2.6. Kerangka Pemikiran
Pembangunan ekonomi di wilayah Pulau Jawa yang notabene memiliki penduduk terbesar kurang lebih sebesar 60 persen dari jumlah total penduduk
nasional pada era otonomi daerah seharusnya tidak hanya memfokuskan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi saja, akan tetapi harus memperhatikan pula
adanya pemerataan dari hasil pertumbuhan ekonomi tersebut agar kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Pemerataan pendapatan tersebut salah satunya
dapat dilihat dari adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja dan adanya kesempatan kerja baru untuk menanggulangi peningkatan penduduk usia kerja
yang setiap tahunnya relatif selalu meningkat. Meningkatnya penduduk usia kerja yang tidak diiringi dengan meningkatnya kesempatan kerja baru akan
menyebabkan adanya gap dalam bentuk pengangguran. Tingkat pengangguran terbuka rata-rata di wilayah Pulau Jawa setiap tahunnya sebesar 10,47 persen.
Adapun komposisi dari jumlah pengangguran tersebut rata-rata setiap tahunnya sebesar 43,38 persen merupakan pengangguran terdidik dan sisanya sebesar 56,62
persen pengangguran tidak terdidik. Pulau Jawa yang memiliki struktur ekonomi berbasis sekunder dan tersier
yang kontribusi setiap tahunnya diatas 50 persen seharusnya juga mampu menyerap tenaga kerja agar tingkat pengangguran di Pulau Jawa yang relatif besar
mampu diatasi. Berdasarkan data BPS, 2001-2010 sektor yang memiliki dominasi terbesar dalam perekonomian Pulau Jawa yaitu sektor industri
pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 4,83 persen dan 6,84 persen. Akan tetapi, tingginya pertumbuhan
ekonomi dikedua sektor tersebut belum diiringi dengan pertumbuhan penyerapan
tenaga kerjanya. Berdasarkan data SAKERNAS, 2001-2010 laju rata-rata pertumbuhan penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan perdagangan, hotel
dan restoran setiap tahunnya masing-masing hanya sebesar 1,69 persen dan 2,68 persen. Laju pertumbuhan tenaga kerja dikedua sektor formal tersebut relatif lebih
rendah dibandingkan dengan sektor formal lainnya. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah selain meningkatkan
pertumbuhan ekonomi disisi lain juga harus mampu menciptakan lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai. Oleh karena itulah, pemerintah
senantiasa membuat kebijakan yang dapat meningkatkan taraf hidup pekerja dengan tingkat upah yang layak. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
adalah dengan menetapkan kebijakan tingkat upah minimum. Tingkat upah minimum ditetapkan secara sektoral dan regional pada tahun 2001. Tingkat upah
minimum yang ditetapkan di atas tingkat upah rata-rata yang diperoleh pekerja kemungkinan besar akan menyebabkan pengusaha mengurangi penggunaan
tenaga kerja sehingga pertumbuhan penyerapan tenaga kerja akan berkurang. Masih rendahnya tingkat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor
industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran di wilayah Pulau Jawa menjadi suatu topik yang menarik untuk diteliti apakah kebijakan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah di era otonomi terkait adanya upah minimum di pasar kerja dapat memengaruhi penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan
perdagangan, hotel dan restoran?. Berangkat dari adanya permasalahan tersebut, melalui penelitian ini perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai dampak
kebijakan upah minimum pada era otonomi daerah serta variabel-variabel kebijakan lainnya seperti PDRB, PMA dan PMDN untuk memberikan saran
kebijakan terkait dengan meningkatnya pertumbuhan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel dan restoran di Pulau Jawa.
= ruang lingkup analisis
Gambar 2.5. Kerangka Pemikiran
PMDN PMA
PDRB UMP
Pembangunan Ekonomi di Pulau Jawa Era Otonomi Daerah :
- Pro Growth
- Pro Job
- Pro Poor
Rendahnya Laju Penyerapan tenaga kerja sektor industri dan
perdagangan, hotel dan restoran di Era Otonomi Daerah
Deskriptif : Perkembangan kondisi
penyerapan tenaga kerja sektor industri dan perdagangan, hotel
dn restoran pada tahun 2001- 2010
penyerapan tenaga kerja di sektor industri dan sektor perdagangan, hotel
dan restoran:
Analisis Regresi Panel Data Implikasi Kebijakan
2.7. Hipotesis