Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

14 3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2011, bertempat di Laboratorium Biokimia Hasil Perikanan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perikanan, dan Laboratorium Organoleptik, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

3.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi steroform, plastik, baskom, botol aqua bekas, saringan, nampan kecil, talenan, pisau, pinset, gunting, alumunium foil, magnet stirrer, kertas label, kapas, kertas saring, plastik wrapping, form penilaian organoleptik, dan alat-alat analisis yang meliputi gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet, cawan porselen kecil, kompor listrik, desikator, oven, tanur pengabuan, alat homogenizer, pH-meter, cawan porselen, mortar, rak tabung reaksi, sudip, bunsen, pipet mikro, tip, vortex, inkubator, labu kjehdahl, alat destilasi, selongsong lemak, tabung soxhlet, dan labu lemak. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging ayam segar yang dibeli dari Pasar Tradisional Gunung Batu-Bogor, serbuk kitosan, asam asetat 1,5, aquades, larutan garam fisiologis, media Nutrient Agar, cairan spirtus, garam NaCl, K 2 SO 4 , HgO, H 2 SO 4 , tablet kjehdahl, NaOH 40 , H 3 BO 3 , cairan indikator campuran metil merah 0,2 dalam alkohol dan metilen blue 0,2 dalam alkohol dengan perbandingan 2:1, dan pelarut heksana.

