Curah Hujan Cahaya dan Radiasi

pengendalian berdasarkan musuh alami BBPTP 2007. Melakukan pemantauan secara rutin dengan cara mengamati areal tanaman padi dalam interval waktu tertentu rnisalnya seminggu sekali, sejak awal persemaian, penanaman sampai panen. Pemantauan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepadatan populasi WBC di tiap lokasl sehingga dapat dijadikan pedoman apakah perlu dilakukan tindakan pengendalian atau tidak Diratmaja dan Permadi 2005.

2.2 Unsur Iklim yang Berpengaruh pada WBC

Iklim dan cuaca memiliki peranan penting baik langsung maupun tidak langsung pada penyebaran, pemencaran, kelimpahan, dan perilaku serangga Koesmaryono 1987. Metabolisme dasar serangga bergantung pada suhu udara lingkungan sekitar. Pada analisis hubungan serangga dengan iklim, faktor iklim seperti suhu udara, curah hujan, kelembaban udara, dan angin, sangat erat kaitannnya dalam mempengaruhi iklim mikro bagi perkembangan serangga Speight et al. 2008.

2.2.1 Suhu Udara

Suhu udara merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan dan kelangsungan hidup serangga. Suhu udara merupakan faktor pembatas penyebaran hewan, pengaruhnya dapat terhadap stadia dari daur hidup, kelangsungan hidup, serta pertumbuhan dan perkembangannya Koesmaryono 1999. Kemampuan penyesuaian terhadap suhu lingkungannya tergantung pada tiap spesies serangga, sehingga ada beberapa spesies serangga yang mampu beradaptasi pada kisaran suhu yang lebar uery-thermal dan pada kisaran suhu yang sempit steno-thermal. Keadaan suhu selama fase nimfa dan dewasa dapat mempengaruhi umur serangga. Sangat sulit menentukan pada keadaan suhu berapa yang paling sesuai bagi perkembangan populasi wereng batang coklat. Kisaran suhu normal untuk WBC makroptera jantan adalah 9-30 C dan untuk WBC makroptera betina adalah 10-32 C Suenega 1963 dalam Subroto et al . 1992. Kondisi suhu optimal untuk WBC, terutama untuk perkembahngan telur dan nimfa adalah 25-30 C, perkembangan embrio WBC akan terhenti jika suhu kurang dari 10 C Hirano, 1942 dalam Subroto et al. 1992. Menurut Abraham dan Nair 1975 dalam IRRI 1979, bahwa ledakan hama wereng batang cokelat terjadi pada selang suhu 20-30 C. Subroto et al. 1992 menyimpulkan suhu harian antara 28-30 C dan suhu malam hari yang rendah adalah suhu yang paling sesuai untuk pemunculan sejumlah serangga dewasa.

2.2.2 Kelembaban Udara

Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses biologi serangga, dimana kisaran kelembaban udara optimum pada umumnya sekitar 73-100. Kelembaban udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menghambat aktivitas dan kehidupan serangga, kecuali pada beberapa jenis serangga yang biasa hidup di tempat basah. Kelembaban optimum serangga berbeda menurut jenis dan stadium tingkatan kehidupan pada masing-masing perkembangan Sunjaya 1970. Kelembaban udara merupakan faktor iklim yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan WBC. Hino et al. 1970 dalam Alissa 1990 menyebutkan WBC sangat menyukai lingkungan yang memiliki kelembaban tinggi dengan RH optimal berkisar antara 70-85. Dalam sebuah penelitian, perkembangan WBC akan terhambat apabila dipelihara dalam kelembaban nisbi yang konstan di atas 80 pada suhu 29 C, namun perkembangannya lebih baik pada kelembaban nisbi yang konstan di bawah 80 pada suhu yang sama IRRI 1976 dalam Baco 1984. Serangan WBC berhubungan dengan kepadatan tanaman, radiasi matahari yang rendah, kelembaban yang tinggi, dan perbedaan suhu yang kecil antara siang dan malam hari.

2.2.3 Curah Hujan

Hujan mempengaruhi ekologi serangga, terutama pada pertumbuhan dan aktivitas serangga. Periodisitas timbulnya suatu hama erat hubungannya dengan periodisitas curah hujan tahunan dan perubahannya. Tetesan air hujan secara fisik langsung dapat menghanyutkan serangga- serangga yang berukuran kecil, sedangkan secara tidak langsung curah hujan dapat mempengaruhi kelembaban udara Sunjaya 1970. WBC memiliki sifat biological clock, dimana WBC mampu berkembang dengan baik di musim hujan dan musim kemarau yang terdapat hujan Baehaki 2005 dalam Susanti et al. 2007. Sebagian peneliti mengatakan bahwa ledakan populasi WBC lebih banyak terjadi pada musim hujan, tetapi mereka mengakui adanya keterkaitan antara curah hujan dengan peningkatan populasi WBC Hidayat 2000.

2.2.4 Cahaya dan Radiasi

Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda-beda antara serangga yang aktif pada siang hari diurnal dengan yang aktif pada malam hari nocturnal. Pada serangga yang aktif pada siang hari, keaktifannya akan dirangsang oleh keadaan intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya pada serangga malam hari keadaan cahaya tertentu mungkin dapat menghambat keaktifannya Uvarov 1931 dalam Koesmaryono 1987. Serangga yang mempunyai kebiasaan hidup dengan cahaya minimum dan lemah, apabila intensitas cahaya ditingkatkan akan mengakibatkan aktivitasnya akan tertekan, begitu pula sebaliknya. Meningkatnya intensitas cahaya dapat mempercepat kedewasaan serangga dan mempersingkat umur imagonya Sunjaya 1970. Faktor cahaya dan radiasi juga mempengaruhi kehidupan wereng batang coklat. Apabila WBC dewasa dipelihara di tempat gelap maka pematangan indung telur terhambat dan jumlah telur yang di letakkan juga kecil. WBC lebih banyak ditemukan pada musim yang sering mendapat radiasi langsung dibandingkan musim yang kurang mendapat sinar matahari langsung Suenaga 1963 dalam Baco 1984.

2.2.5 Angin