas Ridean Tbk.


(38)

3.3 Teknik Pengumpulan Data 3.3.1 Jenis Data

Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Yaitu data yang diperoleh oleh suatu organisasi/perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan-perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004-2009.

3.3.2 Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), juga dari laporan keuangan tahun 2009.

3.3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi, yaitu dengan cara mencatat dan mengcopy data sekunder yang selanjutnya diolah dengan kebutuhan peneliti.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1 Asumsi Klasik

Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unlimited Estimator), artinya pengambilan keputusan Uji F dan Uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier yaitu :

1. Tidak boleh ada autokorelasi 2. Tidak boleh ada multikolinearitas


(39)

3. Tidak boleh ada heterokedastisitas

Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE. Sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias. (Gujarati, 2000:157)

1. Autokorelasi

Uji autokorelasi untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1 (sebelumnya). Identifikasi ada tidaknya gejala Autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (dtes

Berdasarkan jumlah sampel dan jumlah variabel independent menentukan nilai d

)

1 dan d0

Tabel 3 : Kriteria Durbin Watson

berdasarkan table Durbin Watson. Langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dengan kriteria sebagai berikut :

Nilai d Kesimpulan

0 < d < dL dL ≤ d ≤ dU dU < d < 4 – dU 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL 4 – dL < d < 4

Ada Autokorelasi positif Tidak ada kesimpulan Tidak ada Autokorelasi Tidak ada kesimpulan Ada Autokorelasi negatif


(40)

Gambar 3.1 : Kriteria Uji Autokorelasi

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada

autokorelasi negatif

dL dU 4 - dU 4 - dL 4

0 ad a a u to k o re la si p o sitif daerah keragu raguan ad a a u to k o re la si n eg at if daerah keragu raguan 2. Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Deteksi adanya Multikolinearitas adalah besaran VIF dan tolerance, yaitu antara lain :

a. VIF < 10 maka tidak terjadi Multikolinearitas b. VIF > 10 maka terjadi Multikolinearitas

3. Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi Heterokedastisitas, karena ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.


(41)

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya Heterokedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Sperman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan jumlah seluruh variabel bebas. Mendeteksi adanya Heterokedastisitas adalah sebagai berikut, (Gujarati, 2000:177) :

a. Nilai profitabilitas > 0,05 berarti bebas dari Heterokedastisitas b. Nilai profitabilitas < 0,05 berarti mengalami Heterokedastisitas

3.4.2 Teknik Analisis

Teknik analisis dan uji statistik yang dipakai adalah time series, analisis yang dilakukan dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain. Menggunakan analisis regresi linier berganda dengan rumus :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3

Keterangan :

+ e

Y = Perataan Laba β1, β2,β3

β

= Koefisien Regresi

0

X

= Konstanta e = Standart Error

1

X

= Ukuran Perusahaan

2

X

= Profitabilitas

3

3.4.3 Uji Hipotesis

= Leverage Operasi

Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3) terhadap variabel terikat secara parsial.


(42)

Langkah-langkah yang dilakukan adalah dengan cara menguji X1, X2, X

1. Menentukan Hipotesis yang akan diuji

3

H0: β1 = 0 (tidak ada pengaruh X1, X2, X3

H1 : β

terhadap Y)

1 ≠ 0 (ada pengaruh X1, X2, X3

2. Menentukan signifikansi (α), dimana akan digunakan α = 5% (0,05) terhadap Y)

3. Menentukan thitung

bj :

thitung

se (bj) =

dimana :

bj = Koefisien Regresi se (bj) = Standart Error

Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis :

• H0 diterima dan Hi ditolak jika thitung < t

• H

tabel


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Sejarah singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Penggabungan PT Bursa Efek Surabaya (BES) ke dalam PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang kemudian menjadi PT Bursa Efek Indonesia (BEI), telah efektif mulai tanggal 30 November 2007. Bursa hasil merger tersebut telah memulai operasional pertamanya pada tanggal 3 Desember 2007. Bursa saat ini memfasilitasi perdagangan ekuiti, surat utang, dan perdagangan derivatif. Dengan penggabungan, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia meningkat menjadi Rp 2.538 triliun yang terdiri dari Rp 1.982 triliun kapitalisasi ekuiti, Rp 79,065 triliun obligasi korporasi, dan Rp 477 triliun Surat Utang Negara (SUN)*. Hadirnya Bursa Efek tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri Pasar Modal di Indonesia dan menambah daya tarik masyarakat untuk berinvestasi. Sinergi merger ini diharapkan akan semakin meningkatkan pertumbuhan Pasar Modal kita,baik dalam kapitalisasi pasar, jumlah emiten, dan jumlah investor baik lokal maupun asing. Harapan kedepan Pasar Modal Indonesia akan menjadi salah satu pilar utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Bursa Efek Indonesia sangat memahami peran Surabaya sebagai salah satu basis utama penggerak perekonomian di wilayah Indonesia Timur. BEI kemudian melalui Sentra Informasi dan Edukasi (SIE) di Surabaya akan semakin meningkatkan kegiatan sosialisasinya mengenai Pasar Modal sebagai alternatif


(44)

investasi bagi masyarakat umum, dan alternatif pendanaan bagi perusahaan. Harapan BEI, sosialisasi tersebut akan menyumbang peningkatan jumlah investor dan perusahaan tercatat (emiten) baik dari Jawa Timur maupun dari wilayah sekitarnya. Bagi daerah sendiri, peningkatan jumlah perusahaan tercatat akan mampu menyokong pertumbuhan perekonomian daerah, melalui peningkatan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pelaksanaan good corporate governance di perusahaan, dan sebagainya.

