‘Petani’ Menjadi Kepala Desa

Bagian III 132

3.2. ‘Petani’ Menjadi Kepala Desa

Kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan di agenda Rembug Tani III tahun 2007 ini menandakan dimulainya strategi baru yang sudah disepakati oleh semua anggota organisasi secara formal yaitu PPL. Strategi baru PPL, disadari oleh FPPB, bukan berarti tidak mengandung konsekuensi: Banyak hal yang perlu diwaspadai selama dijalankannya strategi ini, baik selama masa sebelum Pilkades maupun setelah Pilkades itu sendiri. Paling tidak, FPPBFP2NBP sudah menyadari bahwa sebelum Pilkades hal yang pasti dihadapi adalah masalah pengorganisasian pemilih yang diharapkan tidak hanya berasal dari kalangan anggota organisasi saja, dan masalah-masalah administrasi yang harus dipenuhi oleh calon kepala desa. Demikian juga hal-hal yang harus diantisipasi ketika pemilihan sudah berlangsung, baik apabila kader benar-benar terpilih maupun tidak terpilih. Jika kader organisasi terpilih, yang diwaspadai adalah kondisi bahwa semua kader yang didukung adalah orang-orang yang tergolong baru di dunia birokrasi, selain itu juga kader yang akan menjadi Kepala Desa tidak sekadar mengemban tugas sebagai kepala desa pada umumnya, tetapi juga dibebani tanggung jawab untuk memajukan organisasi. Untuk mengantisipasi hal ini, rangkaian pendidikan kepala desa juga sudah didiskusikan untuk terus dilaksanakan setelah pemilihan. Sedangkan untuk kader yang tidak terpilih, organisasi harus melakukan upaya-upaya agar kepala desa terpilih bisa dipengaruhi agar tujuan organisasi tetap bisa tercapai. Untuk mengantisipasi hal tersebut, organisasi mendapat tugas untuk meyakinkan kepada semua anggotanya bahwa strategi ini merupakan bagian dari strategi besar organisasi dan pijakan utamanya adalah keutuhan organisasi. Hal ini dimaknai dengan segala hal yang memungkinkan terjadinya perpecahan di antara anggota organisasi yang disebabkan oleh dijalankannya strategi PPL, maka segala hal yang sudah dilakukan untuk menjalankan PPL bisa ditinggalkan begitu saja demi keutuhan organisasi. Jika konsolidasi di dalam organisasi berhasil dilakukan, tugas berat yang berikutnya adalah meyakinkan semnua anggota agar tidak memilih calon dari luar organisasi. Hal yang ditekankan kepada anggota adalah bahwa jika memilih calon dari organisasi, mereka akan mendapatkan dua kemenangan, yaitu keutuhan organisasi dan mendapatkan tanah melalui proses penyelesaian kasus tanah oleh organisasi. Selain itu, faktor-faktor di luar dugaan atau di Bagian III 133 luar kontrol organisasi mungkin saja terjadi, misalnya adanya kelompok-kelompok kepentingan lain yang ada di dalam desa yang memanfaatkan saat keikutsertaan anggota FPPBFP2NBP di arena Pilkades. Tidak sampai 30 hari setelah Rembug Tani, yaitu bulan Maret-April 2007, beberapa organisasi sudah memunculkan kadernya untuk dicalonkan menjadi kepala desa. Sesuai dengan kesepakatan organisasi, setiap kader yang dicalonkan dilaporkan kepada pengurus FPPBFP2NBP 123 . Pada saat itu, kader-kader yang sudah dipastikan mengikuti Pilkades di desa masing-masing adalah mereka yang berasal dari OTL P2KM dan P2SD. Begitu juga dengan inisiatif yang sudah dijalankan sebelum Rembug Tani III berlangsung, yaitu yang dilakukan oleh OTL di Desa Kuripan yaitu PT3S dan P2BS. Pengurus kedua OTL ini menyusulkan laporannya secara tertulis hingga diputuskan untuk mencalonkan orang yang bukan merupakan kader organisasi. Berdasarkan laporan tertulis