61
makhluk lain seperti semut, cecak, burung, kucing, tikus, anjing dan lain sebagainya.
20
Inilah bentuk bhakti seseorang kepada Tuhan-Nya. Dengan menyisihkan sebagian yang dimiliki, umat Hindu berusaha untuk mengikis kenikmatan duniawi
untuk mencapai kebebasan rohani moksa sesuai dengan tujuan agama yang dianutnya. Dengan mengupayakan jalan kerohanian, sudah tentu aplikasinya akan
memberi manfaat kepada sekitarnya seperti halnya mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan diri sendiri, dan ini juga berarti untuk melayani
kepentingan umum tanpa pamrih, tanpa menuntut imbalan. Sebab, jika seseorang berbuat baik maka karma baik subha karma pasti akan menyertainya. Dengan
demikian, segala yang diupayakan seseorang, baik atau buruk, akibatnya akan kembali kepada pelakunya.
D. Macam-macam Yadnya Sesa Berdasarkan Makanan Persembahannya
1. Segehan Kepel Segehan ini terdiri dari:
a. Bawang, yang mengandung makna dan simbol niyasa sebagai kekuatan tamah, karena bawang tersebut memiliki sifat dingin atau adem
disimbolkan sebagai sifat apatis atau kebodohan, kalau memiliki kebodohan dapat diartikan memiliki kegelapan, orang yang memiliki
kegelapan dalam hatinya akan lebih mudah kena pengaruh-pengaruh sampingan yang cenderung negatif.
20
Wawancara pribadi dengan Bapak A. A. Gede Raka Mas, tanggal 28 Maret 2007.
62
b. Jahe, mengandung makna dan simbol sebagai kekuatan rajah, dilihat dari sifat jahe adalah panas, sifat panas menjadi sifat keras atau sifat kroda.
Dengan memiliki sifat keras akan bermanifestasi menjadi egoistis, bagi orang yang egois biasanya memiliki pergaulan atau sering dijauhi orang.
c. Garam Hitam Uyah Arang, memiliki makna dan simbol sebagai kekuatan penetralisir atau Penyomia, yaitu Sattwam.
d. Porosan dan Bunga memiliki makna dan simbol sebagai kekuatan silih asih.
Mengenai warna dan arah sebagai patokannya adalah berdasarkan ajaran
“Jnana Kanda dan Karma Kanda” antara lain:
a. Segehan warna putih, adalah sebagai simbol “akasa”, pada arah wetan atau Timur.
b. Segehan warna merah abang, adalah simbol “teja”, pada arah daksina atau Selatan.
c. Segehan warna kuning adalah sebagai simbol “apah”, pada arah pascima atau Barat.
d. Segehan warna hitam adalah sebagai simbol “bayu”, pada arah Utara. e. Segehan Brumbun adalah sebagai simbol “pertiwi”, pada arah tengah
madya. f. Segehan kepel Poleng, segehan ini dibuat dari nasi kepel yang berwarna
putih dan hitam menjadi satu kepel, kemudian membuat dua kepel. Segehan poleng merupakan niyasanya Bhuta Poleng, di mana kekuatan
63
bhuta ini dapat mempengaruhi manusia, sehingga manusia memiliki sifat- sifat licik, senanh mengandu domba, senang mencuri, dan lain-lain.
g. Segehan Seliwah, segehan ini dibuat dari nasi kepel putih satu kepel dan nasi kepel hitam satu kepel yang diletakkan pada satu tempat atau ceper
dengan perlengkapannya yang sama. Segehan ini menyimbolkan kekuatan Bhuta Seliwah, dan kekuatan Bhuta Seliwah dapat mempengaruhi jiwa
manuisia sehingga manusia sering mengalami salah paham sehingga mengaundang pertenmgakaran. Maka dari itu perlu dinetralisir dengan
membuat Segehan Seliwah. h. Segehan Putih Kuning, segehan ini dibuat sama seperti di atas hanya
bedanya, warna putih satu kepel dan kuning satu kepel menjadi satu wadah dengan perlengkapannya sama. Segehan ini menimbulkan kekuatan Bhuta
Nareswari, yang dapat mempengaruhi jiwa manusia sehingga manusia memiliki perilaku malas dan pemboros. Maka dengan demikian harus
dinetlarisir dengan pembuatan segehan tersebut. 2. Segehan Sasah.
Segahan ini juga dibuat dari nasi putih tetapi bedanya nasinya tidak dikepel, melainkan ditaruh terurai alasnya sebuah tangkih atau daun, berisi
porosan, bunga dan kacang saur, bukan bawang jahe. Segehan ini mengandung makna dan simbol sebagai kekuatan durga karena dilihat dari bentuk rambut
terurai kedepan muka seperti orang yang akan ngelekas menjadi leak dan bentuk rambut yang demikian disebut sikap memurti atau durga sedang mengeluarkan
kesaktian untuk mencari sasaran dengan menyakiti. Sedangkan saur merupakan
64
simbol pengeruat penyupatan karena kata saur dapat diartikan kedamaian. Kacang mengandung simbol menyatu atau tidak menyakiti bermusuhan karena
dilihat dari bentuknya bulat. Durga adalah suatu kekuatan yang mengakibatkan penderitaan sakit dan
kematian bersifat pralina, oleh karena itu perlu membuat Segehan sasah sebagai sarana penetralisir kekuatan durga agar menjadi kekuatan Durga Hita atau Durga
yang mensejahterakan alam semesta dan kehidupan manusia. 3. Segahan Agung.
