2 Alur Penelitian 3 Metode 1 Persiapan hewan coba 2 Penentuan dosis obat 4 Pembuatan simplisia

3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Protozoologi, Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. Waktu penelitian pada bulan Oktober 2010 - Maret 2011.

3. 2 Alur Penelitian

Gambar 3 Garis besar jalannya penelitian 3. 3 Metode 3. 3. 1 Persiapan hewan coba Hewan coba yang digunakan adalah mencit dari galur DDY dengan jenis kelamin jantan. Berat badan sekitar 25 gram atau berusia sekitar 2 bulan. Isolat P.berghei diperoleh dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, RI. Sebanyak 0,1 ml suspensi diinfeksi secara intra peritoneal pada mencit donor. Pengamatan angka parasitemia pada mencit donor dilakukan setiap hari mulai hari kelima setelah inokulasi. Pengamatan dilakukan dengan membuat preparat darah apus tebal dan tipis. Pada saat tingkat parasitemia mencapai lebih dari 1x10 4 µl darah Dewi et al. 1996, darah mencit donor tersebut diambil dari jantung dan diinfeksikan kepada mencit sebagai hewan coba. 3. 3. 2 Penentuan dosis obat Sesuai takaran jamu yang digunakan masyarakat dosis empiris yaitu 2 sendok teh diseduh dalam satu gelas air. Infusa dibuat dengan memanaskan campuran tersebut menggunakan panci khusus. Larutan dipanaskan diatas air mendidih selama 15 menit dengan suhu kurang lebih 90 o C Depkes RI 1995. Hasil yang diperoleh lalu disaring dan dikeringkan di dalam oven. Setelah kering, timbang padatan yang tersisa dan digunakan sebagai acuan dosis uji yaitu dosis pada manusia yang digunakan secara empiris oleh masyarakat Kalimantan Timur sebesar 0,196 mgkg BB dewasa. Dosis ini kemudian dikonversi menjadi dosis pada mencit dengan berat badan 25 gr, dan diperoleh dosis 0,625 mg. 3. 3. 4 Pembuatan simplisia Akar tanaman kayu kuning dikoleksi dalam keadaan segar dari hutan wilayah Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur pada bulan Juli 2010. Bagian-bagian lain dari tanaman seperti daun, batang dan buah juga dikoleksi untuk keperluan identifikasi tanaman. Bagian akar C. fenestratum dipisahkan kemudian dibersihkan dari kotoran. Setelah bersih bagian tumbuhan dicacah dan dikeringkan dengan diangin-anginkan, selanjutnya digiling dan ditimbang. Serbuk kering direndam dengan etanol 80 perbandingan 1 kg akar menggunakan 6 liter etanol dan diaduk dengan stirrer selama 3 jam lalu didiamkan selama 24 jam kemudian disaring dengan kertas saring Harborne 1987. Filtrat yang ada ditampung. Pengulangan dilakukan sampai didapatkan filtrat yang jernih. Filtrat dipekatkan dengan rotary evaporator menjadi ekstrak. Ekstrak ditimbang untuk mengetahui rendemen ekstrak. Hal yang sama dilakukan juga pada ekstraksi dengan air, pelarut yang digunakan adalah aquadest. Hasil maserasi akar tanaman C. fenestratum seberat 1 kg setelah dikeringkan diperoleh sebagai rendemen, yaitu perbandingan berat ekstrak yang diperoleh dengan berat simplisia awal. Rumus menghitung rendemen adalah sebagai berikut : Rendemen = Berat ekstrak Berat sampel kering x 100 Souri et al. 2002 dalam Muhtadi 2008. 3. 3. 5 Penapisan fitokimia