Dengan mempertimbangkan pertumbuhan industri Pasar Modal Indonesia beberapa tahun terakhir yang sedemikian pesat, Bursa Efek Indonesia (BEI) berencana melakukan pemutakhiran sistem Jakarta Automated Trading System (JATS) yang telah beroperasi selama 13 tahun terakhir, dengan sistem baru yang akan mampu menangani semua produk finansial (saham, obligasi dan derivatif) dalam satu platform.

4.1.2 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Visi Bursa Efek Indonesia adalah menjadikan BEI sebagai sarana yang efisien untuk menghimpun dana bagi investor dan perdagangan instrument pasar modal baik untuk masyarakat Indonesia maupun masyarakat Internasional.

Misi Bursa Efek Indonesia adalah mewujudkan BEI sebagai Bursa Efek berskala Internasional yang menawarkan kesempatan berinvestasi secara luas, sejalan dengan perkembangan perekonomian Indonesia. BEI juga mempunyai tekad untuk mewujudkan sarana perdagangan yang efisien, sistem informasi yang terpercaya, tanggap dan tepat waktu, serta mempunyai sumber daya manusia yang


(45)

profesional dan berintegritas tinggi serta efisien, sehingga dapat membawa Bursa Efek Indonesia sejajar dengan bursa-bursa efek lain didunia.

Bursa Efek Indonesia berpartisipasi didalam mengembangkan basis investor lokal yang luas dan kokoh sebagai stabilisator Pasar Modal Indonesia. Bursa Efek Indonesia juga menawarkan beragam efek berkualitas sejalan dengan pertumbuhan instrument pasar modal yang semakin meningkat, sehingga Bursa Efek Indonesia dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pemodal lokal maupun pemodal asing.

4.1.3 Gambaran Umum Obyek Penelitian

Berikut ini adalah gambaran umum dari 10 perusahaan Otomotif yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. PT. Astra Internasional Tbk

Didirikan pada tahun 1957 berdasarkan Akta Notaris Sie Khawan Djioe No.67 tanggal 20 Februari 1957. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.J.A.5/53/5 tanggal 1 Juli 1957 dan diumumkan dalam lembaran berita Negara No.85 tambahan No.1117 tanggal 22 Oktober 1957. Perubahan anggaran dasar perseroan terakhir dengan Akta Notaris Benny Kristianto, SH. No.61 tanggal 11 juni 1997 dilakukan untuk menyesuaikan dengan undang-undang perseroan terbatas No.1/1995. Perubahan ini antara lain mengenai perubahan nilai nominal saham dari Rp. 1.000 (seribu rupiah) per saham menjadi Rp. 500 (lima ratus rupiah) per saham. Perubahan anggaran dasar ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik


(46)

Indonesia dalam lembaran berita Negara No.65 tambahan No.3377 tanggal 15 Agustus 1997.

Seluruh saham perseroan telah dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Surabaya. Ruang lingkup perseroan antara lain meliputi penyalur mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya dan melakukan penyertaan pada bagian perusahaan. Perseroan telah memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1957.

2. PT. Astra Otoparts Tbk

Didirikan berdasarkan Akta Notaris No.50 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, SH. Notaris di Jakarta, dengan nama PT. Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992 dan diumumkan dalam berita Negara No.39 tambahan No.2208 tanggal 15 Mei 1992. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No.50 tanggal 11 Mei 2000 dari Sutjipto, SH. Notaris di Jakarta, terutama mengenai pengeluaran saham dan efek ekuitas. Perubahan anggaran tersebut memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundangan dengan surat keputusan No.C-11916.HT.01.04.TH.2000 tanggal 13 Juni 2000 dan diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No.118 tanggal 30 Maret 2001.

Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik import maupun eksport dan menjalankan usaha


(47)

dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik. Perusahaan ini mulai kegiatan komersial pada tahun 1991 dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura.

3. PT. Gajah Tunggal Tbk

Didirikan berdasarkan Akta No.54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester Soewandi, Notaris di Jakarta. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No.63 tanggal 5 Agustus 1952 tambahan No.884. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa perubahan, dan yang terakhir dengan Akta No.1 tanggal 1 Oktober 1996 yang dibuat oleh Amrul Partomuan Pohan, SH. Notaris di Jakarta, mengenai penyusunan kembali seluruh ketentuan anggaran dasar perusahaan termasuk penggantian nama perusahaan menjadi PT. Gajah Tunggal Tbk. Akta ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No.C2-10.385.HT.01.04.TH.96 tanggal 18 Nopember 1996. Penggantian nama perusahaan juga telah disetujui oleh badan koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan surat keputusan No.08/III/PMDN/1997 tanggal 2 Januari 1997.