3.3 Metode Penelitian

Aplikasi pengawetan kitosan pada daging ayam segar dilakukan melalui empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap perendaman, penyimpanan, dan tahap pengujian. Tahap persiapan dilakukan dengan cara menyiapkan semua bahan- bahan dan alat-alat yang akan digunakan dalam tahap perendaman, penyimpanan dan tahap pengujian. Tahap perendaman dilakukan dengan cara merendam daging ayam segar dalam beberapa perlakuan konsentrasi larutan kitosan, yaitu konsentrasi 0 kontrol, 0,5 ; 1 ; dan 1,5 , dengan jumlah larutan kitosan 15 yang digunakan sebanyak ± 1,5 liter, dan setelah itu dilakukan tahap penyimpanan daging ayam dalam suhu ruang dalam keadaan terbuka dengan berbagai perlakuan lama penyimpanan 0 jam, 3 jam, 6 jam, dan 9 jam. Tahap pengujian yang dilakukan, diantaranya yaitu pengujian organoleptik, penentuan nilai total koloni bakteri yang tumbuh selama penyimpanan Total Plate Count; pengukuran nilai derajat keasaman pH, dan analisis proksimat daging, yang meliputi uji kadar air, kadar abu, kadar lemak, dan kadar protein. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan kitosan yang paling optimal dalam memperpanjang daya awet daging ayam segar. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.3.1 Tahap persiapan Tahap persiapan diawali dengan pembelian 4 ekor daging ayam segar di Pasar Tradisional Gunung Batu, Bogor. Proses pembelian sampai ke dalam proses persiapan yang dilakukan di dalam Laboratorium dilakukan secara aseptik atau steril dan terkontrol, diantaranya dengan membungkus setiap potong daging ayam dalam plastik steril dan menyimpannya di dalam box steroform yang telah berisi es yang digunakan untuk mempertahankan suhu daging ayam. Daging ayam yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah ± 24 potong ayam untuk 4 perlakuan. Sebanyak 6 potong daging ayam digunakan untuk setiap perlakuan. Bahan-bahan dan alat-alat juga disiapkan menurut tahapan penelitian agar tidak tertukar selama jalannya penelitian. 3.3.2 Tahap perendaman Daging ayam untuk setiap perlakuan, dalam tahap perendaman ini direndam selama 3 menit, kecuali untuk daging ayam tanpa perlakuan konsentrasi kitosan. Waktu perendaman 3 menit merupakan waktu yang optimal untuk perendaman karena tidak merusak tekstur, bau, dan penampakan, dengan nilai organoleptik masih di atas nilai yang ditetapkan Badan Standarisasi Nasional Kurnianingrum 2008. Setiap potongan daging ayam yang sudah direndam, ditiriskan dengan menggunakan wadah saringan, lalu setelah itu disimpan untuk tahapan selanjutnya. 16 3.3.3 Tahap penyimpanan Daging ayam yang sudah ditiriskan, kemudian disimpan dalam nampan- nampan kecil pada suhu ruang 25-30 ºC selama 9 jam dalam keadaan terbuka. Percobaan dilakukan sebanyak dua kali ulangan dengan selang pengamatan untuk uji organoleptik, uji Total Plate Count TPC, uji derajat keasaman pH, dan analisis proksimat setiap 3 jam sekali sampai 9 jam lama penyimpanan. 3.3.4 Tahap pengujian Tahap pengujian terhadap sampel dilakukan secara subyektif sensori dan obyektif non sensori. Pengujian secara subyektif terhadap sampel dilakukan dengan menggunakan uji organoleptik menggunakan scoresheet penilaian terhadap sampel daging ayam, sedangkan untuk pengujian obyektif menggunakan pengukuran nilai derajat keasaman pH, penghitungan nilai koloni total bakteri atau Total Plate Count TPC, dan analisis proksimat yang terdiri atas pengujian kadar air, kadar abu, kadar protein, dan kadar lemak. 3.3.4.1 Uji organoleptik Pengujian organoleptik dilakukan setiap selang waktu 3 jam oleh 6 orang panelis tetap. Jumlah panelis standar yang terlibat untuk satu kali pengujian adalah 6 orang BSN 2006. Penilaian indrawi ini dilakukan terhadap beberapa parameter uji, yaitu parameter penampakan, warna, bau, lendir, dan tekstur. Potongan daging ayam yang diuji secara organoleptik diberi nilai berdasarkan penilaian penelis dan dituangkan dalam lembaran scoresheet penilaian dalam skala 1 satu sebagai nilai terendah dan angka 4 empat sebagai nilai tertinggi. Adapun contoh form penilaian scoresheet beserta keterangannya dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.3.4.2 Pengukuran Nilai pH AOAC 1995 Sebanyak 10 gram sampel dihancurkan terlebih dahulu dengan menggunakan alat homogenizer dan selanjutnya dihomogenisasikan dengan 90 ml aquades. Larutan homogen tersebut diukur dengan pH meter yang sudah dikalibrasi dengan larutan buffer standar pH 4 dan 7. Kestabilan nilai yang 17 ditunjukkan oleh pH meter merupakan nilai hasil pengukuran derajat keasaman pH sampel. 3.3.4.3 Perhitungan nilai Total Plate Count TPC Fardiaz 1992 Prinsip kerja dari metode perhitungan TPC ini adalah penghitungan jumlah koloni bakteri yang terkandung dalam sampel dengan perlakukan pengenceran dan dilakukan secara duplo. Seluruh pekerjaan dilakukan secara aseptik untuk mencegah kontaminasi yang tidak diinginkan dan pengamatan secara duplo dapat meningkatkan ketelitian. Jumlah koloni bakteri yang dapat dihitung adalah cawan petri yang mempunyai koloni bakteri antara 30-300 koloni. Cawan petri, tabung reaksi, dan pipet sebelum digunakan disterilkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 180 ºC selama 2 jam. Media disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15 menit dengan tekanan 1 atm. Setelah disterilisasi, untuk menjaga agar media tidak membeku, suhu media dipertahankan pada suhu 45-55 ºC dalam penangas air. Pembuatan larutan garam fisiologis dilakukan dengan cara melarutkan 8,5 gram NaCl dalam 1 liter aquades yang kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 ºC selama 15 menit. Pembuatan larutan contoh dilakukan dengan mencampurkan 10 gram sampel yang sebelumnya dihaluskan terlebih dahulu, dalam larutan pengencer steril 90 ml sampai homogen sehingga didapatkan pengenceran 10 -1 . Pengenceran selanjutnya dilakukan dengan cara, sebanyak 1 ml larutan contoh homogen yang diambil dengan menggunakan pipet steril, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan pengencer steril dan dihomogenisasikan kembali untuk memperoleh