Deskripsi Data Hasil Perhitungan

40 Gambar 2. Deskripsi Working Capital to Total Assets Ratio perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 Sumber: Hasil perhitungan data diolah Gambar 2 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 PT Mobile 8 Telecom Tbk memiliki rasio WCTA tertinggi sebesar 0.103 sedangkan yang terendah diraih adalah PT XL Axiata Tbk sebesar -0.088. Pada tahun 2007 PT Mobile 8 Telecom Tbk kembali memiiki rasio WCTA tertinggi sebesar 0.249, sedangkan yang terendah kembali diperoleh PT XL Axiata Tbk sebesar -0.303. Pada tahun 2008 PT Bakrie Telecom Tbk memimpin rasio WCTA tertinggi sebesar 0.145, sedangkan yang terendah dicapai PT Telkom Indonesia Tbk sebesar -0.136. Pada tahun 2009--2011 kelima perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI tersebut memiliki rasio WCTA negatif dengan yang terendah didapat PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar -0.153 di tahun 2009, -0.363 di tahun 2010, dan -0.187 di tahun 2011. Secara keseluruhan selama periode 2006--2011 PT Bakrie Telecom Tbk memiliki rasio WCTA tertinggi dengan rata-rata 0.020 per tahun sedangkan terendah dicapai PT XL Axiata Tbk dengan rata-rata -0.147 per tahun. Dari hasil perhitungan modal kerja terhadap total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan jasa telekomunikasi kurang relatif terhadap total kapitalisasinya. Karena dari masing- masing perusahaan jasa telekomunikasi selama periode 2006 —2011 belum ada yang mampu menghasilkan modal kerja lebih besar dari Rp.1 untuk setiap Rp. 1 asset. 41 Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu mengendalikan aktivitas modal kerja, terutama dalam menjaga posisi utang lancar lebih rendah dari aktiva lancarnya, akan mendapatkan rasio WCTA yang positif. Sebaliknya, ketidakmampuan perusahaan menekan peningkatan aktivitas utang lancar dibanding aktiva lancar akan berdampak pada rasio WCTA negatif. 4.b Retained Earning to Total Assets Ratio Retained Earning to Total Assets Ratio RETA merupakan proporsi laba ditahan terhadap total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan yang bersangkutan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha. Hasil deskripsi rasio RETA perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Deskripsi Retained Earning to Total Assets Ratio perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2006--2011 Sumber: Hasil perhitungan data diolah Gambar 3 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 PT Indosat Tbk memiliki rasio RETA tertinggi sebesar 0.383 sedangkan yang terendah diraih adalah PT Bakrie Telecom Tbk sebesar -0.447. Pada tahun 2007 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio RETA tertinggi sebesar 0.352, sedangkan yang terendah diperoleh PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar -0.148. Pada tahun 2008 42 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio RETA tertinggi sebesar 0.345, sedangkan yang terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar - 0.390. Pada tahun 2009 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio RETA tertinggi sebesar 0.374 sedangkan yang terendah diraih PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar -0.546. Di tahun 2010, PT Indosat Tbk memimpin rasio RETA sebesar 0.291 dan yang terendah diperoleh PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar -0.893. Pada tahun 2011 PT Telkom Indonesia Tbk yang kembali memimpin rasio RETA sebesar -0.457 sedangkan yang terendah masih diperoleh PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar -0.521. Secara keseluruhan selama periode 2006--2011 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio RETA tertinggi dengan rata-rata 0.329 per tahun sedangkan terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk dengan rata-rata -0.461 per tahun. Dari hasil perhitungan laba ditahan terhadap total asset yang dimiliki masing-masing perusahaan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaaan jasa telekomunikasi tidak mampu menghasilkan laba ditahan seperti yang diharapkan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp.1 aktiva, belum ada yang mampu menghasilkan laba ditahan sebesar Rp.1. Hasil di atas juga memperlihatkan bahwa perusahaan yang mampu menjaga bahkan meningkatkan perolehan laba ditahan retained earning akan mendapatkan rasio RETA yang positif. Sebaliknya posisi rasio RETA yang negatif menunjukkan perusahaan mengalami defisit laba ditahan akibat kerugian dalam aktivitas usahanya. Demikian upaya memperbaiki defisit laba ditahan perlu diarahkan pada peningkatan laba bersih melalui efektivitas dan efisiensi beban operasional serta peningkatan pendapatan usahanya. 