yang diberikan oleh pengurus P2BS, telah diputuskan calon organisasi yang bukan dari kader organisasinya melalui 4 kali pertemuan yang dilakukan sepanjang bulan Januari – Februari 2007, termasuk mendiskusikan hal-hal yang harus disepakati oleh calon kepala desa yang akan didukung jika kemudian terpilih menjadi kepala desa 124 . Prosesnya relatif tidak banyak menghadapi kendala, karena kemudian Suprapto 125 – calon yang akan didukung oleh anggota PT3S dan P2BS – secara formal mengajukan permohonan dukungan organisasi dan menyatakan menyepakati hal-hal yang disyaratkan oleh organisasi 126 . 123 Kenjur – kader OTL P2KM mencalonkan diri menjadi Kepala Desa Kebumen lihat Surat Kenjur kepada Ketua FPPB, tanggal 19 Maret 2007, diketahui oleh ketua P2KM, Daryoso –kader OTL P2SD mencalonkan diri menjadi Kepala Desa Sembojo lihat Surat dari Daryoso kepada ketua FPPB, tanggal 31 Maret 2007, diketahui oleh Ketua P2SD Sembojo, Sukisto – kader OTL P2SD Batiombo mencalonkan diri menjadi Kepala Desa Batiombo lihat surat Sukisto kepada Ketua FPPB, tanggal 9 April 2007, diketahui oleh pengurus P2SD Batiombo, Sutrimo – kader OTL P2SD Posong lihat surat dari Sutrimo kepada Ketua FPPB, tanggal 8 April 2007, diketahui oleh Ketua P2SD dan Ketua P2SD Gunung Sari, Solihin – Ketua OTL P2SD Wonosegoro mencalonkan menjadi Kepala Desa Wonosegoro lihat surat dari Solihin kepada Ketua FPPB, tanggal 27 April 2007, diketahui oleh Ketua II P2SD Wonosegoro. 124 Lihat dokumen “Berita Acara OTL P2BS Seleksi Bakal Calon Kades, Desa Kuripan Kecamatan Subah KabupatenBatang”, tanggal 7 Februari 2007, ditandatangani oleh Ketua P2BS Sumitro dan Sekretaris Nurhasan. 125 Calon Kepala Desa Kuripan yang bukan merupakan anggota OTL PT3S dan P2BS. 126 Lihat Surat dari Suprapto kepada ketua PT3S, tanggal 5 Februari 2007 tembusan kepada HW – Konsultan FP2NBP dan Ketua FP2NBP Bagian III 134 Di OTL-OTL lainnya, proses terus berjalan sesuai dengan kesepakatan organisasi, yaitu melakukan pemetaan di desanya masing-masing dan melakukan proses pemilihan kader untuk dicalonkan menjadi kepala desa. Prosesnya berbeda di setiap desa, beberapa desa memerlukan proses sosialisasi atau pengarahan yang dilakukan langsung oleh pengurus kabupaten FPPBFP2NBP. Upaya yang dilakukan dengan sangat intensif ini di antaranya untuk lebih menegaskan kepada semua anggota bahwa perjuangan organisasi saat ini memasuki babak baru, dan peran serta setiap anggota adalah kunci untuk mensukseskan strategi yang baru saja dirumuskan di dalam Rembug Tani III 2007. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan oleh Ketua FP2NBP, Sugandi, di Kabupaten Batang terdapat 30 desa atau 10 dari desa yang ada di Kabupaten Batang merupakan kantung-kantung basis anggota FP2NBP yang hendak dirembukkan dan menjadi sasaran PPL. Namun, pada saat itu FP2NBP baru menyiapkan 11 calon kepala desa, yaitu di Desa Simbangjati, Gringgingsari, Batiombo, Kuripan, Kebumen, Kalisari, Gondang, Posong, Sembojo, Wonosegoro, dan Keteleng. Sugandi kemudian menuturkan bahwa misi selanjutnya adalah akan mendesak Pemerintah Kabupaten Batang untuk menyetujui RAPBD yang pro-petani, serta rencana di tahun 2009 nanti, FPPBFP2NBP juga berencana menjadikan enam calonnya berhasil menduduki kursi DPRD Kabupaten Batang 127 . Atas dasar pemetaan ketua FPPBFP2NBP tersebut, semua pengurus OTL beserta pengurus FPPBFP2NBP menjalankan semua rencana kerja ke arah tercapainya target PPL. Setelah 11 calon yang akan