Pembangunan Desa Tata Pemerintahan Good Governance Penyelenggaraan Pelayanan Publik
55. EG RT
0303 54 P 56. RN
RT 0303 43 P
57. AN
RT 0303 33
L 58. AM
RT 0303 32 P
59. VP
RT 0303 20
P 60.
RY RT 0303
30 P
61. TH RT
0303 26 P 62. BR
RT 0303 29 L
63 JK RT
0303 45 L 64.
IS RT 0303
29 P
65. SD RT
0303 43 L 67. DE
RT 0303 60 L
68. WA RT
0303 32 L 69. YH
RT 0303 44 L
70. UT RT
0303 57 P 71.
DS RT 0303
55 L
72. KP RT
0303 28 P 73. NT
RT 0303 17 P
74. TK
RT 0303 45
L 75. MJ
RT 0303 19 L
76. RD RT
0303 22 L 77. GJ
RT 0303 45 P
78. AP
RT 0303 55
L 79. HH
RT 0303 33 P
80. SB RT
0303 43 P 81.
AY RT 0303
43 L
82. BJ RT
0303 55 L 83. SM
RT 0303 21 L
84. JP RT
0303 30 P 85.
WS RT 0303
32 P
86. YG RT
0303 34 L 87. DD
RT 0303 50 P
88. GH
RT 0303 52
L 89. BA
RT 0303 45 P
90. CJ RT
0303 57 P 91.
SJ RT 0303
56 L
92. AD RT
0303 32 P 93. HT
RT 0303 24 L
94. UB
RT 0205 43
L 95. MU
RT 0205 46 L
96. LE RT
0205 57 L 97.
MW RT 0205
18 L
98. HE RT
0205 20 L 99.
IA RT 0205
58 L
100. YA
RT 0205 19
P 101. GB
RT 0205
31 L
102. ES RT
0205 42
P 103 WD
RT 0205 25 P
104 ZM RT
0205 27 L 105
MM RT 0205
35 P
106 YK RT
0205 46 P 107
HJ RT 0205
55 L
108 AS RT
0205 53 L 109 FA
RT 0205 44 L
110 NE RT
0205 19 P 111
AW RT 0205
41 L
112 YZ RT
0205 42 L 113
IH RT 0205
50 P
114 VY RT
0205 44 P 115
GW RT 0205
28 L
116 YH RT
0205 47 L 117
AF RT 0205
18 P
118 BB
RT 0205 55
L 119 AG
RT 0205 52 P
120 HS RT
0205 18 P 121
MF RT 0205
42 L
122 DA RT
0205 27 L 123 NR
RT 0205 32 L
124 SG RT
0205 42 L 125
DK RT 0205
31 L
126 RH
RT 0205 36
L 127 JL
RT 0205 56 P
128 SK
RT 0205 29
L 129 RA
RT 0205 43 P
130 MS RT
0205 51 P 131
SH RT 0205
54 P
132 GA
RT 0205 21
P 133 RT
RT 0205 37 L
134 HA RT
0205 42 L 135
MD RT 0205
60 L
136 UN
RT 0205 48
P 137 OH
RT 0205 59 P
138 BM RT
0305 47 P 139 SE
RT 0305 49 P
140 HD RT
0305 18 L 141
SL RT 0305
40 P
142 JR RT
0305 32 P 143 RE
RT 0305 39 P
144 HG RT
0305 28 L 145
AA RT 0305
30 L
146 DW RT
0305 29 P 147 LL
RT 0305 37 P
148 MY RT
0305 42 P 149 NM
RT 0305 57 L
150 HY RT
0305 43 L 151
TS RT 0305
36 P
152 NP RT
0305 48 P 153 NN
RT 0305 18 P
154 MH RT
0305 26 P 155
SW RT 0305
42 P
156 MN RT
0305 17 L 157 YY
RT 0305 42 L
158 HM RT
0305 25 L 159 DB
RT 0305 19 L
160 RD RT
0305 29 P 161
BB RT 0305
24 L
162 ED RT
0305 44 P 163 NT
RT 0305 58 P
164 ML RT
0305 23 L 165
KK RT 0305
43 P
166 SS RT
0305 25 P 167 DM
RT 0305 28 P
168 IN
RT 0305 33
L 169 ZR
RT 0305 28 L
170 BI RT
0305 29 L 171 DN
RT 0305 31 L
172 AS
RT 0305 39
L 173 BH
RT 0305 24 P
174 TW RT
0305 27 P 175 SN
RT 0305 25 P
176 RA RT
0305 42 P 177
FH RT 0305
38 P
178 LD RT
0305 57 L 179 JM
RT 0305 37 L
180 DG
RT 0305 19
L 181 RR
RT 0305 28 P
182 IN RT
0305 42 P
183 RH
RT 0305 60
L 184 SZ
RT 0305 57 P
185 NJ RT
0305 58 P 186 EM
RT 0305 60 L
Keterangan: : Terpilih sebagai responden penelitian
Lampiran 5 Uji Statistik Uji korelasi Rank Spearman pada variabel sikap terhadap implementasi otonomi
daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat
Correlations
Kepuasan Sikap
Spearmans rho Kepuasan
Correlation Coefficient
1.000 .864
Sig. 2- tailed
. .000
N 60
60 Sikap
Correlation Coefficient
.864 1.000
Sig. 2- tailed
.000 .