4.c Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio EBITTA merupakan proporsi dari laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi operating profit terhadap total aktiva. Rasio digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Melemahnya faktor ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan. Hasil deskripsi rasio EBITTA perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 dapat dilihat pada Gambar 4. 43 Gambar 4. Deskripsi Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2006 —2011 Sumber: hasil perhitungan data diolah Gambar 4 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio EBITTA tertinggi sebesar 0.287 sedangkan yang terendah diraih adalah PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0,010. Pada tahun 2007 PT Telkom Indonesia Tbk memiiki rasio EBITTA tertinggi sebesar 0.323, sedangkan yang terendah diperoleh PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0.037. Pada tahun 2008 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio EBITTA tertinggi sebesar 0.244 , sedangkan yang terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar -0.084. Pada periode tahun 2009-2011 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio EBITTA tertinggi secara berturut turut sebesar 0.232 tahun 2009, 0.225 tahun 2010, dan 0.213 tahun 2011 sedangkan yang terendah dalam periode 2009--2011 juga tetap diraih PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar - 0.142 tahun 2009, -0.193 tahun 2010, dan -0.181 tahun 2011. Secara keseluruhan selama periode 2006--2011 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio EBITTA tertinggi dengan rata-rata 0.254 per tahun sedangkan terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk dengan rata-rata -0.092 per tahun. Dari hasil perhitungan laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva yang d imiliki masing-masing perusahaan maka dapat terlihat bahwa asset produktif perusahaan perbankan belum mampu menghasilkan laba usaha seperti yang telah direncanakan. Ini dapat dilihat bahwa untuk setiap Rp. 1 44 aktiva, belum dapat menghasilkan laba sebelum bunga dan pajak lebih besar dari Rp.1. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan yang mampu meningkatkan laba usahanya akan mendapatkan rasio EBITTA yang positif, dan yang mengalami defisit laba usaha akan mendapatkan rasio EBITTA yang negatif. Dengan demikian upaya yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya defisit laba usaha adalah dengan meningkatkan aktivitas usaha dan mengendalikan beban usaha secara efektif dan efisien. 4.d Market of Equity to Book Value of Total Debt Ratio Market of Equity to Book Value of Total Debt Ratio MCTD merupakan proporsi nilai kapitalisasi market terhadap total hutang. Rasio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Hasil deskripsi rasio MCTD perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5.Deskripsi Market of Equity to Book Value of Total Debt Ratio perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2006--2011 Sumber: Hasil perhitungan data diolah Gambar 5 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 PT Bakrie Telecom Tbk memiliki rasio MCTD tertinggi sebesar 6.387 sedangkan yang terendah diraih adalah PT Indosat Tbk sebesar 1.948. Pada tahun 2007 PT Telkom 45 Indonesia Tbk memiiki rasio MCTD tertinggi sebesar 5.246, sedangkan yang terendah diperoleh PT XL Axiata Tbk sebesar 1.074. Pada tahun 2008 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio MCTD tertinggi sebesar 2.943, sedangkan yang terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0.249. Pada periode tahun 2009-2011 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio MCTD tertinggi sebesar 3.999 tahun 2009, 3.698 tahun 2010, dan 3.378 tahun 2011, sedangkan yang terendah diraih PT Mobile 8 Telecom Tbk secara berurutan sebesar 0.417 tahun 2009, 0.466 tahun 2010, dan 0.657 tahun 2011. Secara keseluruhan selama periode 2006--2011 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio MCTD tertinggi dengan rata-rata 4.088 per tahun sedangkan terendah dicapai PT XL Axiata Tbk dengan rata-rata 1.164 per tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan perusahaan memiliki kemampuan membiayai aktivitas utangnya dari kapitalisasi saham yang diperolehnya. Upaya yang perlu diperhatikan dalam mempertahankan kondisi rasio MCTD diantaranya mengendalikan aktivitas utang secara efektif dan efisien. 