mengikuti Pilkades di masing-masing desanya diidentifikasi, kemudian FPPBFP2NBP menggelar rangkaian agenda pendidikan untuk calon Kepala Desa dan pendidikan tim sukses pemenangan calon kepala desa. Kedua pendidikan ini merupakan rangkaian pendidikan politik yang juga sudah digariskan oleh FP2NBP di dalam setiap Rembug Tani sejak tahun 2005. Khusus dalam konteks pelaksanaan Pilkades di masing-masing desa, pendidikan untuk calon kepala desa dan untuk tim sukses ini juga merupakan pendidikan politik secara keseluruhan bagi semua anggota organisasi. Hal ini juga dianggap sebagai satu cara untuk mengisi kekosongan agenda pendidikan rakyat yang selama ini hanya didapatkan dari proses politik praktis 127 Lihat “Petani Siap Jadi Kepala Desa: FP2NBP Siapkan Sebelas Kader Calon Kepala Desa”, Kompas, 26 Februari 2007. Bagian III 135 saat Pemilu dan Pemilu pemilihan presiden serta wakil presiden yang diselenggarakan setiap 5 tahun sekali 128 . Di dalam rangkaian pendidikan ini, khususnya pendidikan untuk calon kepala desa, ditekankan tentang cara-cara untuk ikut serta dalam Pilkades sedangkan pendidikan untuk tim sukses ditekankan pada keterampilan-keterampilan individual sebagai bagian dari tim agar dapat menarik massa lebih banyak untuk memilih calon yang diusungnya, dalam hal ini untuk mendukung calon yang diusung oleh organisasi. Salah satu target dari pendidikan untuk kepala desa ini adalah terumuskannya dokumen visi dan misi masing-masing calon kepala desa yang akan mengikuti Pilkades; dokumen tersebut dimaksudkan untuk dijadikan acuan dalam proses-proses kampanye sebelum waktu Pilkades di masing-masing desa, serta menjadi acuan kerja selama periode jabatan mereka jika terpilih menjadi kepala desa. Di dalam pendidikan sangat ditekankan bahwa FPPBFP2NBP memiliki cita-cita agar petani menjadi Lurah Kepala Desa tidak semata-mata karena persoalan tanah, karena nantinya kepala desa akan menjadi pemimpin desa bukan hanya pemimpin organisasi yang jujur dan dididik dalam organisasi dan pada akhirnya menjadi panutan masyarakat desa secara keseluruhan 129 . Ada sedikit kerancuan antara apa yang dicita-citakan dengan digulirkanya strategi baru ini dengan apa yang ditekankan di dalam pendidikan untuk kepala desa, yaitu penekanan bahwa yang dicita-citakan FPPBFP2NBP dengan mendudukkan kadernya di posisi kepala desa tidak semata- mata karena persoalan tanah, padahal di dalam diskusi-diskusi yang dilakukan sejak tahun 2005, posisi kepala desa sangat penting untuk mempercepat proses penyelesaian masalah tanah di desanya sebagai pijakan awal untuk pembangunan desa selanjutnya. Penekanan ini akan sangat mudah dipahami jika kader-kader yang diusung mengikuti secara utuh diskusi-diskusi yang dilakukan sejak awal digulirkannya wacana Gerakan Politik hingga sekarang dinamakan PPL. Beberapa hal mungkin terjadi dalam dinamika proses internalisasi calon kepala desa yang turut serta dalam pendidikan karena penekanan selanjutnya adalah agar kepala desa yang diusung oleh organisasi menjadi 128 Seperti dituturkan oleh Handoko Wibowo dalam “FPPB Didik Calon Kades Terapkan Politik Anti Kekerasan, Suara Merdeka, 9 Agustus 2007. 