N 60
60 . Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
Lampiran 6 Hasil Wawancara Mendalam 1.
Informan : Pemerintahan Desa Hari Tanggal
: 22 November 2012 Lokasi Wawancara
: Rumah Nama
: Rukmanta Jenis Kelamin
: L Usia
: 47 Tahun Pekerjaan
: PNS Jabatan
: Sekretaris Desa Pendidikan Formal Terakhir : SMA
Hasil Wawancara :
Pembangunan di Desa Ciaruteun Ilir menjadi lebih baik setelah adanya otonomi daerah, desa memiliki hubungan kerja sama yang baik dengan kabupaten
dan desa-desa yang lain. Program pembangunan yang dilaksanakan atas kerja sama desa dengan kabupaten adalah program pembangunan jalan desa dan
program pembangunan sanitasi dan MCK. Program selanjutnya dalam waktu dekat ini adalah program RTLH Rumah Tidak Layak Huni dimana akan
membangun rumah-rumah yang tidak layak huni seperti yang berbilik bambu dan berlantai tanah menjadi rumah yang lebih layak. Partisipasi masyarakat di desa ini
sudah baik, Pemerintah Desa selalu melibatkan masyarakat desa dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan misalnya pada saat pembuatan MCK dan
pembangunan desa, aparat desa akan menginformasikannya kepada ketua lingkungan setempat seperti RW dan RT yang selanjutnya akan diinfokan kepada
masyarakat sekitar, selain itu juga desa memiliki kotak saran untuk menampung keluhan dari masyarakat.
Transparansi di desa ini juga sudah baik, desa selalu mengeluarkan pamflet untuk menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan di desa. Jika ada
perubahan peraturan, aparat desa selalu menginformasikannya kepada masyarakat melalui BPD. Desa memiliki lembaga pengawas yang berasal dari kabupaten
untuk mengawasi kinerja pemerintahan desa. Pemerintah Desa selalu berusaha untuk membuat laporan keuangan secara berkala setiap tahunnya yang nantinya
akan dilaporkan ke kabupaten. Penyelenggaraan pelayanan publik di desa ini sudah baik, karena tidak ada masyarakat yang mengeluhkan mengenai pelayanan
publik di desa ini tapi terkadang masyarakat agak sulit diajak kerja sama misalnya pada saat pembuatan e-KTP banyak masyarakat yang masih tidak hadir dalam
pembuatan e-KTP tersebut padahal pemerintah desa sudah menginformasikannya dengan sangat jelas.
2. Informan : Pemerintahan Desa
Hari Tanggal : 22 November 2012
Lokasi Wawancara : Rumah
Nama : Samsudin
Jenis Kelamin : L
Usia : 42 Tahun
Pekerjaan : PNS
Jabatan : Kepala Urusan Pembangunan Pendidikan Formal Terakhir : SMA
Hasil Wawancara :
Pembangunan desa di Desa Ciaruteun Ilir lebih baik setelah adanya otonomi daerah. Program pembangunan yang dilaksanakan setelah adanya otonomi daerah
adalah pembangunan jalan dan MCK. Pembangunan jalan di desa ini masih belum berjalan sesuai rencana karena sudah 3 kali diperbaiki tetapi jalan di desa masih
rusak. Pemerintah Desa sendiri sudah mengajukan untuk pengaspalan jalan ke Pemerintah Kabupaten sejak tahun 2009 tetapi sampai saat ini belum ada respon
dari Pemerintah Kabupaten. Pemerintah Desa selalu melibatkan masyarakat desa dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan misalnya pada saat pembuatan
MCK, pembangunan desa, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Transparansi
Pemerintah Desa selalu mengeluarkan pamflet untuk menginformasikan kegiatan yang akan dilakukan di desa. Semua kegiatan dan rencana kegiatan juga
disosialisasikan kepada masyarakat melalui BPD. Desa memiliki lembaga pengawas yang berasal dari kabupaten untuk mengawasi kinerja pemerintahan
desa. Pemerintah Desa selalu berusaha untuk membuat laporan keuangan secara berkala setiap tahunnya, desa membutuhkan sarana komputer yang lebih banyak
selain itu juga perlu adanya pelatihan-pelatihan dari Pemerintah Kabupaten untuk menambah keterampilan aparat desa.
