Peran Perawat Sebagai Mediator

67,6 32,4 3 Perawat menghargai pertanyaan dan pendapat penderita 22 59,4 15 40,6 4 Perawat membantu penderita mengambil keputusan 24 64,9 13 35,1 5 Perawat memberi respon cepat bila penderita memerlukan bantuan 22 59,4 15 40,6 Berdasarkan tabel 5.7 tersebut diatas jawaban dari kuisioner diperoleh paling banyak responden yang menyatakan “Tidak pernah” pada item pertanyaan no. 1 yaitu sebanyak 21 orang 56,7.

5.2. Pembahasan

Kemampuan bersosialisasi peran perawat pada penderita skizofrenia dalam memberikan rasa nyaman paling banyak menyatakan baik 18 orang, menyatakan cukup 12 orang, dan menyatakan kurang sebanyak 7 orang. Kemampuan peran perawat sebagai komunikator yang menyatakan baik sebanyak 11 orang, cukup 19 orang dan menyatakan kurang sebanyak 7 orang. Dan kemampuan peran perawat sebagai mediator yang menyatakan baik sebanyak 10 orang, menyatakan cukup sebanyak 15 orang, dan menyatakan kurang sebanyak 12 orang. Yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif bertujuan untuk mengindentifikasikan peran perawat dalam meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada penderita skizofernia. Berdasarkan hasil yang diperoleh , pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian peneliti tentang peran perawat dalam meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada penderita skizofernia, yang dimulai berdasarkan memberikan rasa nyaman, komunikator dan mediator. Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain, dalam hal ini perawat dapat memberikan asuhan keperawatan, melakukan pembelaan pada klien, kolaborator dalam membina kerja sama dengan profesi lain dan sejawat, konsultan dalam tenaga kerja dan klien dari sistem metodologi, serta sikap CHS, 1989. Peran pada dasarnya adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang, sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar yang besifat stabil Kozier dan Barbara, 1995. Untuk mengetahui kemampuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dalam memberikan bantuan pada penderita perawat dapat melakukan hubungan dengan cara berkomunikasi, melalui kesadaran diri dan adanya hubungan identitas diri yang jelas antara perawat dengan penderita dan dapat melakukan kemampuan untuk membentuk keintiman dalam tindakan keperawatan terhadap penderita sehingga perawat lebih kopeten atau lebih luas memberikan pendidikan kesehatan jiwa terhadap penderita, keluarga penderita, dan lingkungan masyarakat dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa, Stuart dan Sundeen,1995. Kemampuan Chaplin,1997, dalam kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan merupakan tenaga daya kekuatan untuk melakukan suatu perbuatan. Sedangkan menurut Robbins,2000, dalam dalam kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Kemampuan perawat dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa dalam memberikan bantuan pada penderita perawat dapat melakukan hubungan dengan