Sekilas tentang Yadnya KORBAN SUCI

12

BAB II KORBAN SUCI

A. Sekilas tentang Yadnya

Yadnya atau upacara merupakan bagian ketiga dari kerangka agama Hindu. Dari sudut filsafatnya, yadnya ialah cara-cara melakukan hubungan antara Atman dengan Paramatman, antara manusia dengan Sang Hyang Widhi serta semua manifestasinya, Yadnya adalah jalan untuk mencapai kesucian jiwa. Untuk upacara ini dipergunakan upacara ayat suci tentang Yadnya sebagai alat penolong yang nyata untuk memudahkan manusia menghubungkan dirinya dengan Sang Hyang Widhi Wesa dalam bentuk nyata. 1. Pengertian Yadnya Yadnya dalam pengertian secara luasnya adalah suatu pengorbanan yang sangat tulus tanpa pernah mengharapkan imbalan. Kata yadnya yajna berasal dari bahasa Sanskerta dengan akar kata “Yaj” yang artinya memuja, menyembah, berdoa atau pengorbanan. 1 Kemudian kata yadnya ini berkembang dan berkembang sehingga salah satu maknanya kita kenal dengan “korban suci”, yakni korban yang dilandasi oleh kesucian hati, ketulusan dan tanpa pamrih. 2 Adapun pengertian yadnya yang dipergunakan dalam bahasa sehari-hari adalah upacara keagamaan yang sama artinya dengan Samskara atau Sanaskara. Kata Samskara atau Sanaskara diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang 1 AA Gede Raka Mas, Tuntunan Susila untuk Meraih Hidup Bahagia, Surabaya; Paramita, 2002, Cet. 1, hlm. 40. 2 I Made Titib, Veda, Sabda Suci, Pedoman Praktis Kehidupan, Surabaya: Paramita, 2006, Cet. 5, hlm. 238. 13 berarti “Upacara”. 3 Namun demikian, yadnya mengandung pengertian yang jauh lebih luas dibandingkan pengertian upacara atau upakara. Beryadnya berarti memuja Tuhan, juga bermakna menyucikan diri sendiri. Melaksanakan yadnya merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas spiritual manusia. Tujuan beryadnya adalah agar mendapatkan tuntunan sinar sucinya Ida Sang Hyang Widhi Wasa, sehingga dalam mengarungi hidup yang penuh gejolak ini mendapat ketenangan, kebahagiaan dan kesejahteraan. 4 Demikian pula di dalam setiap keluarga harus saling mengorbankan diri demi berhasilnya sebuah keluarga. Kemudian dari tingkat keluarga rasa pengorbanan tersebut hendaknya ditingkatkan pula ke dalam kehidupan bermasyarakat, lalu bernegara dan seterusnya. Sebab Tuhan pun di dalam menciptakan alam semesta ini juga melalui pengorbanan. Tidak ada perjuangan di dunia ini tanpa melalui pengorbanan. Terutama sekali berkorban demi kepentingan Tuhan dan kepentingan manusia demi untuk keseimbangan hidup di dunia. Karena itu, pengorbanan yang tulus tanpa menuntut imbalan, itulah yang dinamakan yadnya, pengorbanan yang paling utama sesuai dengan yang dianjurkan oleh ajaran Agama. Di dalam kitab suci Bhagavad-gita III.10, disebutkan: Sahayajnah prajah sristwa puro waca prajapatih anena prasawisya dhiwam esa wo’sstwista kamadhu 3 Ida Ayu Putu Surayin, Melangkah ke Arah Persiapan Upacara-upacara Yajna: Seri I Upakara Yajna , Surabaya: Paramita, 2002, hlm. 4. 4 AA Gede Raka Mas, Menjadi Orang Tua Mulia dan Berguna, Surabaya: Paramita, 2002, hlm. 17. 14 Artinya: “Sesungguhnya sejak dahulu dikatakan Tuhan telah menciptakan manusia melalui Yadnya dengan cara ini engkau akan berkembang, sebagaimana lembu perahan yang memerah susunya karena keinginanmu sendiri.” 5 Demikian pula dalam kitab suci Manawa Dharma Sastra Bab. III.75, tertulis sebagai berikut: Swadhyaye nityayuktah syaddaiwe caiweha karmani, daiwakarmani yukto hi bibhar timdam caracaram Artinya: “Hendaknya setiap orang yang menjadi kepala rumah tangga setiap harinya menghaturkan mantra-mantra suci Weda dan juga melakukan upacara pada para Dewa karena ia yang rajin menjalankan yadnya pada hakekatnya membantu ciptaan Tuhan baik yang bergerak maupun yang tak bergerak.” 