4. Pengertian Pertanggungjawaban Korporasi
Berbicara mengenai pertanggungjawaban tidak terlepas dari dasar pengertian tindak pidana, yaitu mengenai adanya suatu perbuatan yang
mengandung unsur pidana serta adanya subjek hukum yang dapat diminta pertanggungajawabannya. Dasar dapat dipidananya seseorang adalah asas
legalitas “nullum delictum nulla poena sine previa lege poenale” yaitu tiada suatu perbuatan dapat dihukum kecuali undang-undang tersebut mengaturnya.
Selain asas legalitas juga terdapat asas kesalahan yang menentukan dasar pertanggungjawaban pidana sebagai akibat kesalahan yang diperbuatnya, yaitu
Green Straf Zonder Schuld atau nulla poena sine culpa, yang berarti tiada pidana tanpa kesalahan.
29
Subjek hukum yang dapat diminta pertanggungjawabannya kini tidaklah terbatas pada subjek alamiah saja, korporasi sebagai badan hukum juga telah
menjadi subjek hukum tindak pidana. Kedudukan korporasi sebagai pembuat tindak pidana dan dapat dipertanggungjawabkan dalam perkembangan ilmu
pengetahuan hukum pidana, terdiri dari beberapa sistem. Mengenai kedudukan sebagai pembuat dan sifat pertanggungjawaban pidana korporasi, terdapat model
pertanggungjawaban korporasi, sebagai berikut:
30
Menurut sistem pertanggungjawaban ini, terhadap pengurus korporasi diberikan kewajiban-kewajiban yang sebenarnya adalah kewajiban korporasi.
a.Pengurus korporasi sebagai pembuat dan pengurus yang bertanggungjawab
29
Ibid, hlm 98
30
Ibid, hlm 83
Universitas Sumatera Utara
Pengurus korporasi yang tidak memenuhi kewajiban tersebut dapat dinyatakan bertanggungjawab diancam dengan pidana. Sistem ini terdapat alasan yang
menghapuskan pidana. Sedangkan dasar pemikirannya, adalah korporasi itu sendiri tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap suatu perbuatan pelanggaran
melainkan selalu penguruslah yang melakukan delik itu.
31
Sistem ini dinilai, tidak terlepas dari ketentuan-ketentuan KUHP yang menganut bahwa subjek tindak pidana adalah orang natuurlijk persoon dengan
dilatar belakangi pengaruh asas “societas delinguere non potest” yaitu: badan hukum tidak mungkin melakukan tindak pidana.
32
Suatu perbuatan dipandang sebagai tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi apabila tindak pidana tersebut dilakukan oleh pegawaipengurus dari
korporasi yang memiliki kewenangan untuk bertindak mewakili kepentingan dari korporasi itu sendiri.
b. Korporasi sebagai pembuat dan pengurus yang bertanggungjawab
Sistem ini ditandai dengan adanya pengakuan yang timbul bahwa suatu tindak pidana dapat dilakukan oleh perserikatan atau badan usaha korporasi,
akan tetapi tanggung jawabnya menjadi beban pengurus badan hukum tersebut. Tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi pada prinsipnya dilakukan
seseorang tertentu sebagai pengurus dan badan hukum tersebut.
33
Menurut sistem ini korporasi dipandang sebagai pelaku dan yang bertanggungjawab. Hal ini disebabkan bahwa dalam delik-delik tertentu,
c. Korporasi sebagai pembuat dan yang bertanggungjawab
31
Ibid, hlm 84
32
Mahmud Mulyadi dan Feri Antoni Surbakti, op cit, hlm 52
33
Muladi dan Dwija Priyatno, op cit, hlm 53
Universitas Sumatera Utara
ditetapkannya pengurus saja yang dapat dipidana tidaklah cukup sementara dalam beberapa delik ekonomi hukuman yang dijatuhkan kepada pengurus tidaklah
setimpal dengan keuntungan yang diraih oleh korporasi. Penjatuhan pidana kepada pengurus tidak menjamin bahwa korporasi tidak
melakukan perbuatan yang melawan hukum. Karenanya selain pidana yang dapat dijatuhkan kepada pengurus juga diperlukan pidana yang dapat dijatuhkan kepada
korporasi atau kedua-duanya.
5. Pengertian Persaingan Usaha Tidak Sehat