Keripik belut Latar Belakang

xv dikarenakan harga belut tanpa tepung lebih mahal dua kali lipat dari harga belut bertepung. Oleh karena itu, produsen lebih banyak menyediakan keripik belut bertepung dari pada keripik belut tanpa tepung yang sering di jumpai di pusat-pusat perbelanjaan baik di pasar tradisional maupun modern. Bukti keripik belut telah banyak di jumpai, dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Realisasi Peredaran Ikan Olahan Menurut Jenisnya dan Harga di Kabupaten Klaten Tahun 2007 No Jenis Ikan Olahan Volume Kg Harga rata-rata Rp Nilai Rp 1. Pindang bandeng 716.444 23.000,00 16.478.212.000,00 2. Bandeng - - - 3. Pindang tongkol 162.485 22.500,00 3.655.913.000,00 4. Pindang belarak 170.367 12.000,00 2.044.404.000,00 5. Terasi - - - 6. Ebi - - - 7. Kerupuk udang 122.406 15.000,00 1.836.090.000,00

8. Keripik belut

1.126.896 35.000,00 39.441.360.000,00 9. Nila goreng 161.026 23.000,00 3.703.598.000,00 Jumlah 2.459.624 67.159.577.000,00 Sumber : Badan Pusat Statistis Kabupaten Klaten, 2007 Tabel 1 menunjukan bahwa di Kabupaten Klaten pada tahun 2007 keripik belut memiliki volume terbanyak dalam peredarannya yaitu 1.126.896 Kg selain itu juga memiliki harga rata-rata tertinggi yaitu Rp 35.000,00 sehingga diketahui nilainya sebesar Rp 39.441.360.000,00. Hal ini yang menyebabkan Kabupaten Klaten terkenal dengan keripik belut meskipun dalam pengusahaannya sering mengalami hambatan dalam hal modal dan bahan baku utama yaitu belut. Modal yang dibutuhkan dalam mengusahakan keripik belut tergolong tidak sedikit meskipun masih menggunakan peralatan yang tidak menggunakan bantuan mesin. Harga bahan baku utama dan bahan penolong yang tidak stabil merupakan hambatan terbesar, maka banyak ditemukan pengusaha bangkrut karena kekurangan modal. Kabupaten Klaten memiliki 26 Kecamatan, menurut dinas perikanan Kabupaten Klaten tahun 2008, 15 Kecamatan diantanya merupakan lokasi pelaku usaha agroindustri keripik belut. Namun dari dinas perindustrian dan perdagangan Kabupaten Klaten yang telah melakukan tinjauan ulang hanya xvi tinggal 4 dari 15 Kecamatan yang masih aktif produksi keripik belut, diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Pelaku Usaha Agroindustri Keripik Belut Kabupaten Klaten Tahun 2008 No Kecamatan Desa Produsen 1. Gantiwarno Ceporan 4 2. Wedi Gadungan, Kalitengah 10 3. Delanggu Pacaran, Tlobong 4 4. Karanganom Troso 2 Jumlah 20 Sumber : Dinas perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Klaten, 2008 Pemasaran keripik belut di Kabupaten Klaten selain ke pasar tradisional dan pasar modern Kabupaten Klaten juga ke luar Kabupaten Klaten seperti Yogyakarta, Boyolali, Surakarta hingga Riau. Usaha agroindustri keripik belut tersebut pada umumnya berskala kecil dari sejak keberadaannya hingga sekarang sedangkan jumlah pengusaha dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai usaha agroindustri keripik belut di Kabupaten Klaten.

B. Perumusan Masalah