Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian Produktivitas Getah Pinus dengan Metode Quarre Menggunakan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kondisi Lapangan Lokasi Penelitian

Penyadapan getah pinus dilakukan pada dua tempat yang berbeda. Pertama di Blok Cikatomas dengan topografi landai sampai curam dan berada pada ketinggian 691 716 mdpl. Blok Cikatomas didominasi oleh tegakan P. merkusii dan P. oocarpa. Lokasi penelitian kedua dilakukan di Blok Tangkalak. Lokasi ini berada pada ketinggian 663 687 mdpl dan didominasi oleh tegakan P. insularis. Gambar 5 Tempat lokasi penelitian di Blok Cikatomas. Dari ketiga masing-masing jenis pinus diambil 40 pohon untuk diberi perlakuan yaitu 20 pohon sebagai kontrol dan 20 pohon menggunakan stimulansia ETRAT 1240. a b c Gambar 6 Pohon a P. merkusii, b P. oocarpa, c P.insularis.

5.2 Produktivitas Getah Pinus dengan Metode Quarre Menggunakan

Stimulansia ETRAT 1240 Penyadapan pinus dengan menggunakan metode quarre menghasilkan getah yang berkualitas baik. Namun, secara fisik kualitas getah dari metode quarre tidak lebih bagus dari metode bor. Ada kotoran hasil sadapan yang masuk ke dalam tempat penampungan getah. Getah pinus dari metode quarre lebih cepat mengalami pembekuan karena getah yang keluar dari pohon mengalami koagulasi. Selain itu, kekurangan dari metode quarre adalah luka sadapan yang luas menyebabkan pohon pinus lebih mudah terserang penyakit. Sejak bulan Mei 2011 Hutan Pendidikan Gunung Walat sudah menggunakan stimulansia organik yaitu ETRAT. ETRAT merupakan larutan yang mengandung Zat Pengatur Tumbuh ZPT dan stimulansia organik. Dengan demikian ETRAT mempunyai 2 fungsi yaitu meningkatkan kapasitas produksi getah dan memperlancar keluarnya getah Santosa 2011. Bahan kimia yang terkandung yang terkandung dalam ETRAT 1240 tidak berbahaya bagi kesehatan penyadap, kondisi pohon yang disadap dan lingkungan sekitar. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, juga telah menggunakan stimulansia organik, namun berbahan dasar jeruk nipis dan lengkuas. Menurut Aziz 2010, pengggunaan stimulania organik dari bahan jeruk nipis konsentrasi 50 menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan CAS. Zat Pengatur Tumbuh yang sangat berperan dalam proses keluarnya getah adalah ethylene. Ethylene merupakan senyawa berbentuk gas yang banyak berperan dalam perubahan suatu tanaman, seperti terjadi perubahan dalam membran yang permeabel dari dinding saluran getah sehingga selama ada aliran getah, air dapat masuk ke dalam saluran getah dan jaringan-jaringan di sekitarnya Santosa 2011. Secara alami, ethylene ada di dalam tanaman ethylene endogen. Menurut Santosa 2011, pembentukan getah di dalam tanaman dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan ethylene endogen dan adanya stres pembuatan luka sadap. Dengan demikian, peningkatan produksi getah dapat dilakukan dengan memberikan zat yang mengandung ethylene exsogen yang akan merangsang pembentukan ethylene endogen pada tanaman sehingga proses metabolisme sekunder dapat ditingkatkan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua perlakuan untuk masing-masing jenis pinus. Pertama penyadapan metode quarre dengan menggunakan stimulansia ETRAT 1240 dan kedua penyadapan metode quarre tanpa stimulansia kontrol. Dari hasil pengamatan selama selama 15 kali panen getah dengan periode sadap 3 hari sekali maka dapat diketahui produktivitas getah dengan menggunakan stimulansia dan tanpa stimulansia. Berikut adalah hasil produktivitas rata-rata getah pinus. Tabel 6 Produktivitas rata-rata getah pinus berdasarkan perlakuan dan frekuensi