3. Informan : Masyarakat Desa
Hari Tanggal : 23 November 2012
Lokasi Wawancara : Rumah
Nama : Ucu
Jenis Kelamin : L
Usia : 43 Tahun
Pekerjaan : Petani organik
Jabatan : Ketua RW 03
Pendidikan Formal Terakhir : SMP Hasil Wawancara :
Pembangunan di desa ini sudah bermanfaat bagi masyarakat dan memiliki peningkatan, tadinya di desa ini belum memiliki sanitasi yang baik dan MCK,
sarana peribadatannya pun masih sedikit, tetapi sekarang sanitasi di desa ini sudah baik, MCK juga jumlahnya sudah banyak, sarana peribadatan seperti masjid dan
musholla juga sudah banyak dan tersebar di tiap RW, namun masih kurang dalam sarana pendidikan dan kesehatan. Masyarakat lebih banyak dilibatkan dalam
perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, aparat desa akan menginformasikan kegiatan desa melalui ketua RW dan nantinya ketua RW akan menginfokan ke RT
dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan petugas pelayanan di desa sudah cukup memuaskan masyarakat, keamanan pelayanan di desa ini juga sudah baik karena
terdapat petugas keamanan yang mengawasi jalannya pelayanan di desa. Pendidikan masyarakat di desa ini umumnya hanya tamat SD dan tamat SMP,
karena banyak yang berfikir bahwa lebih baik bekerja untuk membantu
meringankan beban orangtua dibandingkan harus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, selain jauh juga membutuhkan biaya yang banyak.
4. Informan : Masyarakat Desa
Hari Tanggal : 27 November 2012
Lokasi Wawancara : Rumah
Nama : Dayat
Jenis Kelamin : L
Usia : 55 Tahun
Pekerjaan : Petani Organik
Jabatan : -
Pendidikan Formal Terakhir : SD Pembangunan di desa ini sudah sudah bermanfaat bagi masyarakat, tapi
sayangnya di desa ini pembangunan jalannya masih kurang baik, jalan desa kondisinya masih dalam keadaan rusak dan belum diperbaiki sampai saat ini.
Pemerintah Desa masih kurang cepat tanggap dalam merespon permasalahan di desa, padahal sudah hampir 5 tahun jalan di desa ini dalam keadaan rusak.
Transparansi aliran penggunaan dana masih belum diinformasikan secara terbuka kepada masyarakat, semenjak kepala desa diganti dengan orang luar desa, banyak
sekali keluhan dari masyarakat terutama mengenai pelayanan publik di desa. Masyarakat banyak yang merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintahan desa, prosedur dan prasyarat pelayanannya menjadi berbelit-belit dan biaya yang dikeluarkan pun lebih mahal. Masyarakat banyak yang mengeluh
soal ketepatan dan kecepatan waktu pelayanan, seharusnya KTP sudah jadi dalam waktu seminggu tapi sudah berbulan-bulan belum juga selesai.
