dan lembab dengan curah hujan 200-2700 mmth dengan bulan kering sampai 4 bulan. Dapat ditanam pada tapak yang tidak subur tanpa dipupuk. Tidak tumbuh
subur pada lahan berdrainase jelek. Termasuk spesies yang memerlukan cahaya Martawijaya et al. 1989.
Kayu sengon mempunyai bagian teras yang hampir putih atau coklat muda. Warna bagian gubal umumnya tidak berbeda dengan kayu teras. Tekstur
kayu agak kasar tetapi merata. Arah serat lurus, bergelombang lebar atau berpadu. Permukaan kayu agak licin atau licin serta mengkilap. Kayu yang masih segar
agak berbau petai, yang lambat laun akan hilang jika kayunya menjadi kering.
2.2 Kualitas Kayu
Kualitas kayu dari Hutan Tanaman Industri HTI dipengaruhi oleh jenis, umur pohon, lokasi tempat tumbuh serta perlakuan silvikulturnya. Keberhasilan
pembangunan HTI tidak terlepas dari tujuan pengelolaannya: untuk kayu pertukangan HTI kayu pertukangan, HTI kayu serat dan HTI kayu energi,
dimana masing-masing peruntukan tersebut menghendaki persyaratan berbeda. Untuk kayu pertukangan diperlukan kayu-kayu yang kuat dan stabil, mudah dalam
pengerjaan, tahan terhadap perusak kayu, dan memiliki penampilan dekoratif yang baik Dephut 1992. Oleh karena itu dalam rangka memperoleh manfaat finansial
yang optimal, maka penetapan daur teknis harus dikombinasikan dengan kualitas optimal dari kayu yang dipanen.
HTI yang telah dibangun di Indonesia sejak 20 tahun yang lalu terutama diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan bahan baku industri pulp, akan tetapi
dengan pemilihan jenis dan pengelolaan yang tepat, produksi kayunya disamping untuk pemenuhan industri pulp juga dapat memenuhi keperluan bahan baku
industri kayu pertukangan Dephut 1992. Pemanfaatan kayu HTI untuk tujuan industri kayu pertukangan harus
memenuhi persyaratan kualitas kayu sesuai peruntukannya. Meskipun konsep kualitas kayu mungkin sukar untuk diterangkan secara tepat, namun beberapa
faktor mempengaruhi kecocokan kayu untuk berbagai tujuan. Beberapa variabel yang mempengaruhi kecocokan kayu untuk tujuan tertentu adalah kerapatan dan
variasi kerapatan, lingkaran tumbuh lebar, variasi dan jumlahnya, serat panjang dan kelurusannya, mata kayu ukuran, tipe dan sebarannya, proporsi kayu teras,
persen pembuluh, kayu juvenil serta kayu reaksi Haygreen Bowyer 1996. Secara lebih rinci, Tang 2005 mengemukakan variabel-variabel kriteria mutu
kayu untuk penggunaan tertentu, sebagai berikut: 1. Sifat-sifat yang sesuai untuk penggunaan kayu yang memerlukan kualitas
tinggi untuk konstruksi: arah serat, tidak ada atau sangat sedikit mata kayu besar, BJkerapatan sedang atau tinggi dengan minimum 50 kayu akhir
latewood dalam lingkaran tumbuh, lapisan dinding sekunder S2 lebih tebal dengan sudut mikrofibril kecil, tidak ada kayu reaksi, tidak ada atau sangat
sedikit porsi kayu remajanya, tidak ada shakes, cacat kompresi, pitch-pocket maupun fusiform-rust cancers, serta bebas cacat pengeringan.
2. Sifat-sifat pengerjaan dalam pembuatan mebel dan konstruksi bangunan: sifat pemesinan sangat baik, kemampuan dipaku dan disekrup sangat baik tidak
pecah, serta keteguhan rekat yang tinggi.
2.3 Daur