panen gramquarrepanen Panen ke- Perlakuan A1 A2 B1 B2 C1 C2 1 24,60 33,35 39,70 40,40 23,10 20,10 2 6,15 17,25 11,60 14,05 9,40 12,60 3 13,30 38,15 20,45 30,10 19,05 24,90 4 17,95 48,05 24,95 42,05 21,60 31,40 5 22,45 54,30 24,15 42,75 24,30 37,80 6 22,50 66,85 27,40 51,65 21,80 44,75 7 30,75 77,65 38,45 72,05 31,90 56 8 30,20 74,25 35,15 56,95 30,40 51,30 9 34,35 77,35 40 72,40 32,30 57,60 10 30,70 70,30 39 69,55 31,65 59,10 11 35,70 76,10 46 81,20 29,70 57,30 12 38,60 70,10 47,15 79,95 40,90 60,30 13 35,95 67,30 46,6 70,85 33,65 52,10 14 36,50 62,60 47,65 73,35 31,35 53,35 15 31,95 63,35 45,50 70,70 34,50 53,95 Total 411,65 896,95 533,75 868 415,6 672,55 Rata-Rata per panen 27,44 59,80 35,58 57,87 27,71 44,84 Rata-Rata gramhari 9,15 19,93 11,86 19,29 9,24 14,95 Keterangan : A1 = P. merkusii kontrol A1 = P. merkusii menggunakan ETRAT B1 = P. oocarpa kontrol B2 = P. oocarpa menggunakan ETRAT C1 = P. insularis kontrol C2 = P. insularis menggunakan ETRAT Berdasarkan Tabel 6, produktivitas tertinggi terdapat pada perlakuan P. merkusii menggunakan ETRAT dengan rata-rata produktivitas getah sebesar 19,93 gquarrehari, sedangkan untuk produksi rata-rata terendah adalah perlakuan kontrol pada P. merkusii sebesar 9,15 gquarrehari. Dari masing- masing perlakuan untuk setiap jenis pinus terlihat perbedaan produktivitas getah antara pemberian ETRAT dan tanpa ETRAT. Pada pemanenan pertama, hasil rata-rata produktivitas getah pada ketiga jenis pinus cukup tinggi karena keluarnya deposit getah dari sel-sel parenkim. Saat pinus berusaha melakukan reaksi terhadap pelukaan kedua, deposit getah telah berkurang banyak untuk menanggapi reaksi stres pada pelukaan pertama. Hal ini menyebabkan persediaan getah di dalam pohon sangat sedikit sehingga pada pemanenan getah yang kedua produktivitas rata-rata pada ketiga jenis pinus menurun. Pada pelukaan ketiga, ketiga jenis pohon pinus sudah dapat beradaptasi dengan membentuk getah yang baru, sehingga hasil produktivitas rata-rata pada setiap perlakuan di pemanenan ketiga kembali meningkat. Menurut Santosa 2011, produktivitas yang masih rendah pada awal periode penyadapan sampai dengan 12 hari disebabkan pemberian ZPT memerlukan waktu untuk mempengaruhi metabolisme sekunder. ZPT ethylene membutuhkan waktu untuk mengubah bentuk dari cair menjadi gas di dalam jaringan tanaman. Setelah itu proses untuk membangkitkan ethylene di dalam tanaman pun memerlukan waktu hingga tercapainya proses metabolisme sekunder pembentukan getah dapat berjalan dengan stabil. Secara umum, kecenderungan hasil rata-rata produktivitas getah menggunakan ETRAT ditampilkan pada Gambar 7. Gambar 7 Grafik kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus menggunakan stimulansia ETRAT dalam frekuensi panen grampohonpanen. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 P ro dukt iv it as g quar re pa n en Panen ke- Pinus merkusii Pinus oocarpa Pinus insularis Dari Gambar 7, terlihat setelah panen kedua produksi getah dari ketiga jenis pinus mengalami peningkatan. Produktivitas yang paling tinggi terdapat pada perlakuan menggunakan ETRAT pada P. merkusii diikuti dengan pengunaan ETRAT pada P. oocarpa. Dari panen pertama sampai pada panen ke 10 produktivitas getah P. merkusii berada pada tingkat paling atas diantara pinus yang lain, namun pada panen ke 11 produktivitas P. oocarpa mencapai tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Peningkatan produktivitas P. oocarpa pada panen ke-11 menunjukkan bahwa respon yang dibutuhkan P. oocarpa terhadap stimulansia ETRAT lebih lama dibanndingkan dengan P. merkusii. Tingkat produktivitas getah P. oocarpa yang