BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sifat Fisis Kayu
Sifat fisis kayu yang diuji meliputi KA dan BJ kayu, serta penyusutan dimensi radial dan tangensial karena sifat-sifat tersebut sangat terkait langsung
dengan kondisi penggunaan. KA yang diukur adalah KA kondisi basah, sementara nilai penyusutannya adalah besar susut dari kondisi basah ke kondisi
kering tanur.
4.1.1. Kadar Air KA
Rata-rata nilai KA kondisi basah hasil penelitian disajikan pada Tabel 1 sedangkan hasil analisis keragamannya disajikan pada Tabel 2. Rekapitulasi
hasil pengujian disajikan pada Lampiran 1A. Tabel 1. Nilai Rata-rata KA Basah Kayu Sengon
Umur Tahun KA Basah
5 53,03
6 52,36
7 51,58
9 59,45
10 42,53
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa KA kondisi basah yang paling tinggi terdapat pada kayu sengon umur 9 tahun 59,45, sedangkan yang paling
rendah dijumpai pada sengon umur 10 tahun 42,53. Tabel 2. Hasil Analisis Keragaman untuk Kadar Air pada Kayu Sengon
Parameter Fhit
F 0,05 F 0,01
Umur 1,525
2,447 3,480
Bagian batang 2,494
3,072 4,787
Interaksi 0,401
2,016 2,663
Keterangan : Fhit
= nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F
0,05
= hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan 1 α = 0,01
Hasil analisis keragaman pada selang kepercayaan 95 dan 99 menunjukkan bahwa umur pohon, bagian batang dan interaksi keduanya tidak
berpengaruh terhadap nilai KA kondisi basah. Hal ini terkait dengan kesamaan jenis dan kesamaan lokasi tempat tumbuh sebagaimana Tsoumis 1991. Rata-
rata KA kondisi basah dari ke-5 kelompok umur kayu sengon yang diteliti
bervariasi dari 42,53 hingga 59,45. Dengan demikian maka dari segi KA kondisi basahnya, semua kayu yang diteliti memiliki kualitas score yang sama.
Hasil ini didukung oleh grafik sebagaimana Gambar 11.
Umur tahun K
A
10 9
8 7
6 5
100 90
80 70
60 50
40 30
20
Gambar 11. Penentuan Daur Teknis berdasarkan nilai KA
4.1.2. Berat Jenis BJ
BJ kayu merupakan sifat fisis penting karena dapat digunakan untuk menduga sifat-sifat kayu lainnya. Pada umumnya, semakin tinggi BJ kayu maka
kayu akan semakin kuat. Rata-rata nilai BJ kayu hasil penelitian disajikan pada Tabel 3 sedangkan hasil analisis keragamannya disajikan pada Tabel 4.
Rekapitulasi hasil pengujian termuat dalam Lampiran 1A, sedangkan perbandingan nilai tengah Duncan disajikan pada Lampiran 3B.
Tabel 3. Nilai Rata-rata Berat Jenis Kayu Sengon
Umur Tahun BJ
5 0,31
6 0,32
7 0,30
9 0,29
10 0,37
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa BJ tertinggi terdapat pada kayu sengon dari pohon yang berumur 10 tahun 0,37, sedangkan BJ terendah pada kayu
sengon umur 9 tahun 0,29. Variasi nilai BJ yang terjadi masih tergolong normal karena menurut Mandang dan Pandit 1997, BJ kayu sengon berkisar antara
0,24-0,49 dengan nilai rata-rata sebesar 0,33.
Tabel 4. Hasil Analisis Keragaman untuk Berat Jenis pada Kayu Sengon
Parameter Fhit
F 0,05 F 0,01
Umur 21,124
2,447 3,480
Bagian batang 88,744
3,072 4,787
Interaksi 5,953
2,016 2,663
Keterangan : Fhit
= nilai F yang diperoleh dari hasil pengolahan data F
0,05
= hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan 5 α = 0,05
F
0,01
= hasil pengolahan data dengan taraf kesalahan 1 α = 0,01
= perlakuan berbeda sangat nyata P0,01
Berdasarkan hasil analisis keragaman pada selang kepercayaan 95 dan 99 Tabel 4 diketahui bahwa baik umur, bagian batang maupun interaksi
keduanya berpengaruh sangat nyata terhadap nilai BJ kayu. Hasil uji lanjut Duncan Lampiran 3B menunjukkan bahwa BJ kayu umur 5 tahun setara
dengan BJ kayu dari pohon yang berumur 7 maupun 9 tahun, tetapi berbeda bila dibandingkan dengan BJ kayu dari pohon yang berumur 10 tahun, yang
merupakan nilai BJ tertinggi. BJ kayu umur 6 tahun berbeda dibandingkan dengan BJ kayu umur 9 dan 10 tahun, tetapi tidak berbeda terhadap BJ kayu
umur 5 dan 7 tahun. Variasi nilai BJ kayu sebagaimana di atas, khususnya fenomena nilai BJ
kayu dari pohon yang lebih muda 5, 6, dan 7 tahun relatif lebih tinggi dibandingkan BJ dari pohon yang lebih tua 9 tahun, merupakan hal yang
jarang terjadi dan cenderung tidak sesuai dengan hasil-hasil penelitian terdahulu. Selama ini diyakini bahwa semakin tua umur pohon akan semakin tinggi pula
nilai BJ kayunya Haygreen dan Bowyer, 1996. Rendahnya BJ kayu dari pohon yang berumur 9 tahun dibandingkan dengan kelompok umur lainnya diduga ada
kaitan dengan kualitas pohon sampel yang digunakan. Pada semua kelompok umur kayu, BJ kayu dari bagian pangkal batang
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan BJ kayu dari bagian tengah danatau ujung batang, sementara BJ kayu dari bagian ujungnya setara dengan BJ kayu
bagian tengah. Variasi nilai BJ kayu menurut lokasi sampel dalam batang hasil penelitian merupakan fenomena yang umum sebagaimana Tsoumis 1991 dimana
semakin ke pucuk batang, nilai BJ kayu cenderung berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BJ kayu sengon yang diteliti dapat
dikelompokkan menjadi 3 yakni rendah umur 9 tahun, sedang 5, 6 dan 7 tahun, serta tinggi 10 tahun. Dengan demikian, maka dari segi nilai BJ kayu,
maka pohon sengon terbaik adalah pohon yang berumur 10 tahun karena menghasilkan kayu ber-BJ tinggi. Semakin tinggi BJ, maka kayu akan makin
kuat juga lebih keras sehingga cocok untuk tujuan penggunaan pertukangan dan struktural. Hal ini didukung grafik sebaran nilai BJ sebagaimana Gambar 12.
Umur tahun B
J
10 9
8 7
6 5
0.6 0.5
0.4 0.3
0.2
Gambar 12. Penentuan Daur Teknis berdasarkan nilai BJ Kayu
4.1.3. Penyusutan Dimensi