Pada tahun 1990, perusahaan telah mendapatkan persetujuan dari Badan Pasar Modal dengan surat persetujuan No.SI-087/SHM/MK.10/1990 tanggal 15 Maret 1990 untuk menawarkan sebagian sahamnya kepada masyarakat melalui Pasar Modal Indonesia.


(48)

Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan bergerak dalam bidang industri pembuatan barang-barang dari karet, termasuk ban dalam dan ban luar segala jenis kendaraan. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun1953.

4. PT. Goodyear Indonesia Tbk

Semula didirikan dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Benjamin Ter Kulie No.199 yang kemudian berubah nama menjadi “PT. Goodyear Indonesia” berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondag No.73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.Y.A5/250/7 tanggal 25 Juli 1978.

Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan bermotor dan pesawat terbang, serta komponen lain yang terkait, penyalur dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor perusahaan berdomisili di Bogor.

5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk

Didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Mohamad Ali, SH No.37 tanggal 28 Nopember 1988. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.C2-4389.HT.01.01.TH.89 tanggal 12 Mei 1989, serta diumumkan


(49)

dalam berita Negara Republik Indonesia No.54 tambahan No.1251 tanggal 5 Juli 1989. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir antara lain mengenai modal usaha dan tugas serta wewenang direksi. Sebagaimana dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, SH. No.74 tanggal 27 Juni 2007. Perubahan anggaran dasar tersebut telah diterima dan dicatat di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui surat No.C-UM.HT.01.10-1530 tanggal 30 Oktober 2007.

Perusahaan memulai operasi komersial pada bulan Januari 1989. Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan, kegiatan usaha perusahaan adalah perdagangan dan persewaan alat berat serta pelayanan purna jual. Saat ini, perusahaan bertindak selaku distributor alat-alat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John Deere dan Krupp. Perusahaan berkedudukan di Jakarta dan berlokasi di kawasan industri Pulo Gadung Jl. Pulo Kambing II kav No.33, Jakarta 1390. Pada tanggal 31 Desember 2007, perusahaan memiliki 10 cabang, 5 sub cabang kantor perwakilan dan 8 proyek yang tersebar di seluruh Indonesia.

6. PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk

Didirikan berdasarkan hasil penggabungan usaha antara PT. Indomulti Inti Industri Tbk (IMII) dan PT. Indomobil Investment Corporation (IIC). IMII didirikan berdasarkan Akta Notaris Benny Kristianto, SH. No.128 tanggal 20 Maret 1987 dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan


(50)

No.C2-10924.HT.01.01.TH.88 tanggal 30 Nopember 1988. Diumumkan dalam lembaran berita Negara No.32 tanggal 20 April 1990. Pada tanggal 6 Nopember 1997. Rapat umum pemegang saham luar biasa perusahaan menyetujui penggabungan usaha IMII dengan IIC dengan metode penyatuan kepentingan.

Setelah penggabungan usaha, nama IMII berubah menjadi PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk dan mengkonsentrasikan bidang usahanya dalam industri otomotif, antara lain pembuatan, perakitan dan distribusi kendaraan bermotor roda empat, bis dan truk, atau kendaraan bermotor roda dua beserta suku cadangnya, perbengkelan, jasa keuangan dan jasa yang berhubungan serta melakukan penyertaan saham dalam perusahaan-perusahaan atau kegiatan lainnya yang terkait engan industri otomotif.

Perusahaan berlokasi di wisma Indomobil, JL. MT. Haryono Kav.8, Jakarta. Perusahaan mulai beroperasi pada tahun 1990.

7. PT. Indospring Tbk

PT. Indospring Tbk (perusahaan) berlokasi di Gresik. Didirikan berdasarkan Akta Notaris No.10 tanggal 5 Mei 1978 dari Notaris Stefanus Sindunatha, SH. Dengan status PMDN. Akta tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.YA.5/324/1 tanggal 14 Desember 1979 dan dimuat dalam berita Negara Republik Indonesia No.71 tanggal 2 September 1980 dan telah didaftarkan di pengadilan Negeri Gresik tanggal 11 Maret 1980.


(51)

Perusahaan berlokasi di Jalan Mayor Jenderal Sungkono No.10 desa Segoro Madu, PO Box 12 Gresik, Jawa Timur-Indonesia. Dan memiliki bisnis Leat Spring and Coil Spring.

8. PT. Intraco Penta Tbk

Didirikan berdasarkan Akta No.13 tanggal 10 Mei 1975 dari Milly Karmila Sareal, SH. Notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.Y.A.5/199/15 tanggal 10 Juni 1975 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No.38 tanggal 11 Mei 1993 tambahan No.2084. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.7 tanggal 16 Desember 2005 dari Fathiah Helmi, SH. Notaris di jakarta mengenai perubahan nilai nominal saham. Perubahan anggaran dasar tersebut telah diterima dan dicatat oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dengan registrasi No.C-00101.HT.01.04.TH.2006 tanggal 3 Januari 2006.

