SPESIFISITAS PENETAPAN KADAR IgG PADA SUSU BUBUK SKIM DENGAN KADAR BERVARIASI

3.3.7 SPESIFISITAS

Pada penetapan uji spesifisitas digunakan sampel matriks susu bubuk skim yang diklaim tidak mengandung IgG dan komposisi sampel tertera pada Lampiran 1. Kurva baku dibuat terlebih dahulu dari satu seri larutan standar bovine IgG 125ngml dengan assay diluent pada konsentrasi 0:125 ngml. Suspensi matriks sampel dari susu bubuk skim yang tidak mengandung IgG dan sampel susu bubuk skim yang mengandung IgG dibuat larutan stok dengan kadar sampel 1,5mgmL dalam air suling. Pengenceran larutan sampel stok dilakukan secara bertingkat dalam assay diluent dengan perbandingan 110 hingga diperoleh pengenceran sebagai berikut: A110; B 1100; C 1500. D 11000. Larutan npengenceran diperoleh dengan cara memipet larutan stok sampel sejumlah 100 l dan ditambahkan 900 l assay diluents, dan pengenceran selanjutnya dilakukan sama hingga diperoleh tingkat pengenceran akhir 11000. Microplate disiapkan dan kemudian dipipet 200 l sampel dan 200 l larutan baku ke dalam sumuran dan dilakukan duplo, selanjutnya dilakukan prosedur ELISA sama seperti yang tertera pada 3.3.1 pada pembuatan kurva dan kalibrasi kurva baku. Perhitungan kadar dilakukan menggunakan kurva kalibrasi, kadar rata-rata dan SD dari masing-masing uji spesifisitas dihitung. Metode dikatakan spesifik bila pada larutan matriks sampel tanpa IgG terlihat densitas optik pada konsentrasi 1100 sd 11000 menunjukkan nilai dibawah 0.200 atau nilai yang hampir sama dengan konsentrasi 0 ngml larutan baku di atas memberikan hasil yang tidak berbeda bermakna. Sedangkan densitas optik pada larutan sampel yang mengandung IgG menunjukkan hasil yang positif atau lebih besar dari 0,200 pada tingkat pengenceran yang terendah Zeptometrix 2010.

3.3.7 PENETAPAN KADAR IgG PADA SUSU BUBUK SKIM DENGAN KADAR BERVARIASI

Penetapan kadar IgG pada susu bubuk skim dengan dengan kadar selain 150 mg15g adalah susu bubuk skim dengan kadar 180 mg15g serta 200 mg15g, penetapan dilakukan sama seperti prosedur uji presisi, dengan membuat suatu kurva baku dari satu seri larutan standar dan pembuatan larutan sampel susu bubuk skim dan dilakukan replikasi tujuh kali. Hasil pengujian sampel dibuat rata rata dan dihitung simpangan baku dan RSD. Dari hasil perhitungan dapat diperoleh hasil uji dan ditentukan nilai rata-rata, standar deviasi SD dan standar deviasi relatif RSD. Keberterimaan uji keberulangan adalah RSD 20 Chan 2004. Larutan stok sampel dengan kadar 1,5 mgmL diencerkan secara bertingkat dalam assay diluent dengan perbandingan 110 hingga diperoleh pengenceran akhir 1500. Larutan pengenceran diperoleh dengan cara memipet larutan stok sampel sejumlah 100 l dan ditambahkan 900 l assay diluents pengenceran 110. Pengenceran selanjutnya dilakukan sama hingga diperoleh tingkat pengenceran akhir 15000. Microplate disiapkan dan kemudian dipipet 200 l sampel ke dalam sumuran dilakukan duplo, dan dilakukan prosedur ELISA sama seperti yang tertera pada 3.3.1 pada pembuatan kurva dan kalibrasi kurva baku. Berdasarkan densitas optiik yang diperoleh, dengan menggunakan kurva baku selanjutnya dihitung kadar IgG dalam masing-masing sampel yang ditetapkan. Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai rata ratanya, standar deviasi SD dan standar deviasi relatif RSD. Keberterimaan uji keberulangan adalah RSD 20. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada pelaksanaannya validasi dilakukan dengan 2 tahap, tahap pertama adalah uji pendahuluana dan tahap kedua adalah validasi metode analisis dan uji coba dilakukan terhadap susu bubuk skim lain dengan kadar IgG yang bervariasi.

4.1 Kurva baku dan kadar optimum kadar IgG dalam dalam