mereka mengakui adanya keterkaitan antara curah hujan dengan peningkatan populasi
WBC Hidayat 2000.
2.2.4 Cahaya dan Radiasi
Pengaruh cahaya terhadap perilaku serangga berbeda-beda antara serangga yang
aktif pada siang hari diurnal dengan yang aktif pada malam hari nocturnal. Pada
serangga yang aktif pada siang hari, keaktifannya akan dirangsang oleh keadaan
intensitas maupun panjang gelombang cahaya di sekitarnya. Sebaliknya pada serangga
malam hari keadaan cahaya tertentu mungkin dapat menghambat keaktifannya Uvarov
1931 dalam Koesmaryono 1987. Serangga yang mempunyai kebiasaan hidup dengan
cahaya
minimum dan
lemah, apabila
intensitas cahaya
ditingkatkan akan
mengakibatkan aktivitasnya akan tertekan, begitu
pula sebaliknya.
Meningkatnya intensitas
cahaya dapat
mempercepat kedewasaan serangga dan mempersingkat
umur imagonya Sunjaya 1970. Faktor
cahaya dan
radiasi juga
mempengaruhi kehidupan wereng batang coklat. Apabila WBC dewasa dipelihara di
tempat gelap maka pematangan indung telur terhambat dan jumlah telur yang di letakkan
juga kecil. WBC lebih banyak ditemukan pada musim yang sering mendapat radiasi
langsung dibandingkan musim yang kurang mendapat sinar matahari langsung Suenaga
1963 dalam Baco 1984.
2.2.5 Angin
Pertumbuhan dan
perkembangan serangga secara tidak langsung dipengaruhi
oleh angin. Angin mempengaruhi penguapan dan kelembaban udara yang secara tidak
langsung memberi efek pada suhu tubuh serangga maupun kadar air dalam tubuh
serangga.
Pemencaran dan aktivitas serangga dipengaruhi oleh gerak udara. Misalnya pada
serangga yang bertubuh ringan walaupun berdaya terbang lemah dan tidak bersayap
akan mampu pindah ke daerah yang lebih jauh, hal ini terjadi akibat adanya gerak udara
vertikal maupun gerak udara horizontal Sunjaya 1970.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1
Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan
April sampai dengan bulan September 2010 di Laboratorium Agrometeorologi Departemen
Geofisika dan Meteorologi. Dengan kajian di Kabupaten Cilacap, Kabupaten Pekalongan,
dan Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini:
1. Data iklim harian selama 8 tahun periode
tahun 2002 sampai 2009 yaitu data curah hujan CH, data suhu maksimum T max,
data suhu minimum T min, data suhu rata-rata T rata, data kelembaban udara
RH Sumber : BMG
2. Data luas serangan WBC 2 mingguan di
wilayah kajian selama 7 tahun 2003- 2009 Sumber : BPTPH Provinsi Jawa
Tengah 3.
Seperangkat komputer 4.
Microsoft Excel 5.
Minitab 14
3.3 Metode Penelitian
3.3.1. Persiapan Data
Data iklim harian wilayah kajian diubah menjadi data iklim 2 mingguan atau
setengah bulanan sesuai dengan data luas serangan WBC. Data luas seragan WBC
memiliki 4 kriteria yaitu Ringan R, Sedang S, Berat B, Puso P. Berikut ini kriteria
serangan WBC:
Tabel 1 Kriteria Luas Serangan WBC Kriteria Luas Serangan
Presentase Serangan Ringan
0-25 Sedang
25-50 Berat
50-85 Puso
85-100 Sumber : Ditjentan 1986
3.3.2. Pengolahan Data
Luas serangan bernilai nol atau tidak terjadi serangan tidak dimasukkan dalam
analisis data dengan tujuan untuk mengurangi error
dalam regresi sehingga diperoleh pola regresi yang lebih jelas. Hal ini karena tidak
adanya serangan disebabkan pengaruh faktor lain di luar faktor iklim yang terlalu besar atau
pengambilan data luas serangan WBC yang tidak akurat.
Analisis data faktor iklim dibedakan berdasarkan uji kesesuaian model regresi,
yaitu analisis metode regresi linier sederhana untuk
curah hujan,
regresi kuadratik
sederhana untuk faktor iklim lainnya, dan
regresi linier berganda untuk semua faktor iklim yang dianalisis. Data faktor iklim
digunakan sebagai peubah bebas dan data luas serangan WBC sebagai peubah respon.
Persamaan regresi linier sederhana digunakan untuk menyatakan hubungan antara
luas serangan dengan curah hujan. Analisis regresi linier sederhana dilakukan berdasarkan
musimnya, yaitu bulan April – September untuk musim kemarau, dan bulan Oktober –
Maret untuk musim hujan. Persamaan umum regresi linier sederhana yaitu :
Y = a + bx…………………1
dimana : y
= luas serangan WBC x
= curah hujan a,b
= konstanta Persamaan regresi kuadratik digunakan
untuk menyatakan hubungan antara luas serangan dengan faktor iklim selain curah
hujan yaitu suhu rata-rata, suhu makasimum, suhu minimum, dan kelembaban. Persamaan
umum regresi kuadratik sederhana adalah sebagai berikut :
Y = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2 2
………..2
dimana : y
= luas serangan WBC x
= Tmax, Tmin, Trata, dan RH a,b
= konstanta Analisis
regresi linier
berganda dilakukan untuk memperoleh hubungan lima
faktor iklim, yaitu suhu maksimum, suhu minimum, suhu rata-rata, kelembaban, curah
hujan secara keseluruhan terhadap luas serangan, sehingga dapat diketahui hubungan
faktor iklim dan luas serangan WBC secara umum. Persamaan regresi linier berganda
adalah sebagai berikut :
Y : a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
+ b
3
x
3
+ b
4
x
4
+ b
5
x
5
Dimana : y
= luas serangan WBC x
= unsur iklim a,b
= konstanta Analisis hubungan faktor iklim dengan
luas serangan WBC dilakukan pada berbagai waktu tunda time lag berdasarkan siklus
hidup WBC. Siklus hidup WBC berkisar 28- 32 hari atau kurang lebih satu bulan sampai
WBC menjadi serangga dewasa Subroto, et al
. 1992. Analisis tanpa memperhitungkan lag
berarti faktor iklim secara langsung mempengaruhi luas serangan pada saat terjadi
serangan atau ketika WBC pada fase imago aktif mencari makan. Analisis pada waktu
tunda setengah bulan lag 1 berarti faktor iklim mempengaruhi luas serangan pada
WBC pada fase nimfa. Analisis pada waktu tunda satu bulan lag 2 berarti faktor iklim
mempengaruhi luas serangan pada WBC pada fase telur.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1