Sesuai dengan pasal 3 dari anggaran dasar, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi bidang perdagangan dan penyewa alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan. Perusahaan memulai usahanya secara komersial pada tahun 1975. Kantor pusat perusahaan terletak di Jl. Pangeran Jayakarta No.115, blok C1-2-3, Jakarta 10730, sedangkan cabang-cabang perusahaan terletak di beberapa kota di Indonesia.


(52)

Didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 berdasarkan Akta Notaris Ridwan Suselo, SH. No.207 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam surat keputusan No.Y.A.5/96/5 tanggal 22 Maret 1976.

Perusahaan bergerak di bidang industri alat-alat perlengkapan (suku cadang) dari berbagai macam alat-alat mesin pabrik dan kendaraan sejenisnya. Perusahaan berlokasi di wisma ADR, Jl. Pluit Raya I N0.1, Jakarta Utara. Perusahaan ini memiliki pabrik di Jl. Kapuk Kamal Raya N0.88 Jakarta 14470 dan di Jl. Raya LPPU Carug No.88 Tangerang Banten desa Dujaya-Belitung, Banten. Perusahaan ini mulai beroperasi tahun 1980.

10.PT. Tunas Ridean Tbk

Didirikan berdasarkan Akta Notaris Winanto Wiryomartani, SH. No.102 tanggal 24 Juli 1980. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No.935 tambahan No.84 tanggal 21 Oktober 1983. Anggaran dasar telah beberapa kali mengalami perubahan, perubahan terakhir dengan Akta Notaris Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, SH. No.41 tanggal 11 Mei 2007 mengenai perubahan susunan anggota dewan komisaris dan direksi. Perubahan tersebut telah dilaporkan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.

Kegiatan komersial perseroan dimulai tahun 1981. perseroan dan anak perusahaan terbagi dalam dua divisi sesuai dengan kegiatan utamanya :


(53)

1. Keagenan penjualan kendaraan bermotor, yang berkedudukan di Jakarta dan Lampung. Dilaksanakan oleh PT. Tunas Ridean Tbk (induk perusahaan), PT. Tunas Mobilindo Perkasa, PT. Surya Mobil Megahtama, PT. Tunas Asset Sarana, dan yang berkedudukan di Lampung dilaksanakan oleh PT. Tunas Dwipa Matra.

2. Jasa keuangan dan sewa, yang berkedudukan di Jakarta dilaksanakan oleh PT. Tunas Financindo Sarana dan PT. Surya Sudeco.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan Otomotif di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil data Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan

Leverage Operasi sebagai variabel bebas dan Perataan Laba sebagai variabel terikat pada tahun 2004 sampai dengan 2009. Selanjutnya data tersebut diolah agar dapat diketahui dan ditarik kesimpulannya untuk menjawab hipotesis yang dikemukakan sebelumnya.

4.2.1 Ukuran Perusahaan (X1

Ukuran Perusahaan merupakan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada jangka waktu tertentu.

)

Berikut ini data mengenai Ukuran Perusahaan pada perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2009.


(54)

Tabel 4.1 Ukuran Perusahaan pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI

NO NAMA PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Internasional Tbk 39.145.053 61.166.666 57.929.290 63.520.000 80.740.000 88.938.000 2 PT. Astra Otoparts Tbk 3.028.465 2.436.481 3.028.160 3.454.254 3.981.316 4.644.939 3 PT. Gajah Tunggal Tbk 6.341.117 7.479.373 7.276.025 8.454.693 8.713.559 8.877.146 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk 440.841 458.737 454.851 579.661 1.022.330 1.127.630 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 636.109 1.069.514 1.204.104 1.377.864 1.838.946 2.025.970 6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk 3.361.173 4.606.194 4.418.690 4.907.500 5.578.514 5.894.653 7 PT. Indospring Tbk 459.703 350.971 490.604 599.273 918.228 621.140 8 PT. Intraco Penta Tbk 780.040 869.208 831.846 863.818 1.137.218 1.039.511 9 PT. Selamat Sempurna Tbk 663.138 650.930 716.686 830.050 929.753 941.651 10 PT. Tunas Ridean Tbk 2.002.792 3.011.591 2.857.847 3.345.245 3.583.328 1.770.692

Sumber : Indonesian Capital Market Directory dan Laporan Keuangan

Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2004 hingga tahun 2009 Ukuran Perusahaan PT. Astra Internasional Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 39.145.053; 61.166.666; 57.929.290; 63.520.000; 80.740.000; 88.938.000.

Sedangkan pada tahun 2004 Ukuran Perusahaan PT. Goodyear Indonesia Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 440.841. tahun 2005 PT. Indospring Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 350.971. tahun 2006 PT. Goodyear Indonesia Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 454.851. tahun 2007 PT. Goodyear Indonesia Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 579.661. tahun 2008 PT. Indospring Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 918.228. tahun 2009 PT. Indospring Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 621.140.