4.e Sales to Total Assets Ratio Sales to Total Assets Ratio STA merupakan proporsi pendapatan terhadap total aktiva. Rasio digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu juga digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio tersebut mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan.Semakin besar rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola aktiva yang dimiliki untuk mendapatkan penjualan yang seoptimal mungkin. Rasio ini ukuran kinerja manajemen serta menunjukkan efektifitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan penjualan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Hasil deskripsi rasio STA perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 dapat dilihat pada gambar 6. 46 Gambar 6. Deskripsi Sales to Total Assets Ratio perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama Tahun 2006--2011 Sumber: Hasil perhitungan data diolah Gambar 6 memperlihatkan bahwa pada tahun 2006 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio STA tertinggi sebesar 0,683 kali sedangkan yang terendah diraih adalah PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0,196 kali. Pada tahun 2007 PT Telkom Indonesia Tbk memiiki rasio STA tertinggi sebesar 0,724 kali, sedangkan yang terendah diperoleh PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0,195 kali. Pada tahun 2008 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio STA tertinggi sebesar 0,665 kali, sedangkan yang terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0,154 kali. Pada periode tahun 2009--2011 PT Telkom Indonesia Tbk kembali memimpin rasio STA tertinggi sebesar 0,662 kali, 0,668 kali, dan 0,698 kali di tahun 2011 sedangkan yang terendah diraih PT Mobile 8 Telecom Tbk sebesar 0,078 kali, 0.084 kali di tahun 2010, dan 0,078 kali di tahun 2011. Secara keseluruhan selama periode 2006--2009 PT Telkom Indonesia Tbk memiliki rasio STA tertinggi dengan rata-rata 0,687 kali per tahun sedangkan terendah dicapai PT Mobile 8 Telecom Tbk dengan rata-rata 0,130 kali per tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa keseluruhan perusahaan memiliki kemampuan mengelola seluruh asetnya dalam mendapatkan pendapatan. Upaya yang perlu dilakukan untuk mempertahankan kondisi tersebut adalah dengan meningkatkan aktivitas usaha secara maksimal. 47

4.2.2 Prediksi Altman Z-Score

Berdasarkan hasil perhitungan prediksi kinerja keuangan pendekatan Altman terhadap perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama tahun 2006--2011 dapat dilihat rangkumannya pada Gambar 7. Gambar 7. Nilai kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 berdasarkan perhitungan prediksi pendekatan Altman Z-Score Gambar 7 memperlihatkan bahwa berdasarkan hasil prediksi perhitungan Altman Z-Score terhadap kinerja keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI diketahui bahwa pada tahun 2006 PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk masuk dalam kategori sehat, sedangkan PT XL Axiata Tbk, PT Mobile 8 Telecom Tbk dan PT Indosat Tbk masuk dalam kategori grey area. Sejak tahun 2007--2011 hanya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk saja yang masuk dalam kategori sehat,sedangkan perusahaan lainnya secara silih 48 berganti berada pada posisi grey area dan tidak sehat kecuali pada tahun 2010 PT XL Axiata Tbk berada pada posisi sehat. Hasil prediksi Altman Z-Score ini menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan telekomunikasi go public memiliki kinerja keuangan yang stabil karena masing-masing perusahaan memiliki kemampuan berbeda dalam mengelola setiap unsur kinerja keuangannya. Dari kelima perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di BEI selama tahun 2006-2011 hanya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk saja yang hasil prediksi kondisi kinerja keuangannya dalam kategori sehat. PT Bakrie Telecom Tbk, dan PT Mobile-8 Telecom Tbk, PT Indosat Tbk pernah mengalami kondisi kinerja keuangan berkategori sehat pada tahun 2006 saja sedangkan tahun 2007-2011 masuk dalam kategori tidak sehat atau grey area. Sedangkan PT XL Axiata Tbk, mengalami kondisi sehat pada tahun 2010 kemudian berada di grey area pada tahun 2011. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan analisis Altman Z-Score, diprediksi semua perusahaan telekomunikasi go public memiliki kinerja keuangan dalam kategori sehat, tidak bisa diterima kebenarannya atau ditolak.

4.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa dari kelima perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 memiliki kinerja keuangan hasil perhitungan pendekatan Altman Z-score dalam kondisi yang beragam. Kinerja keuangan ini menunjukkan kondisi perusahaan secara kuantitatif. Secara umum kinerja keuangan dari perusahaan telekomunikasi tersebut dibagi dalam 2 kategori yaitu perusahaan yang kondisi keuangannya sehat dan perusahaan dengan kondisi keuangan tidak sehat. Untuk mengetahui rangkuman hasil prediksi kinerja keuangan pendekatan Altman Z-score perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006--2011 dapat dilihat pada tabel 6 dan tabel 7.