Persepsi Terhadap Rehabilitasi Mangrove
dan sampah padat organik dan anorganik yang mengalir di sepanjang sungai, tidak hanya disebabkan oleh aktivitas yang terjadi di sekitar muara,
melainkan akumulasi dari berbagai pembuangan sampah di sekitar daerah aliran sungai khususnya Sub DAS Sungai Angke. Partisipasi stakeholder
lainnya juga perlu ditingkatkan melalui pelaksanaan kegiatan secara berkelanjutan dengan melibatkan stakeholder terkait.
4. Komponen Ekonomi Menurut PP Nomor 28 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, suaka margasatwa dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata alam terbatas. Selain itu, menurut PP Nomor 36 Tahun
2010 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, usaha pariwisata
alam di SMMA dapat dilakukan berdasarkan Rencana Pengelolaan. Kegiatan wisata alam terbatas ini berupa kegiatan mengunjungi, melihat, menikmati
keindahan alam dan keanekaragaman tumbuhan dan satwa di dalamnya. Selain itu, terdapat izin pengusahaan yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehutanan. Kawasan SMMA dapat dipergunakan secara keseluruhan untuk kegiatan wisata alam tersebut, dengan ketentuan hanya dalam bentuk usaha
penyediaan jasa wisata alam, sedangkan usaha penyediaan sarana wisata alam seperti wisata tirta, akomodasi dan sarana petualangan, tidak diperbolehkan.
Pengusahaan wisata alam ini dimaksudkan untuk meningkatkan pemanfaatan terhadap kawasan SMMA.
Skala prioritas komponen yang perlu dibenahi ini ditentukan berdasarkan objek dari upaya rehabilitasi ini yaitu ekosistem mangrove SMMA. Ekosistem
mangrove memiliki faktor pembatas yang mendukung keberlangsungan hidupnya, yaitu pada komponen ekologi. Perbaikan komponen ekologi ini tidak dapat
berjalan dengan baik jika tidak didukung oleh kebijakan yang memihak pada perbaikan ekosistem secara menyeluruh. Sehingga komponen kebijakan
merupakan prioritas kedua yang perlu dibenahi. Komponen sosial dalam hal ini masyarakat yang berinteraksi dengan kawasan baik langsung maupun tidak
langsung, merupakan pihak yang mempunyai tingkat kepentingan tinggi terhadap ekosistem mangrove tersebut. Aktivitas masyarakat yang tidak menjaga kualitas
lingkungannya dengan baik akan berdampak buruk bagi ekosistem mangrove dan kawasan. Sebaliknya menurunnya kualitas ekosistem mangrove di kawasan akan
berdampak negatif pula bagi masyarakat tersebut. Selain itu, upaya rehabilitasi di SMMA dapat berjalan dengan baik apabila ada keterlibatan stakeholder
Berdasarkan berbagai permasalahan tersebut, dapat dirumuskan upaya strategi rehabilitasi ekosistem mangrove di SMMA Tabel 14.
Tabel 14 Strategi Rehabilitasi Ekosistem Mangrove di Kawasan SMMA.
No Strategi Rehabilitasi
Komponen yang perlu dibenahi Stakeholder yang terlibat
1 Strategi pada komponen
ekologi, yaitu: Perbaikan habitat dan lingkungan di
SMMA dan sekitarnya yang berpengaruh
terhadap kondisi ekosistem mangrove di
dalam kawasan a. Perbaikanpengaturan Sungai Angke, melalui
pengurugan untuk mengurangi pendangkalan dan penyempitan badan sungai
b. Pengangkutan sampah padat dan enceng gondok c. Pengelolaan limbah secara terpadu baik limbah cair
maupun sampah padat, terutama plastik, sehingga dapat mengurangi tingkat pencemaran di sekitar
Muara Angke dan Teluk Jakarta. d. Pemilihan jenis yang sesuai dengan habitat di
SMMA untuk kegiatan penanaman mangrove, misalnya Sonneratia caseolaris
e. Penertiban kapal nelayan yang ditambatkan di bantaran Sungai Angke dan dekat kawasan
f. Penertiban aktivitas MCK dan pembuangan kulit kerang hijau di bantaran Sungai Angke untuk
mengurangi pendangkalan dan pencemaran di sekitarnya
Pemerintah Daerah, BPDAS, Dinas Pertanian dan Kelautan
Provinsi DKI Jakarta, BKSDA DKI Jakarta, LSM terkait
2 Strategi pada komponen
kebijakan, yaitu penerapan kebijakan
pengelolaan ekosistem mangrove di SMMA
secara menyeluruh dan adaptasi kebijakan pada
level regional dan nasional pusat
a. Penerapan rencana pengelolaan kawasan dan rencana pengelolaan tapak secara konsisten
b. Koordinasi yang baik dan berkesinambungan dengan stakeholder lainnya mengenai pengelolaan
kawasan SMMA. Hal ini dapat dilakukan melalui aktivasi dan mengoptimalkan fungsi dari Forum
Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Konservasi di Provinsi DKI Jakarta
BKSDA DKI Jakarta, Dinas Pertanian dan Kelautan bidang
Kehutanan Provinsi DKI Jakarta, serta anggota forum
lainnya
3 Strategi pada komponen
sosial, yaitu: penyadartahuan dan
peningkatan partisipasi masyarakat sekitar
terhadap pengelolaan ekosistem mangrove dan
kawasan serta partisipasi stakeholder lainnya
a. Peningkatan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan secara rutin dan berkesinambungan mengenai
kawasan SMMA, ekosistem mangrove dan rehabilitasinya
b. Peningkatan kegiatan sosialisasi dan penyuluhan secara rutin dan berkesinambungan mengenai
lingkungan bersih dan sehat c. Pelatihan dan penyuluhan mengenai pengolahan
limbah domestik d. Pelibatan stakeholder terkait dalam berbagai upaya
rehabilitasi BKSDA DKI Jakarta, Dinas
Pertanian dan Kelautan bidang Kehutanan Provinsi DKI
Jakarta, anggota Forum Kolaborasi Pengelolaan
Kawasan Konservasi di Provinsi DKI Jakarta, LSM
misalnya, LPP Mangrove, Yayasan Kehati, JGM,
lembaga di tingkat masyarakat dan lembaga terkait
4 Strategi pada komponen
ekonomi, yaitu: pemanfaatan kawasan
untuk wisata alam terbatas a. Penyusunan dan penerapan rencana tapak site
plan b. Perencanaan bentuk usaha penyediaan jasa wisata
alam sesuai aturan yang berlaku c. Penawaran izin usaha wisata alam kepada pihak
ketiga. BKSDA bekerjasama dengan
stakeholder terkait Pemerintah daerah, LSM, akademisi,
praktisi mangrove, swasta dan masyarakat