5. Informan : Masyarakat Desa
Hari Tanggal : 28 November 2012
Lokasi Wawancara : Rumah
Nama : Anissa
Jenis Kelamin : P
Usia : 33 Tahun
Pekerjaan : -
Jabatan : - Pendidikan Formal Terakhir : SMP
Hasil Wawancara : Pelayanan yang diberikan Pemerintah Desa masih belum bisa memuaskan
masyarakat terutama dalam pelayanan publik, banyak masyarakat di sini yang mengeluhkan mengenai petugas layanan yang lambat dalam melayani masyarakat
khususnya dalam hal pembuatan KTP, akta kelahiran dan kartu keluarga, selain itu persyaratan dan prosedur yang dikeluarkan oleh petugas layanan sangat banyak
dan berbelit-belit sehingga masyarakat menjadi malas untuk mengurusnya. Biaya yang dikeluarkan juga terlalu mahal. Pembangunan di desa ini juga belum tersebar
merata di seluruh desa, banyak terjadi penumpukkan di salah satu RW. Kondisi jalan di desa juga masih perlu diperbaiki agar akses masyarakat ke pusat kota bisa
lebih mudah. Pembangunan sarana pendidikan dan kesehatan di desa ini juga
masih butuh perhatian khusus karena di desa ini hanya memiliki sekolah dasar SD dan tidak memiliki SMP serta SMA. Desa ini juga belum memiliki
puskesmas sehingga apabila ada warga yang sakit, harus menempuh jarak 5 km untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di desa tetangga.
Lampiran 7 Jadwal Penelitian
Kegiatan Mei
2012 Juni
2012 September
2012 Oktober
2012 November
2012 Desember
2012 Januari
2013
Penyusunan Proposal
Skripsi Kolokium
Perbaikan Proposal
Pengambilan Data
Lapangan Pengolahan
dan Analisis Data
Penulisan Draft Skripsi
Uji Petik Sidang
Skripsi Perbaikan
Laporan Penelitian
RIWAYAT HIDUP
Ratu Sarah Indah Kusumawati dilahirkan di Jakarta pada 24 Agustus 1991. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan
Elang Mulyaningrat dan Dessy Mawati. Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-kanak TK Risanti IV pada tahun 1996-1997. Kemudian penulis
melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri SDN 01 Meruya Selatan pada tahun 1997- 2003, Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN 206 Jakarta Barat pada tahun
2003-2006, dan Sekolah Menengah Atas Negeri pada SMAN 65 Jakarta Barat tahun 2006-2009. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA, penulis
melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB USMI dan diterima di Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia.
Selama menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti beberapa kegiatan, baik unit kegiatan
mahasiswa UKM maupun kegiatan kepanitiaan. Penulis pernah aktif sebagai anggota UKM Gentra Kaheman masa kepengurusan 2010-2011, Anggota
Capoeira Allegria IPB masa kepengurusan 2010-2011, Sekretaris Divisi Broadcasting HIMASIERA Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat masa kepengurusan 2011-2012, Asisten Praktikum Komunikasi Bisnis, Asisten Praktikum Sosiologi Umum dan
Direktur Broadcasting HIMASIERA Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat masa kepengurusan 2012-2013.
ABSTRAK
RATU SARAH INDAH KUSUMAWATI. Analisis Hubungan antara Sikap terhadap Implementasi Otonomi Daerah dengan Tingkat Kepuasan Masyarakat
Desa Ciaruteun Ilir. Dibimbing oleh RILUS A. KINSENG.
Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat di Desa
Ciaruteun Ilir. Sampel penelitian ini adalah warga desa RT 0103, RT 0303, RT 0205 dan RT 0305 di Desa Ciaruteun Ilir pada usia 17-60 tahun yang berjumlah
60 responden. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang dilengkapi dengan data kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner. Penelitian ini diuji dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman dengan taraf nyata 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat
memiliki sikap yang netral terhadap implementasi otonomi daerah. Tingkat kepuasan masyarakat cenderung sedang atau cukup puas. Uji korelasi
menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif yang kuat antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah dengan tingkat kepuasan masyarakat.
Kata Kunci: Implementasi Otonomi Daerah, Sikap, Tingkat Kepuasan Masyarakat
ABSTRACT
RATU SARAH INDAH KUSUMAWATI. Analysis of Corellation between Attitudes toward the Regional Autonomy Implementation with The Level of Rural
Community satisfaction in Ciaruteun Ilir Village. Supervised by RILUS A. KINSENG.
This study aims to analyze the correlation between attitudes toward the implementation of regional autonomy with the level of community satisfaction in
Ciaruteun Ilir village. The sample was villagers RT 0103, RT 0303, RT 0205 and RT 0305 in Ciaruteun Ilir village at the age of 17-60 years amounted to 60
respondents. This study uses quantitative data and supported by qualitative data. Quantitative data were collected by questionnaires, while respondents were
selected through a multistage random sampling. The data were analyzed using Rank Spearman correlation test with the level 0.05. The results showed that
people have a neutral attitude towards the implementation of regional autonomy. Community satisfaction levels tend to moderate or fairly satisfied. The test shows
that there is a strong and positive correlation between attitude toward the implementation of regional autonomy and people satisfaction.
