Perubahan Luasan Ekosistem Mangrove Strategi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove

Param eter FISIK KIMIA Tekstur Satuan C NTU 000 mgL mgL mgL Baku mutu Untuk biota 28- 32 5 7- 8,5 34 5 0,008 0,015 Plot Suhu Air Kekeruh an pH Salinit as DO NO3- P PO4- P Pasir Debu Liat rata 3 2.1 27,9 16,1 6,95 0,0 1,8 0,444 0,268 54,05 33,42 12,53 2.2 28 10,3 7,05 0,0 1,73 0,138 0,433 92,22 4,27 3,51 2.3 27,7 12 7,03 0,0 1,8 0,131 0,216 87,19 1,75 11,06 Rata- rata 27,9 12,8 7,0 0,0 1,8 0,238 0,306 77,82 13,15 9,03 3.1 28,2 3,1 7,13 0,0 3 0,158 0,357 95,69 0,01 4,30 3.2 28,2 5,5 7,01 0,0 3,2 0,095 0,660 34,80 57,10 8,10 3.3 28,2 4,9 7,11 0,0 2,7 0,478 0,560 62,28 23,47 14,25 Rata- rata 28,2 4,5 7,08 3 0,0 2,97 0,244 0,526 64,26 26,86 8,88 Sumber: data primer 2011 Sampling kualitas air ini dilakukan di sepanjang jalur di dalam kawasan SMMA. Transek sampling kualitas air ini diletakkan di sekitar tutupan vegetasi nipah, pidada dan enceng gondok Gambar 14. Gambar 14 Peta Lokasi Sampling Kualitas Air. Nilai pH dan suhu air di tiap titik sampling masih berada dalam kisaran baku mutu air laut untuk biota di kawasan mangrove. Sedangkan tingkat kekeruhan, salinitas, DO, kadar nitrat dan fosfat berada di atas baku mutu. Nilai kualitas air yang melebihi baku mutu menunjukkan bahwa kualitas perairan di kawasan telah mengalami perubahan. Perubahan ini dapat disebabkan oleh adanya bahan pencemar yang masuk ke perairan. Kondisi perairan yang tercemar ini juga ditunjukkan oleh warna dan bau air yang tidak sedap di sekitar dan dalam kawasan. Salinitas di semua titik sampling tergolong sangat rendah, yaitu berkisar antara 0-0,2 ‰. Kadar salinitas tersebut menunjukkan perairan di sekitar titik sampling dalam kawasan SMMA sudah tawar. Kondisi perairan yang tawar tidak dapat mendukung pertumbuhan mangrove dengan baik, karena vegetasi mangrove dapat tumbuh dengan baik pada habitat perairan yang mendapat pasokan air laut yang cukup dengan salinitas berkisar antara 10-30 ‰ Kusmana et al. 2003. Perubahan salinitas ini disebabkan oleh banyak hal. Pengaruh air tawar dari Kali Angke yang mengalir di sepanjang kawasan cukup dominan terhadap ekosistem mangrove. Sedangkan pasokan air laut yang masuk ke dalam kawasan terhambat alirannya karena adanya tanggul tambak yang dibangun di perbatasan antara hutan lindung dan SMMA. Selain itu, juga terjadi pendangkalan di dalam dan sekitar kawasan terutama di pintu masuk air in let dan out let Gambar 15. Gambar 15 Pintu Masuk Air di Kawasan Suaka Margasatwa Muara Angke. Pendangkalan yang terjadi di dalam kawasan ini disebabkan oleh pencemaran dari sampah, baik organik maupun anorganik khususnya sampah plastik yang menumpuk di sekitar pintu masuk air. Sampah plastik ini juga masuk