Manfaat penelitian Pengetahuan 1. Definisi

1.3.Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan juru masak di rumah makan Jalan Asia, Medan tahun 2011 tentang infeksi cacing pita.

1.3.2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Karakteristik juru masak berdasarkan jenis kelamin, umur dan tingkat pendidikan. 2. Pengetahuan juru masak tentang definisi dan jenis spesies cacing pita yang bentuk dewasanya berada di tubuh manusia. 3. Pengetahuan juru masak tentang tanda dan gejala infeksi cacing pita. 4. Pengetahuan juru masak tentang cacing pita yang dapat menginfeksi otak. 5. Pengetahuan juru masak tentang cara penularan infeksi cacing pita. 6. Pengetahuan juru masak tentang pencegahan infeksi cacing pita. 7. Tingkat pengetahuan juru masak

1.4. Manfaat penelitian

Data dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk: 1. Masukan dalam rangka upaya meningkatkan pengetahuan yang dimiliki masyarakat Indonesia khususnya juru masak tentang infeksi cacing pita. 2. Masukan bagi Dinas Kesehatan untuk meningkatkan usaha dalam pengendalian infeksi cacing pita. 3. Masukan dalam upaya mencegah dan memberantas infeksi cacing pita di Indonesia khususnya di Medan. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 2.1. Infeksi Cacing Pita 2.1.1. Definisi Infeksi cacing pita atau taeniasis ialah penyakit zoonosis parasiter yang disebabkan cacing pita yang tergolong dalam genus Taenia dan . Manusia adalah hospes definitif bagi ., namun untuk dan manusia juga dapat berperan sebagai hospes perantara dimana hospes perantara sebenarnya adalah babi untuk atau Depkes, 2000. Infeksi terbatas di Asia dan banyak dijumpai di Republik Korea, China, Taiwan, Indonesia dan Thailand CDC, 2010. Menurut 9 , taeniasis ialah nama untuk infeksi intestinal yang disebabkan oleh cacing pita dewasa cacing pita sapi atau babi. Memakan daging babi atau daging yang mentah dan kurang matang merupakan faktor resiko primer untuk mendapat taeniasis. Menurut definisi 7 8 WHO dari sumber Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Bali, cacing pita adalah parasit sikloozonis yang dapat menular di antara hewan vertebrata dan manusia. Ada juga yang memasukkan pada kelompok cacing anthropozoonosis karena melihat fakta selain sebagai penyebar, manusia juga menjadi inang buntu dari parasit tersebut Infovet, 2007.

2.1.2. Cara penularan

Seseorang bisa terkena infeksi cacing pita taeniasia melalui makanan yaitu memakan daging yang mengandung larva, baik larva yang terdapat pada daging sapi . maupun larva . atau larva yang terdapat pada daging babi Depkes, 2000. Universitas Sumatera Utara

2.1.3. Morfologi dan Siklus Hidup Taenia sp.

Secara umum bagian tubuh sama seperti dan yaitu terdiri dari skoleks, leher dan strobila dimana strobila merupakan rangkaian dari proglotid imatur, matur serta yang telah mengandung telur proglotid gravid. Proglotid gravid memiliki 15130 cabang uterus yang dapat bergerak aktif keluar sendiri dari lubang dubur maupun bersama tinja penderita Tan, 2006. Walaupun cacing pita babi secara morfologinya sama seperti namun agak lebih pendek dan mempunyai skoleks yang berbeda. Skoleksnya terdiri dari 4 batil isap dengan 2 baris kait1kait. Telur dan tidak dapat dibedakan karena keduanya berukuran 31143 mikrometer dan berisi embrio Tan, 2001. Manusia merupakan satu1satunya hospes definitif bagi dan . Telur atau proglotid gravid akan terlepas dan ikut keluar bersama1sama tinja penderita, telur dapat bertahan untuk beberapa hari hingga bulan di lingkungan. Sapi dan babi terinfeksi ketika makan tumbuh1tumbuhan yang terkontaminasi dengan telur atau proglotid gravid. Dalam usus ternak, telur tergesek sehingga menetas membentuk larva yang disebut , seterusnya menginvasi dinding usus, dan bermigrasi ke otot1otot lurik, dimana mereka berkembang menjadi sistiserkus. Sistiserkus dapat bertahan hidup untuk beberapa tahun dalam tubuh hewan. Manusia terinfeksi setelah memakan daging yang mentah atau dimasak kurang matang. Di dalam usus manusia, sistiserkus berkembang dalam waktu 2 bulan menjadi cacing pita dewasa yang dapat bertahan hidup untuk beberapa tahun. Cacing pita dewasa melekat pada usus kecil dengan skoleks dan tinggal di dalam usus kecil. Panjang cacing dewasa biasanya 5 meter atau kurang untuk namun dapat mencapai sehingga 25 meter dan 2 hingga 7 meter untuk . Cacing dewasa menghasilkan proglotid yang mana akan matang, menjadi gravid, melepaskan diri dari cacing pita dan kemudian bermigrasi ke anus atau keluar bersama tinja kira1kira Universitas Sumatera Utara 6 per hari. dewasa umumnya mempunyai 1000 hingga 2000 proglotid, sementara dewasa mempunyai rata1rata 1000 proglotid. Telur1telur yang terdapat di dalam proglotid gravid terlepas setelah keluar bersama tinja penderita. dapat menghasilkan 100.000 telur dan dapat menghasilkan 50.000 telur per proglotid masing1masing CDC, 2010. Untuk dan , manusia juga berperan sebagai hospes perantara di mana manusia terinfeksi melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur1telur cacing atau yang menyebabkan sistiserkosis. Penularan dapat juga terjadi karena autoinfeksi, yaitu langsung melalui ano1oral akibat kebersihan tangan yang kurang dari penderita Taeniasis solium, atau autoinfeksi internal akibat adanya gerakan antiperistaltik dari usus maupun pemakaian obat teniacidal. Telur tidak menimbulkan sistiserkosis pada manusia Depkes, 2000.