129 Lihat Dokumen “Rangkuman Materi Sekolah Tim Sukses Pilkades: Materi Strategi Pemenangan Pilkades”, Tahap I Gelombang 2, FPPB, 2007. Bagian III 136 panutan bagi seluruh masyarakat desa secara keseluruhan. Di sinilah peran penting media pendidikan ini selanjutnya, agar tidak terjadi penafsiran secara sendiri-sendiri tentang panutan seperti apa yang seharusnya dimiliki oleh seorang kepala desa yang diusung oleh organisasi. Apakah hanya sebatas menjadi kepala desa yang bertindak sesuai dengan ketentuan hukum yang mendasari jabatannya? Atau menjadi panutan karena bertindak menjadi agen keadilan dan kesejahteraan di desanya, bukan saja untuk kesejahteraan anggotanya semata tetapi seluruh masyarakat desa secara keseluruhan? Pertanyaan-pertanyaan tersebut setidaknya dapat dikonfirmasi dengan adanya visi dan misi sejumlah calon kepala desa yang akan diusung oleh organisasi. Misalnya, di dalam naskah-naskah visi dan misi peserta pendidikan kepala desa FPPB, salah satunya yang dituangkan dalam dokumen yang disusun oleh calon kepala desa di Desa Sembojo, Daryoso, adalah jika terpilih menjadi kepala desa, visinya adalah “Mewujudkan terciptanya masyarakat desa yang hidup dalam suasana aman dalam kerukunan, guyup bergotong royong, sejahtera secara ekonomi dan bertakwa kepada Allah Yang Maha Esa”. Sementara misinya adalah “senantiasa melakukan pendampingan, pengawalan, dan mencari penyelesaian yang baik terhadap setiap masalah yang menimpa masyarakat desa” 130 . Kalimat-kalimat yang dituangkan ini memang menandakan bahwa dalam kepemimpinannya nanti sebagai kepala desa , ia akan bekerja bukan hanya untuk anggota organisasi di desanya saja, melainkan untuk menaungi seluruh masyarakat di esanya. Sementara untuk misinya jika terpilih menjadi kepala desa, terkesan sebagai pernyataan yang responsif, mengingat selama ini desa banyak masalah yang tidak terselesaikan atau paling tidak ditampungnya setiap permasalahan yang timbul di masyarakat oleh aparat pemerintahan desa. Hal ini juga dinyatakan di dalam misi calon kepala desa di Desa Batiombo, yaitu “desa sebagai salah satu pemerintahan di tingkat bawah punya peran sangat penting dalam hal mensejahterakan masyarakatnya, dana yang begitu besar dikucurkan pemerintah pusat guna pembangunan berbagai infrastruktur penunjang kesejahteraan rakyat hendaknya mampu dimanfaatkan oleh kepala desa-kepala desa sehingga benar-benar tepat sasaran dalam pembangunan infrastruktur di desa” 131 . 130 Lihat dokumen “Visi dan Misi Calon Kades Sembojo Kecamatan Tulis Kabupaten Batang”, oleh Daryoso, 8 September 2007. 131 Lihat dokumen “Visi dan Misi Calon Kades Batiombo”, oleh Sukisto, 3 September 2007 Bagian III 137 Pernyataan ini lebih tegas menyatakan bahwa jika terpilih menjadi kepala desa, secara spesifik hanya akan memperbaiki manajemen keuangan desa, khususnya dalam pengelolaan dana-dana yang turun dari pemerintahan pusat. Kerancuan di atas, dapat dilihat dari sisi lain, yaitu sebagai salah satu upaya untuk memperoleh simpati dari warga desa yang tidak termasuk dalam organisasi FPPBFP2NBP. Di sinilah peran tim sukses yang dibentuk di masing-masing desa, yaitu melakukan pemetaan tentang apa yang menjadi kebutuhan masyarakat desa secara keseluruhan dan hal-hal apa yang akan menarik perhatian masyarakat sehingga bisa menentukan pilihan calon kepala desa. Hal ini biasa dilakukan dalam setiap kompetisi, termasuk di dalam pertarungan merebut kekuasaan politik di desa, karena yang terpenting adalah tujuan besarnya, yaitu agar terjadi perubahan mendasar dalam kehidupan di pedesaan khususnya di basis-basis anggota FPPNFP2NBP dalam penguasaan tanah untuk kehidupan di masa datang yang lebih baik.

3.3. Kepala Desa Sebagai Ujung Tombak Perjuangan FPPBFP2NBP di Tingkat Desa