BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan.
Padahal setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda. Menurut data World Health Organization WHO, Indonesia menempati urutan
ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes melitus di dunia. Pada tahun 2000 terdapat sekitar 5.6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes. Namun
pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 yang sadar mengidapnya dan di
antara mereka baru sekitar 30 yang datang berobat teratur Soegondo 2006.
Pada saat ini banyak penderita diabetes melitus yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing
manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang diabetes melitus terutama gejala-gejalanya. Mereka yang memiliki resiko tinggi
terkena diabetes adalah yang memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes melitus, memasuki usia di atas 40 tahun, kegemukan, tekanan darah tinggi, selain
tentu saja pola makan yang salah. Umumnya penderita diabetes melitus mengetahui dirinya mengidap diabetes setelah terjadi komplikasi.
Ancaman diabetes melitus terus membayangi kehidupan masyarakat. Sekitar 12–20 penduduk dunia diperkirakan mengidap penyakit ini dan setiap
10 detik di dunia orang meninggal akibat komplikasi yang ditimbulkan. Komplikasi diabetes melitus terjadi pada semua organ dalam tubuh yang dialiri
pembuluh darah kecil dan besar dengan penyebab kematian 50 akibat penyakit jantung koroner dan 30 akibat gagal ginjal. Selain kematian, diabetes melitus
juga menyebabkan kecacatan. Sebanyak 30 penderita diabetes melitus mengalami kebutaan akibat komplikasi retinopati dan 10 harus menjalani
amputasi tungkai kaki. Bahkan diabetes melitus membunuh lebih banyak dibandingkan dengan HIVAIDS Soegondo 2006.
2 Pada saat ini diabetes melitus merupakan masalah kesehatan dunia yang
menghinggapi hampir seluruh lapisan masyarakat dunia. Menurut Renold 1982 tidak kurang dari 30 juta penduduk dunia mengidap penyakit ini dan makin
bertambah sesuai bertambahnya panjang harapan hidup. Di negara maju diabetes melitus merupakan problem utama. Penyakit ini seperti rayap, bekerja diam-diam
merusak organ di dalam tubuh sehingga sering disebut sebagai “The Silent Killer”. Gejala diabetes melitus tidak menakutkan, seperti banyak makan polifagi,
banyak minum polidipsi, dan kencing banyak poliuri sehingga dengan gejala seperti itu orang tidak pergi ke dokter. Sebaliknya jika tidak mau makan dan susah
kencing, baru orang pergi ke dokter.
Pola hidup yang sehat dengan makanan yang terkontrol dapat menekan munculnya penyakit diabetes melitus. Selain sayur-sayuran dan buah-buahan,
tempe juga merupakan makanan sumber protein nabati yang memiliki komposisi asam amino yang tinggi. Bahkan World Health Organization WHO mengakui
bahwa tempe sebagai makanan berkhasiat yang dapat mencegah dan mengatasi berbagai penyakit Avidra 2008.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian diet tempe terhadap distribusi sel insulin pankreas pada tikus hiperglikemia setelah diinduksi
dengan streptozotocin STZ. 1.3 Manfaat
Memberikan wawasan pada masyarakat tentang manfaat tempe yang mengandung asam amino sebagai alternatif makan obat yang berkasiat mengatasi
kejadian hiperglikemia, sehinggga diharapkan dengan banyak masyarakat yang mengonsumsi makanan yang memiliki protein tinggi ini, ancaman risiko penyakit
diabetes melitus dapat diatasi dengan biaya yang terjangkau.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Diabetes Melitus