2.1.4. Tanda dan Gejala Klinis

Menurut WHO 2005, kebanyakan carrier dan tidak sadar bahawa mereka terinfeksi cacing pita di usus. Namun, carrier mempunyai risiko yang besar untuk mendapat sistiserkosis melalui autoinfeksi fecal1oral dan anggota rumah tangga juga mempunyai risiko yang tinggi. Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis. Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala asimptomatik. Gejala klinis dapat timbul sebagai akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung, nausea mual, badan lemah, berat badan menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi sukar buang air besar, pusing, diare dan pruritus ani. Pada pemeriksaan darah tepi hitung jenis terjadi peningkatan eosinofil eosinofilia. Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis saginata. Secara psikologis, penderita dapat merasa cemas karena adanya segmen proglotid pada tinja dan pada Universitas Sumatera Utara segmen dapat lepas dan bergerak menuju spinchter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen. Segmenproglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka di Bali, banasan di Toraja dan manisan di Sumatera Utara Depkes, 2000. Penderita taeniasis merupakan sumber utama penularan sistiserkosis pada manusia. Di dalam suatu keluarga, jika salah satu anggota keluarga menderita taeniasis kemungkinan anggota keluarga lainnya akan menderita sistiserkosis. Hal ini telah dilaporkan oleh Sarti , di Mexico yaitu satu anggota keluarga menderita taeniasis, seringkali pada anggota keluarga lainnya didapatkan hasil sero1positif terhadap antigen Sistiserkosis yang disebabkan oleh larva atau metasestoda merupakan salah satu zoonosis yang dapat memberikan gejala1gejala berat khususnya bila larva terdapat pada otak atau mata. Larva menyebabkan gejala yang lebih ringan bilamana ditemukan di jaringan subkutan, otot atau organ lain. Pasien yang menderita sistiserkosis memperlihatkan tanda1tanda dan gejala klinis seperti benjolan di bawah kulit, mengalami serangan kejang1kejang dan sakit kepala. Di samping itu, penderita sistiserkosis otak seringkali mengalami luka bakar Subahar ., 2005.

2.1.5. Diagnosa

Diagnosa taeniasis dapat ditegakkan melalui dua cara yaitu dengan menanyakan riwayat penyakit dan melakukan anal swab. Di dalam anamnesis perlu ditanyakan antara lain apakah penderita pernah mengeluarkan proglotid segmen dari cacing pita baik pada waktu buang air besar maupun secara spontan. Bila memungkinkan sambil memperlihatkan contoh potongan cacing yang diawetkan dalam botol transparan Depkes, 2000.

2.1.6. Pencegahan

Metode utama dalam mencegah infeksi cacing pita adalah dengan memasak daging hingga matang Kasper , 2008. Menurut Depkes 2000, langkah pencegahan infeksi cacing pita adalah dengan menghilangkan sumber infeksi dengan Universitas Sumatera Utara cara mengobati penderita taenasis, pemakaian jamban sehingga tinja manusia tidak dimakan oleh babisapi dan tidak mencemari tanah atau rumput, babi atau sapi dikandangkan sehingga tidak dapat berkeliaran, pemeriksaan daging oleh dokter hewanmantri hewan di Rumah Potong Hewan RPH, sehingga daging yang mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat. 2.2. Pengetahuan 2.2.1. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari ‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Menurut Notoatmodjo 2007, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang. Maka, dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan Notoatmodjo, 2007. Menurut Notoatmodjo 2007, pengetahuan mempunyai enam tingkat yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,sintesis dan evaluasi. Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Maka, ‘tahu’ merupakan tingkat pengetahuan rendah dan untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari anatara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan secara benar. Orang yang memahami materi yang dipelajarinya harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara Aplikasi merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum1hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain, misalnya dalam menggunakan rumus statistik dalam perhitungan1perhitungan hasil penelitian. Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen1komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya antara satu sama lain. Kemampuan ini dapat dinilai melalui dari penggunaan kata1kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan dan sebagainya. Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian1bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan1rumusan yang telah ada. Tingkat terakhir menurut Notoatmodjo 2007 adalah evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian1penilaian ini dapat berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria1kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat menentukan kesehatan masyarakat. Maka, masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan keadaan lingkungan sosial menjadi sehat. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat1tingkat tersebut di atas Notoatmodjo,2007. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERA GKA KO SEP DA DEFI ISI OPERASIO AL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dokumen yang terkait

Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Babi {Porcina) Di Rumah Makan Babi Panggang Karo Sekitar Padang Bulan-Simpang Selayang Medan Tahun 2005

0 33 57

Pemeriksaan Larva Cacing Pita pada Daging Babi(porcina) di Rumah Makan Pabi Panggang Karo Sekitar Padang Bulan-Simpang Selayang Medan Tahun 2005

1 28 56

Pengembangan metode diagnosa dini infeksi cacing pita pada ayam melalui deteksi antigen cacing di dalam tinja (koproantigen)

0 15 1

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

2 20 80

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 15

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 2

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 5

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 21

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 2

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 2