6 Karena itu alam semesta ini sebenarnya timbul atau diciptakan melalui proses yadnya, serta dipelihara oleh yadnya. Tanpa melalui yadnya, alam semesta ini pasti tidak akan pernah ada. Demikian pula tanpa ditunjang oleh yadnya, alam semesta ini pasti akan mengalami kehancuran. Pelaksanaan yadnya sebenarnya sangat penting untuk menyeimbangkan perputaran siklus di dalam kehidupan ini. Hanya dengan cara seperti itu suatu kehidupan baru bisa dipelihara, serta berkembang sesuai dengan yang semestinya. Selain itu Yadnya juga dipengaruhi adanya filsafat hutang atau Rna yakni: Dewa Rna : adalah hutang 5 G. Pudja, Bhagavad-gita, Jakarta: Dept. Agama RI, 1984, Bab III. 10. 6 G. Pudja dan Tjokorda Rai, Manawa Dharma Sastra, Jakarta: Nitra Kencana Buana, 2003, Bab III.75, hlm. 152-153 15 hidupkehadapan Ida Hyang Widhi. Pitra Rna : adalah hutang suci kepada Rsi. Rsi Rna : adala hutang jasa kepada para Leluhur. 7 Karena itu setiap umat Hindu selalu melaksanakan upacara Yadnya di dalam kehidupannya, terutama umat Hindu yang ada di Bali. Bagi mereka tidak ada hari tanpa upacara. Hal tersebut merupakan cermin kehidupan masyarakat Hindu Bali yang religius. Sebab umat Hindu lebih mengutamakan perbuatan yang baik daripada hanya sekedar teori. Penghayatan agama umat Hindu tercermin dalam setiap aktivitas kesehariannya di mana pelaksanaan Yadnya Sesa termasuk salah satu aktivitas tersebut. 2. Bentuk Yadnya a. Panca Yadnya Ada lima perwujudan yadnya yang dikenal oleh umat Hindu dengan Panca Yadnya, sebagai berikut: 1 Dewa Yadnya; yadnya yang ditujukan ke hadapan TuhanIda Hyang Widhi beserta manifestasi-Nya; 2 Pitra Yadnya; yadnya yang ditujukan kepada para leluhur dan kepada yang mendahuluinya; 3 Rsi Yadnya; pengorbanan yang ditujukan kepada orang-orang suci dari pimpinan agama yang sudah mendwijati; 4 Bhuta Yadnya; pengorbanan yang ditujukan kepada para Bhuta dan segala makhluk ciptaan Tuhan yang lebih rendah dari manusia; 7 Ida Ayu Putu Surayin, Melangkah ke Arah Persiapan Upacara-upacara Yajna: Seri I Upakara Yajna , Surabaya: Paramita, 2002, hlm. 3-4. 16 5 Manusia Yadnya ; segala pengorbanan yang ditujukan untuk pemeliharaan umat manusia mulai dari dalam kandungan sampai akhir hidup manusia itu. 8 b. Sarana Yadnya Menurut Bhagavadgita IV.28, sarana yadnya dapat berupa: 1 Drawya Yadnya, yaitu yadnya dengan sarana benda-benda material dan kekayaannya; 2 Tapa Yadnya, yaitu yadnya dengan melaksanakan tapa atau latihan batin; 3 Yoga Yadnya, yaitu yadnya dengan melaksanakan yoga; 4 Swadhyaya Yadnya, yaitu yadnya dengan mempelajari ajaran suci; 5 Jnana Yadnya, yaitu yadnya dengan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. 9 3. Pelaksanaan Yadnya Pelaksanaan yadnya terbagi dua, yakni: a. Nitya Karma, disebut juga Nimita Karma yakni pelaksanaan yadnya setiap hari rutin, termasuk di dalamnya adalah pelaksanaan upacara Yadnya Sesa dan pembacaan Gayatri Mantra. b. Naimitika Karma, pelaksanaan yadnya pada waktu-waktu tertentu berkala, seperti upacara Ngaben, dilaksanakan berdasarkan Desa tempat 8 Ida Ayu Putu Surayin, Melangkah ke Arah Persiapan Upacara-upacara Yajna: Seri I Upakara Yajna , Surabaya: Paramita, 2002, hlm. 3. Lihat juga G. Pudja dan Tjokorda Rai, Manawa Dharma Sastra , Jakarta: Nitra Kencana Buana, 2003, Bab III. 69-71, hlm. 151. 9 A. A. Raka Mas, Moksa, Universalitas dan Pluralitas Bhagawadgita: Sebuah Studi dan Analisis , Surabaya: Paramita, 2007, hlm. 43-44. 17 di mana yadnya akan dilaksanakan dan Kala perhitungan hari baik dan Patra keadaan ekonomi. 10

B. Yadnya Sesa