4.2.2 Profitabilitas (X2

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Dalam penelitian ini Profitabilitas diukur melalui Net Profit Margin (NPM).

)

Berikut ini data Net Profit Margin pada perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2009.


(55)

Tabel 4.2 Profitabilitas pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI

NO NAMA PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Internasional Tbk 12,03 8,84 6,68 9,28 9,46 10,19 2 PT. Astra Otoparts Tbk 7,24 7,63 8,36 10,87 10,58 14,58 3 PT. Gajah Tunggal Tbk 7,02 7,17 2,16 1,36 -7,84 11,41 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk 3,25 -0,76 2,58 3,89 0,06 9,36 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 9,18 6,86 2,82 3,25 9,14 9,23 6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk -1,39 0,84 0,04 0,02 0,28 0,31 7 PT. Indospring Tbk -1,35 -6,12 0,55 1,75 3,3 8,15 8 PT. Intraco Penta Tbk 0,77 2,28 1,16 1,33 2,04 3,34 9 PT. Selamat Sempurna Tbk 7,63 7,84 7,51 7,54 6,75 9,66 10 PT. Tunas Ridean Tbk 4,54 3,09 0,57 4,3 4,42 6,34

Sumber : Diolah dari Indonesian Capital Market Directory dan Laporan Keuangan Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2004 Profitabilitas PT. Astra Internasional Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 12,03. tahun 2005 PT. Astra Internasional Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 8,84. tahun 2006 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 8,36. tahun 2007 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 10,87. tahun 2008 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 10,58. tahun 2009 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 14,58.

Sedangkan pada tahun 2004 Profitabilitas PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar -1,39. tahun 2005 PT. Indospring Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar -6,12. tahun 2006 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 0,04. tahun 2007 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 0,02. tahun 2008 PT. Gajah Tunggal Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar -7,84. tahun 2009 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 0,31.


(56)

4.2.3 Leverage Operasi (X3

Leverage Operasi merupakan pengukuran yang mengukur seberapa banyak dana yang di supply oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan yang berupa hutang.

)

Berikut ini data Leverage Operasi pada perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2009.

Tabel 4.3 Leverage Operasi pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI

NO NAMA PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009

1 PT. Astra Internasional Tbk 49,62 60,38 54,37 49,60 49,74 44,98 2 PT. Astra Otoparts Tbk 38,3 35,62 35,23 31,69 29,91 27,17 3 PT. Gajah Tunggal Tbk 73,43 72,85 70,65 71,78 81,07 69,91 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk 35,09 39,85 38,17 48,32 70,97 63,16 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 55,49 67,76 71,3 72,79 66,68 59,92 6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk 89,02 91,05 90,95 91,81 91,39 91,58 7 PT. Indospring Tbk 85,33 78,95 85,94 86,84 88,15 76,22 8 PT. Intraco Penta Tbk 82,53 64,26 62,66 64,61 71,1 65,61 9 PT. Selamat Sempurna Tbk 34,27 37,63 33,43 38,13 36,8 42,2 10 PT. Tunas Ridean Tbk 70,37 77,48 76,42 74,4 71,4 43,51

Sumber : Diolah dari Indonesian Capital Market Directory dan Laporan Keuangan Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2004 hingga tahun 2009

Leverage Operasi PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 89,02; 91,05; 90,95; 91,81; 91,39; 91,58.

Sedangkan pada tahun 2004 Leverage Operasi PT. Selamat Sempurna Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 34,27. tahun 2005 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 35,62. tahun 2006 PT. Selamat Sempurna Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 33,43. tahun 2007 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 31,69. tahun 2008 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 29,91. tahun 2009 PT. Astra Otoparts Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar 27,17.


(57)

4.2.4 Perataan Laba (Y)

Perataan Laba merupakan cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan, sehingga pada saat sekarang dipandang normal bagi perusahaan.

Berikut ini data Perataan Laba pada perusahaan Otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia tahun 2004 sampai dengan 2009.

Tabel 4.4 Perataan Laba pada perusahaan Otomotif yang go publik di BEI

NO NAMA PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata

1 PT. Astra Internasional Tbk 0,063 0,425 1,180 1,286 0,492 0,235 0,614 2 PT. Astra Otoparts Tbk 0,132 0,777 0,013 0,562 0,045 0,141 0,278 3 PT. Gajah Tunggal Tbk -0,346 -0,386 -0,299 -0,395 -1,323 -0,103 -0,475 4 PT. Goodyear Indonesia Tbk 0,438 0,459 0,526 0,436 0,146 2,007 0,669 5 PT. Hexindo Adiperkasa Tbk 0,262 0,404 0,815 0,178 1,719 0,583 0,660 6 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk 0,891 0,824 0,668 0,423 3,134 0,327 1,045 7 PT. Indospring Tbk 1,593 0,646 1,002 1,320 0,656 0,025 0,874 8 PT. Intraco Penta Tbk 0,291 0,978 0,822 0,233 0,424 0,056 0,468 9 PT. Selamat Sempurna Tbk 0,383 0,731 0,105 0,029 0,138 0,561 0,325 10 PT. Tunas Ridean Tbk 0,154 0,469 0,728 2,060 0,350 0,359 0,687