tinggi di Hutan Pendidikan Gunung Walat dipengaruhi oleh tempat tumbuhnya. P. oocarpa akan mengalami pertumbuhan yang sangat baik pada ketinggian antara 600-800 mdpl, pada suhu 13-23° C dengan curah hujan antara 650-2000 mm per tahun CABI, 2002. Produktivitas P. insularis dengan menggunakan stimulansia ETRAT memiliki nilai lebih kecil dari P. merkusii dan P. oocarpa, karena getah P. insularis yang keluar cepat mengalami koagulasi sehingga mempercepat penutupan jaringan saluran resin. Pada panen ke 8 produktivitas getah pada masing-masing perlakuan jenis pinus mengalami penurunan, hal ini dipengaruhi oleh hujan. Menurut Sugiyono 2001 pada suhu yang rendah dan kelembaban yang tinggi, getah yang membeku akan menyumbat saluran getah dan muara akan tertutup akibatnya getah yang mengalir akan terhenti. Hasil rata-rata produktivitas getah tanpa menggunakan stimulansia dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Grafik kecenderungan produktivitas rata-rata getah pinus tanpa menggunakan stimulansia ETRAT dalam frekuensi panen grampohonpanen. Berdasarkan Gambar 8, rata-rata produktivitas pada ketiga jenis pinus lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan yang mengunakan ETRAT. P.oocarpa memiliki rata-rata produktivitas tertinggi dengan nilai sebesar 11,86 gquarrehari, diikuti oleh P. insularis dan P.merkusii dengan nilai masing-masing sebesar 9,24 gquarrehari dan 9,15 gquarrehari Produktivitas getah pinus dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor dari dalam pohon itu sendiri seperti jenis, diameter dan umur tegakan. Menurut Wibowo 2006 pengaruh diameter pohon pinus berhubungan dengan getah pinus yang dihasilkan, sehingga dengan adanya pertumbuhan diameter pohon menyebabkan volume kayu gubal semakin besar. Oleh karena itu, semakin besar volume kayu gubal, maka saluran getah yang terkandung pada pohon pinus akan semakin banyak dan produksi getah pinus akan semakin meningkat. Selain itu, produktivitas getah pinus juga dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh pohon dan perlakuan yang diberikan terhadap pohon seperti cara penyadapannya. 10 20 30 40 50 60 70 80 90 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 P ro dukt iv it as g quar re pa n en Panen ke- Pinus merkusii Pinus oocarpa Pinus insularis a b c d e f Gambar 9 Kondisi getah pinus pada masing-masing jenis pinus. Pada Gambar 9 terlihat perbedaan warna getah untuk masing-masing jenis pinus. Getah P. merkusii memiliki warna kuning cerah. Warna getah P. oocarpa kuning keputihan, sementara warna getah P. insularis cendrung putih dan bertekstur menggumpal seperti gula pasir. Mengacu kepada Tabel 6, maka dapat dihitung persentase peningkatan produktivitas getah menggunakan stimulansia ETRAT. Persentase peningkatan produktivitas getah yang paling tinggi adalah pemberian stimulansia ETRAT pada P. merkusii sebesar 117,81 dari kontrol tanpa ETRAT diikuti oleh P. insularis sebesar 76,19. Pada pengamatan di lapangan, peningkatan produktivitas getah dengan menggunakan ETRAT pada P. oocarpa tidak berbeda jauh dengan P. merkusii, namun untuk produktivitas jumlah getah pada kontrol jauh lebih banyak terdapat pada jenis P. oocarpa sehingga pemberian stimulansia pada P. oocarpa hanya menambah produktivitas sebesar 62,65. Dilihat dari masing-masing perlakuan dari ketiga kelompok terlihat jelas bahwa ada perbedaan produktivitas getah. Untuk perlakuan kontrol rata-rata produktivitas 30,25 gramquarrehari, sedangkan untuk penggunaan ETRAT pada kelompok pinus diperoleh rata-rata produktivitas 54,17 gramquarrehari.

5.3 Pengaruh Stimulansia terhadap Produktivitas penyadapan Getah Pinus