Segehan ini dibuat serdemikian rupa dengan tatanan sebagai berikut: Sebuah alas tempeh berisi beras, diatas beras pada bagian tengah tempeh
dipasangkan tri kona besar sebagai alas sebuah kelapa yang telah terkupas kulitnya. Disamping tri kona disusun sebuah : telur, kemiri, pangi, gegantusan,
pepeselan, semuanya diatas alas dengan kojong. Diluarnya disusun dengan nasi putih berisi kacang saur dengan alas tangkih sejumlah sebelas tanding dengan
penataan secara melingkar dalam perhitungan arah mata angin yaitu : arah timur, arah tenggara, arah selatan, arah barat daya, arah barat, arah barat laut, arah utara,
arah timur laut, dan ditengah dipasangkan tiga buah Segehan tadi sehingga semuanya berjumlah menjadi sebelas tanding dxan di atasnya diisi canang sari.
Pada waktu menghaturkan Segehan ini disertai dengan pemotongan ayam kecil. Pemotongan ayam ini dilakukan sambil mencipratkan darahnya karena darah
menjadi simbol “kala”. Darah merupakan simbol penetralisir kekuatan kala, agar menjadi kala hita.
- Tempeh sebagai simbol alam semesta.
65
- Beras sebagai simbol udara amerta.
- Tri kona sebagai simbol kekuatan Tri Guna.
- Kelapa sebagai simbol matahari sumber panas.
- Telur sebagai simbol bulan.
- Tingkih sebagai simbol bintang.
- Pangi sebagai simbol Samudra Danau.
- Gegantusan sebagai simbol roh-roh jiwatma.
- Pepesalan sebagai simbol hutan.
- Canang Sari sebagai simbol kekuatan Sang Hyang Panca Dewata.
- Brem sebagai simbol Sang Hyang Prakerti.
- Arak sebagai simbol Sang Hyang Purusa.
4. Segehan Saiban. Segahan ini dibuat dengan alas tangkih berisi nasi, sayur, ikan, atau daging
dan garam atau ap saja yang dimasak itulah dipakai bahannya. Sehubungan dengan segahan saiban ini, bagi yang telah selesai memasak, dan kalau mau
makan terlebih dahulu sebelum menghaturkan sesajen maka sisihkanlah dulu sedikit nasi dan lauk pauknya agar jangan menghaturkan sesajen bekas atau sisa
makanan yang sudah dimakan. Isi Segehan Saiban mengandung makna dan simbol antara lain :
a. Nasi adalah sebagai simbol amertha dharma, memiliki sifst Sattwam. b. Sayur sebagai simbol sarwa mentik, memiliki sifat tamas.
c. Ikan Daging sebagai simbol sarwa perani, memiliki sifat Rajas. d. Garam sebagai simnol kekuatan pengeleburpenertralisir.
66
Dari simbol-simbol diatas maka Segehan Saiban memiliki makna sebagai sarana pengeruat atau penyupatan terhadap makhluk-makhluk diluar manusia
karena makhluk tersebut adalah dikatakan makhluk papa. Hanya manusialah yang diharapkan melakukan penyupatan agar nantinya kalau reinkarnasi supaya
menjadi manusia. Di samping itu memiliki nilai tinggi terhadap karmanya manusia karena ia menyadaribahwa segalanya yang dia makan adalah berkat
ciptaan Sang Hyang Widhi, maka dari itu segala yang dimakan dihaturkan terlebih dahulu kehadapanNya agar tidak menjadi seorang pencuri yang mencuri miliknya
karena mencuri itu adalh perbuatan dosa. Dari sudut pandang yang lain makna dari segehan saiban ini adalah
sebagai sarana peleburan dosa manusia akibat dari perbuatan himsa karma baik secara sadar maupun tidak sadar.
Perbuatan himsa karma ini adalah perbuatan dosa, oleh karena itulah perlunya melaksanakan korban suci berupa Segehan Saiban sebagai sarana
melaksanakan kebajikan yang mengandung nilai penebusan dosa. 5. Segahan Wong-wongan.
Segehan ini biasanya dibuat bentuk pawongan sesuai dengan kebutuhan dan mengandung makna sebagai niyasa simbol menurut fungsinya sebagai
penetralisir kekuatan Bhuta Bucari, Durga Bucari, Kala Bucari untuk menjadi Bhuta Hita, Durga Hita dan Kala Hita.
Contoh: a. Segehan berupamenyerupai bentuk Rangda adalah sebagai sarana
penetralisir kekuatan Durga Bucari.
67
b. Segehan berupamenyerupai bentuk Naga adalah untuk menetralisir kekuatan berupa Bhuta Bucari.
c. Segehan berupamenyerupai bentuk Manusia Wong adalah sarana penetralisir kekuatan Kala Bucari.
Semua bentuk diatas hanya dipergunakan pada saat-saat tertentu sesuai dengan kebijakan umat Hindu.
21
E. Analisa Kritis