Sumber : Diolah dari Indonesian Capital Market Directory dan Laporan Keuangan Dari tabel diatas diketahui bahwa pada tahun 2004 Perataan Laba PT. Indospring Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 1,593. tahun 2005 PT. Intraco Penta Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 0,978. tahun 2006 PT. Astra Internasional Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 1,180. tahun 2007 PT. Tunas Ridean Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 2,060. tahun 2008 PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 3,134. tahun 2009 PT. Goodyear Indonesia Tbk mencatat nilai tertinggi sebesar 2,007.

Sedangkan pada tahun 2004 hingga tahun 2009 Perataan Laba PT. Gajah Tunggal Tbk mencatat nilai terendah yaitu sebesar -0,346; -0,386; -0,299; -0,395; -1,323; -0,103.


(58)

4.3 Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1 Asumsi-asumsi Klasik Regresi

Berdasarkan uraian diatas, peneliti akan melakukan pengujian pada Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Leverage Operasi apakah berpengaruh terhadap Perataan Laba yang dimiliki sepuluh perusahaan yang diteliti dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2004 sampai dengan 2009. Mengingat analisis rasio keuangan sangat luas cakupannya, maka peneliti membatasi pada analisis rasio melalui regresi linier berganda. Persamaan regresi tersebut harus bersifat BLUE (Best Linier Unlimited Estimator), artinya pengambilan keputusan Uji F dan uji t tidak boleh bias.

Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier yaitu :

• Tidak boleh ada autokorelasi positif atau autokorelasi negatif

• Tidak boleh ada multikolinearitas

• Tidak boleh ada heterokedastisitas

1. Autokorelasi

Pada hasil analisa data yang diperoleh melalui uji asumsi klasik tentang autokorelasi dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 4.5

Model Summaryb

.334a .112 .064 19130648.4 .508

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson Predictors: (Constant), LEVERAGE, UK.PERUSH, PROFIT.

a.

Dependent Variable: PERAT.LABA b.


(59)

Dari tabel Model Summary diatas diketahui nilai D-W sebesar 0,508. Sedangkan alat deteksi yang dijadikan acuan angka D-W berada diantara -2 sampai +2 Tidak ada Autokorelasi, maka dapat dinyatakan tidak adanya gejala autokorelasi (negative). Dengan demikian model regresi linier berganda yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi asumsi klasik tentang autokorelasi.

2. Multikolinearitas

Pada hasil analisa data yang diperoleh melalui uji asumsi klasik dengan menggunakan multikolinearitas, dapat diketahui melalui tabel sebagai berikut :

Tabel 4.6

Coefficientsa

-4943766 1.3E+07 -.380 .706

1686081 723872.2 .384 2.329 .023 .583 1.715

91146.268 170705.5 .090 .534 .595 .558 1.791

287125.7 3832837 .010 .075 .941 .942 1.061

(Constant) UK.PERUSH PROFIT. LEVERAGE Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: PERAT.LABA a.

Sumber data : Hasil analisa SPSS

Dari tabel koefisien diatas, nilai multikolinearitas untk Ukuran Perusahaan (X1

Untuk nilai multikolinearitas Profitabilitas (X

) dalam VIF sebesar 1,715 sedangkan toleransinya sebesar 0,583. Hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas.

2), dalam VIF sebesar 1,791

dan nilai toleransinya sebesar 0,558. Hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas


(60)

antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas.

Untuk nilai multikolinearitas Leverage Operasi (X3

3. Heterokedastisitas

), dalam VIF sebesar 1,061. Hal ini menunjukkan nilai VIF dan toleransi masih kurang dari 10, maka dapat dinyatakan tidak terdeteksi multikolinearitas antara variabel bebas terhadap variabel terikat. Dengan demikian model regresi memenuhi persyaratan asumsi klasik tentang multikolinearitas.

Uji heterokedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedestisitas. Jika varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik tidak mempunyai heterokedastisitas.

Deteksi Adanya Heteroskedastisitas : a. Dari Scatter Plot Residual

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

: jika ada pola tertentu (seperti titik-titik /point-point yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, menyebar kemudian menyempit)

c. Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Rumus rank Spearman adalah :


(61)

rs

(

N 1

)

N d 2 2 i −

= 1 – 6

Keterangan : di

N = banyaknya data

= perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i

Pengujian Heteroskedastisitas di sini menggunakan korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas dengan hasil analisis sbb:

Tabel 4.7

Nonparametric Correlations

Correlations

1.000 -.672** -.207 -.545** . .000 .112 .000

60 60 60 60

-.672** 1.000 .213 .377**

.000 . .102 .003

60 60 60 60

-.207 .213 1.000 .117

.112 .102 . .375

60 60 60 60

-.545** .377** .117 1.000

.000 .003 .375 .