Keywords: Attitudes, Community Satisfaction, Implementation of Regional Autonomy
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Otonomi daerah di Indonesia dimulai dengan lahirnya Undang-Undang UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sekarang telah
direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 25 tahun 2005 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Menurut Undang-
Undang ini, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada
prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.
Hakikat otonomi daerah adalah upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk
mengelola sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah sendiri. Kewenangan yang luas dan utuh meliputi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pada semua aspek pemerintahan ini, pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah
dan masyarakat. Penerapan otonomi daerah seutuhnya membawa konsekuensi logis berupa pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
daerah berdasarkan manajemen keuangan yang sehat Sinaga 2010.
Sinaga 2010 selanjutnya menjelaskan mengenai prinsip luas, nyata dan bertanggungjawab dalam penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu
berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain
itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar
daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus
mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah negara dan tetap
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.
Perkembangan otonomi daerah menuntut Pemerintah Pusat untuk semakin memperhatikan dan menekankan pembangunan masyarakat desa melalui otonomi
daerah. Penyelenggaraan pemerintahan yang baik good governance dan pembangunan desa harus mampu mengakomodasi aspirasi masyarakat serta
mewujudkan peran aktif masyarakat untuk turut serta bertanggung jawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa. Dalam UU No. 32
Tahun 2004 dijelaskan mengenai pengaturan hubungan keuangan pusat dan daerah, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya
lainnya secara adil dan selaras. Dengan adanya UU No. 32 Tahun 2004 ini, merupakan kesempatan bagi desa untuk mengatur sendiri pembentukan,
kedudukan, kewenangan serta tugas pokok dan fungsi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kemampuan desa, sehingga desa lebih leluasa dalam
menentukan dan memberikan kewenangan dalam rangka memenuhi tuntutan, keinginan dan kebutuhan masyarakat, terutama dalam penyelenggaraan
pemerintahan di desa yang banyak berkaitan langsung dengan pemberian pelayanan publik. Kualitas pelayanan di desa diharapkan akan menjadi lebih baik
dibandingkan pada saat pengaturan yang sentralistik, sehingga diharapkan mampu selalu dapat beradaptasi dengan kemajuan yang begitu cepat dalam memberikan
pelayanan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Pelayanan publik yang positif dan berkualitas, akan menciptakan kepuasan, kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat, yang akhirnya dapat mewujudkan
tujuan pembangunan masyarakat. Pelayanan publik menjadi salah satu indikator penilaian kualitas administrasi pemerintahan dalam melakukan tugas dan
fungsinya. Baik tidaknya administrasi publik atau pemerintahan itu dapat dilihat dari seberapa jauh pelayanan publiknya sesuai dengan tuntutan, kebutuhan dan
harapan masyarakat Istianto 2010. Demikian halnya Desa Ciaruteun Ilir, urusan pemerintahan desa menjadi kewenangan yang harus dilaksanakan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 pasal 206 yaitu: 1.
Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang diserahkan
pengaturannya kepada desa. 2.
Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi dan atau pemerintah kabupatenkota.
3. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa. Pemberian urusankewenangan tersebut menurut Istianto 2010 tentunya
dimaksudkan sebagai upaya menghadirkan pemerintahan ditengah masyarakat yang memerlukan perluasan jangkauan pelayanan atau dalam rangka mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat. Dengan kata lain kebijakan ini membawa konsekuensi menjadikan organisasi desa sebagai unit pemerintahan otonom
terdepan yang menyelenggarakan pembangunan desa yang dapat memberdayakan masyarakat, menyelenggarakan tata pemerintahan yang partisipatif, transparan,
responsif dan akuntabel serta menyelenggarakan pelayanan publik secara ideal dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.
Realitas faktual yang berbeda, umumnya dapat kita lihat dalam praktek penyelenggaran pelayanan di desa yaitu masih banyak masyarakat kurang puas
dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Kantor Desa, kesenjangan terjadi dari segi waktu maupun tuntutan-tuntutan komplain lainnya yang diajukan oleh
pemohon untuk Pemerintah Desa, misalnya pada pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk KTP yang dirasakan sangat memakan waktu yang lama,
pelayanan akta jual beli tanah yang dirasakan sangat berbelit-belit dan biayanya sangat mahal. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya keluhan masyarakat dari
mulut ke mulut. Menurut Mulyadi et al. 2012 Jika kondisi ini tidak direspon oleh Pemerintah Desa, maka akan dapat menimbulkan citra yang kurang baik
terhadap pemerintahan desa sendiri.