pengenceran 10 -2 . Begitupun seterusnya sampai pengenceran dilakukan hingga tingkat pengenceran 10 -5 . Sebanyak 1 ml dari dari setiap tabung reaksi pengenceran dipipet sebanyak 1 ml larutan contoh dan dipindahkan ke dalam cawan petri steril dan kemudian dicampurkan dengan menggunakan media NA 10 ml, lalu disebar secara merata. Setiap perlakuan pemindahan ke dalam media NA ini dilakukan secara duplo atau dua kali ulangan. Setiap cawan digerak-gerakkan secara melingkar di atas meja sampai media NA merata. Setelah agar mengeras, cawan petri diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ºC dengan posisi terbalik selama 48 jam. 18 Koloni yang tumbuh setelah masa inkubasi, dihitung dan dinyatakan sebagai jumlah colony forming unit cfu per gram atau koloni per gram berdasarkan Standar Plate Count SPC, dengan jumlah koloni yang dapat diterima 30-300 koloni per cawan. Jumlah koloni dihitung dengan rumus sebagai berikut: Data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count SPC harus mengikuti syarat-syarat sebagai berikut: 1 Hasil yang dilaporkan hanya terdiri dari dua angka, yaitu angka pertama dan kedua. Jika angka ketiga sama dengan atau lebih besar dari lima, harus dibulatkan satu angka lebih tinggi dari angka kedua. 2 Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan kurang dari 30 koloni pada cawan petri, hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung, hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan dengan faktor pengencer, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan. 3 Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan lebih dari 300 koloni, hanya jumlah koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung. Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 dikalikan dengan faktor pengencer. 4 Jika cawan dari dua tingkat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah antara 30-300, dimana perbandingan antara jumlah koloni tertinggi dan terendah dari kedua pengenceran tersebut lebih dari satu atau sama dengan dua, maka tentukan rata-rata dari kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika perbandingan antara nilai tertinggi dan nilai terendah lebih besar dari dua, maka yang dilaporkan hanya hasil nilai terkecil. 5 Jika digunakan dua cawan petri duplo pengenceran, data yang diambil harus dari kedua cawan tersebut. Koloni per ml atau per gr = Jumlah koloni per cawan x 19 3.3.4.4 Kadar air AOAC 2005 Kadar air sampel ditentukan pada berat contoh sebelum dan sesudah dikeringkan. Cawan kosong dikeringkan di dalam oven selama 15 menit atau sampai berat tetap pada suhu 105 ºC, kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit. Setelah didinginkan, cawan ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram ditimbang dan diletakkan ke dalam cawan, lalu dipanaskan di dalam oven pada suhu 105-110 ºC selama 3-4 jam dan kemudian cawan didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan selanjutnya ditimbang kembali. Penentuan kadar air berat basah dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: B : Berat sampel awal gram B1 : Berat sampel + cawan sebelum dikeringkan gram B2 : Berat sampel + cawan setelah dikeringkan gram 3.3.4.5 Kadar abu AOAC 2005 Cawan sebelum digunakan, dibersihkan terlebih dahulu, kemudian dikeringkan di dalam oven selama 15 menit pada suhu 105 ºC. Setelah dikeringkan, cawan didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan kemudian ditimbang. Sampel sebanyak 5 gram ditempatkan dalam cawan dan kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 60-105 ºC selama 6 jam. Kemudian sampel yang sudah kering dibakar menggunakan hotplate sampai tidak berasap selama ± 20 menit. Tahap selanjutnya, cawan dimasukkan ke dalam tanur pengabuan dengan suhu 600 ºC, kemudian dibakar selama 6 jam. Setelah selesai pengabuan, cawan didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang. Penentuan kadar abu dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Keterangan: A : berat abu gram B : berat sampel gram 20 3.3.4.6 Kadar protein AOAC 2005 Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode kjeldahl mikro. Sampel sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam labu kjehdahl 30 ml. Kemudian ditambahkan K 2 SO 4 1,9 gram, HgO 40 mg, H 2 SO 4 2,5 ml, serta beberapa tablet kjehdahl. Sampel kemudian dididihkan sampai berwarna jernih selama kurang lebih 1-1,5 jam dan selanjutnya dibiarkan sampai dingin lalu dipindahkan ke dalam alat destilasi. Setelah pemindahan ke dalam alat destilasi, labu kjeldahl dibilas dengan aquades 20 ml sebanyak 5-6 kali, lalu hasil bilasan tersebut juga dimasukkan di bawah kondensor dengan ujung kondensor terendam di dalamnya dan kemudian ke dalam tabung reaksi, ditambahkan larutan NaOH 40 sebanyak 20 ml. cairan dalam ujung kondensor ditampung dengan erlenmeyer 125 ml berisi larutan H 3 BO 3 dan 3 tetes indikator campuran metil merah 0,2 dalam alkohol dan metilen blue 0,2 dalam alkohol dengan perbandingan 2:1 yang ada di bawah kondensor. Destilasi dilakukan sampai diperoleh kira-kira 200 ml destilat yang bercampur dengan H 3 BO 3 dan indikator dalam erlenmeyer. Lalu destilat tersebut dititrasi menggunakan larutan HCl 0,1 N sampai terjadi perubahan warna menjadi merah. Hal yang sama dilakukan untuk blanko. Penentuan kadar protein dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 3.3.4.7 Kadar lemak AOAC 2005 Sampel daging ayam sebanyak 5 gram ditimbang dan dibungkus dengan kertas saring, lalu diletakkan pada alat ekstraksi soxhlet yang dipasang di atas kondensor serta labu lemaknya diletakkan di bawahnya. Pelarut heksana dituangkan ke dalam labu lemak secukupnya sesuai dengan ukuran soxhlet yang digunakan dan dilakukan refluks selama minimal 16 jam sampai pelarut turun 21 kembali ke dalam labu lemak. Pelarut di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105 ºC selama 5 jam. Labu lemak kemudian didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit dan kemudian ditimbang. Penentuan kadar lemak dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

3.4 Analisis Data