Khasiat dan Manfaat Mengonsumsi Tempe

19 Jumlah mineral besi, tembaga, dan zink berturut-turut adalah 9.39, 2.87, dan 8.05 mg setiap 100 g tempe.

2.4.2 Khasiat dan Manfaat Mengonsumsi Tempe

Menurut Sugano 2005 kedelai mengandung tiga jenis isoflavon, yaitu daidzein, glisitein, dan genistein. Pada tempe juga ditemukan suatu zat antioksidan dalam bentuk isoflavon. Seperti halnya vitamin C, E, dan karotenoid, isoflavon juga merupakan antioksidan yang sangat dibutuhkan tubuh untuk menghentikan reaksi pembentukan radikal bebas. Tempe berpotensi untuk digunakan melawan radikal bebas, sehingga dapat menghambat proses penuaan dan mencegah terjadinya penyakit degeneratif aterosklerosis, jantung koroner, diabetes melitus, kanker, dan lain-lain. Selain itu tempe juga mengandung zat antibakteri penyebab diare, penurun kolesterol darah, pencegah penyakit jantung, hipertensi, dan lain-lain Anonim 2008c. Menurut Alberts 2000 konsumsi tempe dapat menurunkan pertumbuhan sel-sel kanker dan sangat efektif dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah, juga menurunkan resiko keropos tulang atau yang disebut sebagai osteoporosis dan osteoarthritis. Kedelai mengandung dua asam amino yang bersifat menjaga keseimbangan hormon insulin, yakni asam amino glisin dan asam amino arginin. Dengan melimpahnya jumlah insulin dalam darah, bukan hanya penyakit kencing manis diabetes melitus bahkan penyakit jantung pun dapat diatasi Apriadji 2009. Kedelai merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat paling baik. Kandungan protein dan lemak nabati berperan dalam menghambat pembentukan kolesterol. Kedelai juga mampu membantu menjaga kesehatan ginjal, jantung, diabetes, rematik, anemia, hipertensi, diare, dan hepatitis. Senyawa dalam tempe diduga memiliki aktivitas antipenyakit degeneratif, antara lain vitamin E, karotenoid, superoksida, deismutase dan isoflavon Anonim 2008b. Tetapi konsumsi tempe tidak boleh berlebihan. Anderson et al. 1998 mengatakan bahwa penderita diabetes dengan komplikasi penyakit ginjal harus membatasi konsumsi protein dalam diet hariannya. Hal ini dikarenakan 20 konsumsi protein yang tinggi akan mengakibatkan hiperfiltrasi dan hipertensi glomerulus. Isoflavon dalam tempe memiliki efek antidiabetik. Lu et al. 2007 menyatakan bahwa pemberian diet tinggi isoflavon protein kedelai genestein equivalen 0.222 g100 g diet secara signifikan menurunkan kadar glukosa serum, meningkatkan kadar serum insulin pada tikus diabetes sedang. Selain itu, isoflavon juga terbukti melindungi sisa-sisa sel beta pankreas dari efek toksik STZ. Pemberian diet genestein dan isolat protein kedelai masing-masing 0.06 g dan 20 g100 g diet menunjukkan adanya peningkatan aktivitas enzim glukokinase yang dihubungkan dengan penurunan kadar gula darah dalam keadaan diabetes. Kekurangan insulin pada keadaan hiperglikemik diasosiasikan juga dengan peningkatan enzim glukosa-6-fosfatase di hati. Pemberian diet genestein dan isolat protein kedelai secara signifikan telah menurunkan kedua aktifitas tersebut, meskipun isolat protein kedelai diketahui lebih potensial dibandingkan genestein. Hal ini diduga karena isolat protein kedelai mengandung komponen aktif lain yang dapat meningkatkan bioavaibilitas genestein. BAB III MATERI DAN METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan April 2008 sampai dengan Mei 2009. Pembuatan diet tempe dilakukan di Departemen Gizi Masyarakat dan Kesehatan Konsumen GMSK Fakultas Ekologi Manusia, pemeliharaan dan perlakuan hewan coba dilakukan di Laboratorium Hewan SEAFAST center. Sedangkan pembuatan dan pengamatan preparat histopatologi dilakukan di Bagian Patologi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 3.2 Hewan Penelitian Penelitian untuk melihat populasi sel beta menggunakan 12 ekor tikus jantan dengan galur Sprague-Dawley Rattus norvegicus yang berumur 8 minggu dengan kisaran berat badan 200±10 g. 3.3 Materi Penelitian Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain spoit, kandang metabolik tikus, peralatan bedah, tissue cassette, inkubator, tissue processor, mikrotom, object glass, cover glass, digital blood glucose meter dan mikroskop. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain streptozotocin STZ, tempe freeze dry kedelai varietas Americana, kapang Rhizopus ologosporus strain-ITBCC L-46, ketamin, xylazin, larutan buffer neutral formalin BNF 10, alkohol 70, alkohol 80, alkohol 90, alkohol 95, alkohol absolut, xilol, parafin, aquades, pewarna hematoksilin-eosin HE, pewarna imunohistokimia, phosphat buffer saline PBS pH 7.4, Dako-pen marker, antibodi terhadap Insulin dan 1-3, diaminobenzidin DAB. 22 3.4 Metode Penelitian 3.4.1 Pembuatan Tempe