60 60 60 60

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N UK.PERUSH PROFIT. LEVERAGE Unstandardized Residual Spearman's rho

UK.PERUSH PROFIT. LEVERAGE

Unstandardiz ed Residual

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Sumber data : Hasil analisa SPSS

Hasil analisis menunjukkan bahwa hanya pada variabel Leverage Operasi (X3) TIDAK mempunyai korelasi yang signifikan antara residual dengan variabel

bebasnya (nilai Sig lebih besar dari 0,05), sedangkan pada variabel Ukuran Perusahaan (X1) dan Profitabilitas (X2) mempunyai korelasi yang signifikan

dengan residual. Maka hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa tidak seluruh variabel penelitian tidak terjadi Heterokedastisitas.


(62)

4.3.2 Pengujian Hipotesis

Hasil dari dokumentasi data perusahaan yang dikumpulkan dan setelah itu ditabulasi kemudian diolah melalui analisa regresi berganda dengan bantuan program SPSS. Berdasarkan pertimbangan hasil regresi linier berganda yang selengkapnya bisa dilihat pada lampiran, maka dapat dijelaskan pengaruh Ukuran Perusahaan (X1), Profitabilitas (X2), dan Leverage Operasi (X3

a. Analisa Regresi Linear Berganda

) terhadap Perataan Laba (Y) dengan pengujian hipotesa, melalui analisis sebagai berikut :

Dari hasil analisa regresi linier berganda yang akan dihitung disini adalah untuk mengetahui nilai standar koefisien regresi yang dimiliki oleh variabel bebas untuk menentukan tingkat signifikansi terhadap variabel terikat. Adapun hasil yang diperoleh dari analisa dengan menggunakan SPSS 12 for windows dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8

Coefficientsa

-4943766 1.3E+07 -.380 .706

1686081 723872.2 .384 2.329 .023 .583 1.715

91146.268 170705.5 .090 .534 .595 .558 1.791

287125.7 3832837 .010 .075 .941 .942 1.061

(Constant) UK.PERUSH PROFIT. LEVERAGE Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: PERAT.LABA a.

Sumber data : Hasil analisa SPSS

Adapun hasil penghitungan dengan menggunakan rumus koefisien regresi adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3

Y = -4943766 + 0,384 X

+ e


(63)

Dari persamaan regresi diatas dapat diperoleh penjelasansebagai berikut :

Konstanta (a) sebesar -4943766 artinya bahwa jika perusahaan tidak mempublikasikan laporan keuangan, maka total Perataan Laba turun sebesar -4943766 atau mengalami penurunan sebesar --4943766.

Ukuran Perusahaan (X1

Profitabilitas (X

) sebesar 0,384 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan, maka total Perataan Laba akan mengalami kenaikan sebesar 0,384. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi Perataan Laba dianggap tetap.

2

Leverage Operasi (X

) sebesar 0,090 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan, maka total Perataan Laba akan mengalami kenaikan sebesar 0,090. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi Perataan Laba dianggap tetap.

3

b. Uji t (parsial)

) sebesar 0,010 artinya bahwa setiap perubahan satu satuan, maka total Perataan Laba akan mengalami kenaikan sebesar 0,010. Dalam hal ini faktor lain yang mempengaruhi Perataan Laba dianggap tetap.

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh secara parsial antara variabel-variabel bebas berupa Ukuran Perusahaan (X1), Profitabilitas (X2), Leverage Operasi (X3

1. Menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi pada 5% (0,05). ) terhadap Perataan Laba (Y). Ketentuan pengujian yang digunakan adalah sebagai berikut :

2. Mengadakan distribusi uji t dengan derajat kebebasan dk = (n – k – 1), sehingga ttabel

3. H

= t (α n – k – 1).

0 : β1 = 0, variabel X1, X2, X3 secara parsial tidak mempunyai pengaruh


(1)

perataan laba. Nilai aktiva perusahaan yang menjadi ukuran perusahaan tidak sesuai dengan yang diinginkan manajer, sehingga manajer menaikkan atau menurunkan nilai aktiva agar sesuai dengan target yang diinginkan.

Pada umumnya besar kecilnya suatu perusahaan dapat dinilai dari besar kecilnya nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan tersebut, karena untuk menilai aktiva yang dipakai sebagai ukuran perusahaan selama ini masih terdapat efek gabungan antara perusahaan yang besar dengan nilai aktiva yang besar pula. Ini yang memotivasi manajer untuk melakukan perataan laba, sehingga pelaporan keuangan suatu perusahaan menjadi optimal.

