Stimulansia dan Zat Pengatur Tumbuh ZPT

Menurut Santosa 2011, peningkatan produksi getah pinus akibat pemberian stimulansia menunjukkan bahwa semakin tinggi tempat, peningkatan produksi akan semakin menurun. Hal ini dimungkinkan karena faktor eksternal berupa suhu udara yang rendah serta berkurangnya penyinaran matahari. Karakteristik dan pemberian stimulania sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal berupa suhu, kadar O 2 dan cuaca. Doan 2007 dalam hasil peneltiannya menyebutkan bahwa pohon pinus yang banyak menghasilkan getah memiliki ukuran tajuk yang lebat dan lebar. Tajuk yang besar memungkinkan pohon dapat menerima cahaya matahari yang lebih banyak.

2.9 Stimulansia dan Zat Pengatur Tumbuh ZPT

Stimulansia adalah kata serapan dari bahasa Inggris yang memiliki arti mendorong, merangsang, memotivasi atau menstimulin sesuatu sehingga berproses dan mencapai hasil melebihi normal. Di Indonesia percobaan pertama penyadapan pinus dilakukan di Aceh oleh W.G. Van dan Kloot pada tahun 1924 dan di Pulau Jawa pada tahun 1947 di dareah Lawu DS Wilis Budiatmoko 2007. Fakultas Kehutanan IPB 1989 menyatakan bahwa getah atau resin terbentuk sebagai akibat proses metabolisme dalam pohon. Produksi getah dalam pohon dapat ditingkatkan dengan memberikan rangsangan terhadap proses metabolisme dalam sel dan stuktur jaringan lainnya. Bahan-bahan yang dapat berfungsi memberi rangsangan tadi bisa berupa bahan-bahan kimiawi atau bentuk perlakuan mekanis pada pohon Menurut Sudrajat et al. 2002, bahan perangsang yang digunakan pada penyadapan getah pinus banyak macamnya, tetapi komponen utamanya adalah asam sulfat dan asam nitrat atau campurannya. Peningkatan produksi getah pinus selain menggunakan stimulansia, juga dapat dengan meningkatkan peran Zat Pengatur Tumbuh ZPT. Zat Pengatur Tumbuh merupakan substansi kimia yang konsentrasinya sangat rendah dan mengendalikan pertumbuhan serta perkembangan tanaman. Zat Pengatur Tumbuh Plant Growth Regulation sering disebut pula hormon pertumbuhan atau fitohormon Gardner et al. 1991. Jenis-jenis fitohormon dikelompokkan menjadi lima bagian, yaitu: auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat dan ethylene. Masing- masing jenis fitohormon memiliki fungsi masing-masing dan terkadang saling melengkapi satu sama lain. Dari lima kelompok jenis fitohormon, ethylene C 2 H 4 merupakan salah satu hormon yang unik karena berbentuk gas. Dewi 2008 menambahkan bahwa ethylene adalah suatu gas yang dapat digolongkan sebagai pengatur pertumbuhan dan dapat disebut sebagai hormon karena telah memenuhi persyaratan sebagai hormon, yaitu dihasilkan oleh tanaman, bersifat mobile dalam jaringan tanaman dan merupakan senyawa organik.

2.10 Penyadapan Getah Pinus