Sinaga 2010 menyatakan bahwa perlu pengenalan dan kajian lebih jauh untuk mengatasi persoalan yang dapat menghambat penyelenggaraan otonomi dan
desentralisasi di desa. Pengenalan permasalahan di lapangan ditujukan untuk mengantisipasi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan fungsi desentralisasi
dan otonomi daerah. Dengan teridentifikasinya permasalahan yang berkaitan
dengan fungsi otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah desa diharapkan semakin mampu mengelola semua persoalan dan harapan publik sesuai dengan
fungsinya sebagai lembaga otonom.
Pengenalan permasalahan ini salah satunya dapat dilakukan dengan melihat sikap dan persepsi masyarakat mengenai implementasi otonomi daerah di desa ini
serta melihat tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah. Mulyadi et al. 2012 berpendapat bahwa sikap dan persepsi atau tanggapan yang
baik dari masyarakat merupakan kunci keberhasilan bagi suatu organisasi dalam memberdayakan masyarakat terutama masyarakat miskin dan kaum marginal
untuk mendapatkan penghidupan yang layak dan bermartabat. Untuk itu diperlukan adanya suatu sistem pelayanan dan komunikasi yang baik antara
Pemerintah Desa dengan masyarakat agar masyarakat dapat merasakan kepuasan dari pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut, penelitian mengenai “Analisis Hubungan antara Implementasi Otonomi Daerah dengan Tingkat Kepuasan
Masyarakat Desa Ciaruteun Ilir” menjadi sangat penting untuk dilakukan karena hasil penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka
meningkatkan kualitas pemerintahan desa sehingga diharapkan dapat tercipta pelayanan yang semakin berkualitas, serta dapat digunakan sebagai modal
informasi dalam memahami isu-isu penyelenggaraan otonomi daerah dan dapat menginspirasi untuk pengadaan program dan pelayanan publik yang mengarah
pada peningkatan kepuasan dan kesejahteraan masyarakat.
Perumusan Masalah
Implementasi otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu pertama, dilihat dari segi wilayah teritorial harus berorientasi pada pemberdayaan dan
penggalian potensi daerah. Kedua dari segi struktur tata pemerintahan berorientasi pada pemberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber-sumber daya
yang dimilikinya secara bertanggung jawab dan memegang prinsip-prinsip kesatuan negara dan bangsa. Ketiga dari segi kemasyarakatan berorientasi pada
pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pembangunan di berbagai daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi otonomi daerah dapat dilihat dari sisi pembangunan, tata pemerintahan dan pelayanan publik.
Berangkat dari persoalan mempertanyakan kepuasan masyarakat terhadap apa yang diberikan oleh aparat desa dalam implementasi otonomi daerah adalah
pemerintah itu sendiri dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauh mana masyarakat berharap apa yang akhirnya diterima mereka. Apabila tingkat
kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir rendah, maka pemerintah desa diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar
lebih teliti untuk peningkatan dari penyelenggaraan otonomi daerah dalam hal pembangunan desa, tata pemerintahan good governance dan kualitas pelayanan
publik.
Berdasarkan pernyataan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti beberapa permasalahan yang dapat diangkat dalam topik penelitian mengenai Analisis
Hubungan antara Sikap terhadap Implementasi Otonomi Daerah dengan Tingkat Kepuasan Masyarakat di Desa Ciaruteun Ilir, yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa
Ciaruteun Ilir? 2.
Bagaimana tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir?
3. Bagaimana korelasi antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah
dengan tingkat kepuasan masyarakat Desa Ciaruteun Ilir?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah :
1. Menganalisis sikap masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa
Ciaruteun Ilir 2.
Menganalisis tingkat kepuasan masyarakat terhadap implementasi otonomi daerah di Desa Ciaruteun Ilir
3. Menganalisis korelasi antara sikap terhadap implementasi otonomi daerah
dengan kepuasan masyarakat Desa Ciaruteun Ilir Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat berguna bagi berbagai lapisan dan pihak-pihak yang terkait, yaitu:
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan menjadi literatur untuk penelitian yang lebih dalam.
