FU1, FU2, FU3, FU6 dan FU9 memiliki ciri mendekati bakteri Actinomycetes. Actinomycetes termasuk bakteri gram positif yang bersifat aerobik, oksidatif dan
mampu tumbuh pada berbagai suhu 4-45°C. Bakteri ini mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan senyawa karbon glukosa, fruktosa, maltosa dan sukrosa,
nitrogen histidin, prolin dan sistein, mendegradasi makromolekul gelatin, pati dan hidup pada kadar garam cukup tinggi Goto, 1992.
4.2 Aktivitas Proteolitik Secara Kualitatif
Aktivitas hidrolisis secara kualitatif merupakan gambaran dari kemampuan bakteri proteolitik membentuk zona bening di sekitar isolat yang ditumbuhkan
dalam media SMA. Hasil aktivitas proteolitik secara kualitatif dapat dilihat pada Gambar1.
1,72 1,06
1,15 1,2
1,56 2,11
1,11 2
1,8 1,6
0,5 1
1,5 2
2,5 3
3,5 4
4,5
FU1 FU2
FU3 FU4
FU5 FU6
FU7 FU8
FU9 FU10
In d
ek s Pro
teo litik
Isolat Bakteri
Gambar 1. Indeks Proteolitik Isolat Bakteri Keratinolitik secara Kualitatif Nilai Indeks Proteolitik IP isolat bakteri proteolitik yang berasal dari
feses ular sanca memiliki indeks proteolitik yang berbeda, yaitu mulai dari 1,06- 2,11. Isolat yang mempunyai IP terbesar adalah FU6, sedangkan yang memiliki IP
terkecil adalah FU2. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 10 hal. 38. Perbedaan hasil IP dari masing-masing isolat dapat disebabkan karena luas zona
bening dan luas koloni yang dihasilkan dari masing-masing isolat berbeda. Hal ini berkaitan dengan kemampuan enzim protease bakteri dalam menghidrolisis
protein. Semakin banyak protein yang terhidrolisis maka luas zona bening yang
terbentuk akan semakin besar dan menandakan aktivitas enzim yang terjadi juga besar. Pada penelitian Panuju 2003, ditemukan 25 isolat proteolitik dari sumber
air Pemandian Air Panas Cimanggu Ciwidey, Bandung yang diisolasi pada media SMA yang mengandung 2 susu skim. Isolat dengan indeks proteolitik terbesar
adalah CW 3-16 dengan IP sebesar 3,60. Susu skim digunakan sebagai sumber substrat. Susu skim mengandung
kasein sebagai protein susu dimana akan dihidrolisis oleh mikroorganisme proteolitik menjadi peptida dan asam amino yang larut sehingga pada koloni
dikelilingi zona bening, menunjukkan mikroba tersebut mempunyai aktivitas proteolitik. Zona bening yang terbentuk di sekitar koloni bakteri merupakan tanda
hilangnya partikel kasein di media skim milk agar. Adanya bakteri proteolitik ekstraseluler, kasein akan terhidrolisis menjadi peptida-peptida dan asam amino
yang larut Fardiaz, 1992. Bacillus
sp. merupakan salah satu jenis bakteri yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan protease. Enzim ekstraseluler Bacillus sp. sangat efisien
dalam memecah berbagai senyawa karbohidrat, lipid dan protein rantai panjang menjadi unit-unit rantai pendek atau senyawa-senyawa yang lebih sederhana.
Setiap spesies bakteri memiliki batas toleransi tertentu terhadap parameter lingkungan tertentu. Fleksibilitas mikroba dalam beradaptasi pada lingkungan
yang berbeda terlihat ekspresi genetik yang berubah Baehaki, 2011.
4.3 Aktivitas Keratinolitik Secara Kualitatif