6 per hari. dewasa umumnya mempunyai 1000 hingga 2000 proglotid,
sementara dewasa mempunyai rata1rata 1000 proglotid. Telur1telur yang
terdapat di dalam proglotid gravid terlepas setelah keluar bersama tinja penderita.
dapat menghasilkan 100.000 telur dan dapat menghasilkan 50.000
telur per proglotid masing1masing CDC, 2010. Untuk
dan , manusia juga berperan sebagai hospes
perantara di mana manusia terinfeksi melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh telur1telur cacing
atau yang menyebabkan sistiserkosis.
Penularan dapat juga terjadi karena autoinfeksi, yaitu langsung melalui ano1oral akibat kebersihan tangan yang kurang dari penderita Taeniasis solium, atau
autoinfeksi internal akibat adanya gerakan antiperistaltik dari usus maupun pemakaian obat teniacidal. Telur
tidak menimbulkan sistiserkosis pada manusia Depkes, 2000.
2.1.4. Tanda dan Gejala Klinis
Menurut WHO 2005, kebanyakan carrier dan
tidak sadar bahawa mereka terinfeksi cacing pita di usus. Namun, carrier
mempunyai risiko yang besar untuk mendapat sistiserkosis melalui autoinfeksi
fecal1oral dan
anggota rumah tangga juga mempunyai risiko yang tinggi.
Gejala klinis taeniasis sangat bervariasi dan tidak patognomosnis. Sebagian kasus tidak menunjukkan gejala asimptomatik. Gejala klinis dapat timbul sebagai
akibat iritasi mukosa usus atau toksin yang dihasilkan cacing. Gejala tersebut antara lain rasa tidak enak pada lambung, nausea mual, badan lemah, berat badan
menurun, nafsu makan menurun, sakit kepala, konstipasi sukar buang air besar, pusing, diare dan pruritus ani. Pada pemeriksaan darah tepi hitung jenis terjadi
peningkatan eosinofil eosinofilia. Gejala klinis taeniasis solium hampir tidak dapat dibedakan dari gejala klinis taeniasis saginata. Secara psikologis, penderita dapat
merasa cemas karena adanya segmen proglotid pada tinja dan pada
Universitas Sumatera Utara
segmen dapat lepas dan bergerak menuju spinchter anal yang merupakan gerakan spontan dari segmen. Segmenproglotid ini dikenal dengan istilah ampas nangka di
Bali, banasan di Toraja dan manisan di Sumatera Utara Depkes, 2000. Penderita taeniasis
merupakan sumber utama penularan sistiserkosis pada manusia. Di dalam suatu keluarga, jika salah satu
anggota keluarga menderita taeniasis kemungkinan anggota keluarga lainnya akan menderita sistiserkosis. Hal ini telah dilaporkan oleh Sarti
, di Mexico yaitu satu anggota keluarga menderita taeniasis, seringkali pada anggota keluarga lainnya
didapatkan hasil sero1positif terhadap antigen Sistiserkosis yang
disebabkan oleh larva atau metasestoda merupakan salah satu zoonosis
yang dapat memberikan gejala1gejala berat khususnya bila larva terdapat pada otak atau mata. Larva menyebabkan gejala yang lebih ringan bilamana ditemukan di
jaringan subkutan, otot atau organ lain. Pasien yang menderita sistiserkosis memperlihatkan tanda1tanda dan gejala klinis seperti benjolan di bawah kulit,
mengalami serangan kejang1kejang dan sakit kepala. Di samping itu, penderita sistiserkosis otak seringkali mengalami luka bakar Subahar
., 2005.
2.1.5. Diagnosa