2. Bagi pemerintah desa
Bagi pemerintah desa penelitian ini dapat digunakan sebagai modal informasi dalam memahami isu-isu penyelenggaraan otonomi daerah dan dapat
menginspirasi untuk pengadaan program dan pelayanan publik yang mengarah pada peningkatan kepuasan dan kesejahteraan masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Implementasi Otonomi Daerah
Otonomi yang berasal dari kata autonomos bahasa Yunani memiliki pengertian mengatur diri sendiri. Pada hakekatnya otonomi daerah adalah upaya
untuk mensejahterakan masyarakat melalui pemberdayaan potensi daerah secara optimal. Makna otonomi daerah adalah daerah memiliki hak, wewenang dan
kewajiban untuk mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pusat Bahasa 2001. Undang-undang Nomor
32 tahun 2004 menyebutkan bahwa kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Aspek “prakarsa sendiri” dalam otonomi daerah memberikan “roh” pada
penyelenggaraan pembangunan daerah yang lebih partisipatif.
Prinsip otonomi daerah berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 memaknai otonomi daerah sebagai pemberian kewenangan yang luas, nyata dan
bertanggung jawab. Widjaja 2007 memaparkan bahwa menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan, kecuali kewenangan di bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama serta
kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberikan
pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Seiring dengan prinsip tersebut
dilaksanakan prinsip otonomi nyata dan bertanggung jawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan
dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang dan kewajiban yang telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan
kekhasan daerah. Dengan demikian, isi dan jenis otonomi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya.
Otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud
otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah, termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan
nasional. Seiring dengan prinsip itu, penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu, penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan
antara daerah dengan daerah lainnya. Artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah
ketimpangan antar daerah Widjaja 2007.
Ukuran keberhasilan otonomi daerah menurut Widjaja 2007 adalah terwujudnya kehidupan yang lebih baik, pelayanan publik yang lebih baik, lebih
adil dalam memperoleh penghasilanpendapatan, terlindungnya dari segala ganggguan, dan tercipta rasa aman serta lingkungan hidup yang lebih nyaman.
Selain itu ada beberapa indikator dari keberhasilan otonomi daerah yaitu:
a. Tingginya tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik
b. Tingginya partisipasi masyarakat
c. Tingginya tingkat kemandirian masyarakat
d. Rendahnya birokratisme
Selain indikator dari keberhasilan otonomi daerah, menurut Epstein dalam Salam 2004, paling tidak ada empat kriteria untuk mengukur keefektifan suatu
pemerintahan daerah yaitu: a.
Kebutuhan masyarakat secara implisit dapat dikontrol b.
Adanya program layanan khusus yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat c.
Mengukur kualitas layanan pemerintah daerah terutama dengan ukuran kepuasan dan persepsi masyarakat
d. Pemberian pelayanan harus dapat menyesuaikan diri dengan masalah-masalah
yang ada di masyarakat. Implementasi otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu pertama,
dilihat dari segi wilayah teritorial harus berorientasi pada pemberdayaan dan penggalian potensi daerah. Kedua dari segi struktur tata pemerintahan berorientasi
pada pemberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber-sumber daya yang dimilikinya secara bertanggung jawab dan memegang prinsip-prinsip
kesatuan negara dan bangsa. Ketiga dari segi kemasyarakatan berorientasi pada peberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam pembangunan di berbagai daerah
sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah Salam 2004. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi otonomi daerah dapat
dilihat dari sisi pembangunan, tata pemerintahan dan penyelenggaraan pelayanan publik.
Undang-undang dan peraturan mengenai otonomi daerah sudah disusun sejak Indonesia merdeka yaitu pada Undang-Undang Dasar 1945 sebelum
amandemen pasal 18 yang menegaskan bahwa otonomi daerah adalah hak untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri berdasarkan inisiatif sendiri
Saragi 2003. Hal ini menunjukkan bahwa para pemimpin negara dari zaman Orde Lama, Orde Baru sampai pemimpin negara saat ini sudah memikirkan
betapa penting otonomi daerah mengingat wilayah Indonesia yang demikian luas menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemberian otonomi kepada daerah pada
dasarnya merupakan upaya pemberdayaan dalam rangka mengelola pembangunan di daerahnya. Daerah diharapkan sedikit demi sedikit mampu melepaskan
ketergantungannya terhadap bantuan pemerintah pusat dengan cara meningkatkan kreativitas, meningkatkan inovasi dan meningkatkan kemandiriannya. Jika
pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang telah disusun, maka harapannya dapat mewujudkan “daerah membangun”
bukan “membangun daerah” dapat segera tercapai. Otonomi daerah memberikan harapan cerah kepada daerah untuk lebih meningkatkan dayaguna dan hasilguna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan efektifitas pelayanan kepada masyarakat. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah daerah dapat
melaksanakan fungsi-fungsi pembangunan serta mengembangkan prakarsa masyarakat secara demokratis sehingga sasaran pembangunan diarahkan dan
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang ada di daerah.