4.4.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba

Profitabilitas pada uji t diperoleh tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,595 yang artinya Profitabilitas berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perataan laba. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Juniarti dan Corolina (2005) yang menjelaskan bahwa fluktuasi profitabilitas yang rendah atau menurun memiliki kecenderungan bagi perusahaan tersebut untuk melakukan perataan laba, terlebih lagi jika perusahaan menetapkan skema kompensasi bonus didasarkan pada besarnya profit yang dihasilkan. Dimana profitabilitas yang tinggi tidak akan memberikan pengaruh terhadap terwujudnya perataan laba yang maksimal jika profitabilitas perusahaan tersebut dinilai tidak optimal dalam membiayai operasional dan ekspansi perusahaan, ini juga dihambat oleh tingginya hutang jangka pendek yang dinilai menghambat laju pertumbuhan profitabilitas, sehingga perusahaan lebih utama memenuhi kewajiban-kewajiban


(2)

tersebut daripada melakukan perataan laba. Jadi didapat kesimpulan dalam penelitian ini bahwa profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap perataan laba. 4.4.3 Pengaruh Leverage Operasi terhadap Perataan Laba

Leverage Operasi pada uji t diperoleh tingkat signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,941 yang artinya Leverage Operasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap perataan laba. Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Zuhroh (1996) dalam Sopa Sugiarto (2003) yang berhasil menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba adalah Leverage Operasi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa peningkatan nilai Leverage Operasi banyak disebabkan karena terjadinya peningkatan nilai hutang perusahaan yang bersumber dari perusahaan asing yang umumnya menggunakan kurs dolar, sehingga ketika terjadi peningkatan pada nilai kurs dolar maka nilai Leverage Operasi perusahaan akan juga meningkat, sehingga akan terjadi perbedaan nilai Leverage Operasi sekarang dibandingkan pada waktu perusahaan melakukan pinjaman. Oleh karena itu, nilai Leverage Operasi pada penelitian ini tidak berhasil mempengaruhi perataan laba pada perusahaan yang diteliti.

Leverage Operasi ini diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva. Hutang yang besar berarti rasio leverage yang besar. Hutang yang besar mengakibatkan resiko semakin meningkat. Jadi, semakin besar leverage maka resiko yang ditanggung oleh pemilik modal semakin meningkat. Dengan asumsi pihak kreditor adalah menolak resiko, maka investor enggan untuk menanamkan modalnya serta pihak kreditor enggan meminjamkan dananya bila perusahaan tersebut memiliki resiko leverage yang besar.


(3)

Dari penjelasan penelitian diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa besarnya leverage operasi akan menimbulkan resiko yang besar yang ditanggung oleh suatu perusahaan, sehingga tidak dapat mempengaruhi besar kecilnya perataan laba dan keputusan manajer untuk menggunakan leverage operasi yang tinggi tidak dapat mempengaruhi perataan laba yang optimal.


(4)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian untuk setiap hipotesis dapat disimpulkan :

1. Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Perataan Laba pada perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

2. Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap Perataan Laba pada perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

3. Leverage Operasi tidak berpengaruh terhadap Perataan Laba pada perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Bahwa perusahaan tidak memberikan point utama terhadap tingginya hutang karena tidak akan memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya profitabilitas.

2. Perusahaan harus lebih condong memiliki pendanaan modal sendiri daripada pendanaan yang berasal dari modal asing sehingga akan berdampak pada susunan permodalan suatu perusahaan.

3. Untuk penelitian yang akan datang, dapat menggunakan variabel lain selain penelitian diatas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Baridwan, Zaki, 2000. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Barlin, Sundjaja, 2001. Manajemen Keuangan Satu. Edisi Ketiga, PT. Prenhallindo, Jakarta.

Gujarati, D, 2000, Basic Economics, Mc Graw Hill International Book Company, third edition, Tokyo.

Harahap, 1998. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama, Cetakan Keempat, PT. Raja Grafindo Persada.

Husnan, Suad, 2000. Manajemen Keuangan, Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Panjang). Edisi Keempat, Buku Satu, BPFE, Yogyakarta.

Munawir, 1997. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, Penerbit LIBERTY, Yogyakarta.

Riyanto, Bambang, 1994. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Ketiga, Cetakan Ketujuh Belas, Penerbit Gajah Mada, Yogyakarta.

Weston dan Copeland, 1995. Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan, Penerbit Erlangga.

Assih dan Gudono, 2000. “ Hubungan Tindakan Perataan Laba dengan Reaksi Pasar atas pengumuman informasi Laba Perusahaan yang terdafar di Bursa Efek Jakarta “. Jurnal Riset Akuntansi, Vol 3. No 1. Januari 2000. Hal 35-53.


(6)

Jin dan Machfoedz, 1998. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta “. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 1. No 2. Hal 174-191.

Juniarti dan Corolina, 2005. “ Analisa Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan-Perusahaan Go Public “. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 7. No 2. Hal 148-161.

Sopa Sugiarto, 2003. “ Perataan Laba dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “. Simposium Nasional Akuntansi VI. 16-17 Oktober. Hal 350-359.

Suwito dan Herawaty, 2005. “ Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan Oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta “. Simposium Nasional Akuntansi VIII. 15-16 September. Hal 136-146.

Yusuf dan Soraya, 2004. “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Asing dan Non Asing di Indonesia “. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol 8. No 1. Hal 99-125.