Pembangunan Desa
Pembangunan development menurut Alexander dalam Trijono 2007 adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik,
ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya. Menurut Portes dalam Badruddin 2009 mendefenisiskan
pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai
aspek kehidupan masyarakat, sedangkan menurut Tikson dalam Badruddin 2009 pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi
ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya,
dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional
semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi.
Badruddin 2009 menjelaskan bahwa transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses
terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih, fasilitas rekreasi dan partisipasi dalam proses
pembuatan keputusan politik, sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme,
disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialismesekularisme. Pergeseran dari
penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional. Dengan demikian, proses
pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro nasional dan mikro
commuinitygroup. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuanperbaikan progress, pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana
dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana.
Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan.
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menjelaskan tentang pembentukan pemerintahan daerah kabupatenkota oleh
pemerintahan desa yang terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pembentukan, penghapusan, danatau penggabungan desa dengan
memperhatikan asal usulnya atas prakarsa masyarakat. Desa di kabupatenkota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai
usul dan prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan desa yang ditetapkan perda. Dalam UU No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan desa terdiri atas
kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa
mencakup: a.
Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa.
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupatenkota yang
diserahkan pengaturannya kepada desa c.
Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, danatau pemerintah kabupatenkota
d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa. Sumber pendapatan desa dikelola melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa APBD. Kepala Desa dan BPD menetapkan APBD setiap tahun dengan peraturan desa. Pedoman penyusunan APBD ditetapkan oleh Bupati. Tata cara
dan pungutan obyek pendapatan dan belanja desa ditetapkan bersama antara Kepala Desa dan Badan Perwakilan Desa. Menurut Widjaja 2003, sumber
pendapatan desa terdiri atas: 1
pendapatan asli desa yang meliputi: a.
Hasil usaha desa b.
Hasil kekayaan desa c.
Hasil swadaya dan partisipasi d.
Lain-lain pendapatan asli desa yang sah 2
Bantuan dari pemerintah Kabupaten yang meliputi: a.
Bagian perolehan pajak dan retribusi daerah b.
Bagian dari dana perimbangan keuangan Pusat dan Daerah 3
Bantuan dari Pemerintah dan Pemerintah Propinsi 4
Sumbangan dari Pihak Ketiga dan 5
Pinjaman Desa Menurut Hutagaol 2001, program pembangunan pedesaan harus didesain
untuk memberdayakan masyarakat perdesaan dalam menghadapi persaingan global. Untuk itu, pembangunan perdesaan harus mampu menggali dan
mengembangkan keunggulan ekonomi lokal serta menciptakan sinergi ekonomi antar kawasan perdesaan, juga pembangunan pedesaan harus mampu
menempatkan kawasan pedesaan sebagai tulang punggung perekonomian nasional. Paradigma pembangunan lama harus diganti dengan paradigma baru yang lebih
handal dalam mencapai tujuan-tujuan pembangunan perdesaan yang telah ditetapkan di atas. Perubahan paradigma tersebut dimanifestasikan didalam azas
dasar dan azas pendukung dari pendekatan pembangunan perdesaan basic and supporting principles of rural developmentapproach
yang akan diterapkan di dalam pembangunan kawasan dan masyarakat pedesaan. Salah satu azas dasar
tersebut adalah: 1. Berorientasi Pada Pemberdayaan Masyarakat
Azas pemberdayaan masyarakat mengandung makna bahwa pembangunan perdesaan dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan sosial dan ekonomi
seluruh masyarakat perdesaan secara berkelanjutan agar mereka mampu mandiri di dalam mengelola kehidupannya baik sebagai individu-individu maupun sebagai
komunitas sosial, sehingga pembangunan perdesaan tidak boleh mengorbankan suatu golongan demi kepentingan kelompok lain seperti yang terjadi di masa lalu.