Bagian II
116
karena proses pengambilalihan secara paksa pada November tahun 2007, kasus ini masih bisa dikategorikan ke dalam kelompok ini. Untuk kelompok pertama ini, upaya-upaya
melakukan desakan-desakan kepada instansi terkait cukup tampak dan dapat menunjukkan bagaimana dinamika birokrasi di dalam upaya penyelesaian kasus tanah di
Kabupaten Batang. 2 Kelompok kedua adalah kelompok yang digolongkan belum menduduki lahan
perkebunan, tetapi masih bertahan untuk tetap tinggal di areal perkebunan, yaitu OTL P2KPPPMGK vs PT Pagilaran. Anggota OTL P2KPPPMGK masih harus menyusun
rumusan aksi agar dapat melakukan pendudukan lahan perkebunan Pagilaran. Sementara ini yang mereka lakukan dan mereka anggap sebagai strategi jangka panjang adalah tetap
tinggl di emplasemen yang dahulunya adalah perkampungan tempat orang tua mereka tinggal.
Berdasarkan luas tanah yang dituntut versus luas yang dikuasai oleh pemegang HGU, petani penggarap dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok, yaitu 1 petani penggarap yang
menuntut seluruh tanah yang dikuasai pemegang HGU; dan 2 petani penggarap yang hanya menuntut sebagian tanah yang dikuasai pemegang HGU. Lihat Tabel 2.4 di atas
B. Strategi Perjuangan
Berdasarkan 2 pengelompokan di atas, yaitu kelompok 1 yang sudah menguasai lahan tetapi belum mempunyai bukti kepemilikan sah terhadap tanah tersebut; dan 2 yang sama
sekali belum berhasil menduduki lahan yang dituntut, dari kajian 4 kasus ini tampak strategi yang berbeda satu sama lain, atau paling tidak terdapat perbedaan karena tahapan
perjuangannya pun berbeda. Strategi yang dikembangkan oleh organisasi yang dikelompokkan dalam kelompok 1
yang terdiri atas OTL P4T, P2BS dan P2SD, sejak mereka tidak lagi terikat perjanjian bagi hasil maupun tumpangsari di atas tanah garapannya adalah tetap melakukan penggarapan dengan
Bagian II
117
beberapa pertimbangan. Pertimbangan yang paling menonjol adalah ketidakadaan lahan lain untuk menjadi sumber mata pencaharian. Hingga saat ini, mereka tetap menggarap sambil
melakukan kegiatan yang lain untuk terus mengupayakan hak atas tanah yang mereka garap. Mereka melakukan rangkaian kegiatan lobi dan negosiasi dengan pihak-pihak terkait,
khususnya Kantor Pertanahan Kabupaten Batang, Kanwil BPN Jawa Tengah, Bupati Batang, Gubernur Jawa Tengah dan yang terpenting adalah melakukan rangkaian pertemuan dengan
pihak perusahaan pemegang HGU. Hal ini bisa dilakukan secara bersama-sama di bawah koordinasi FPPBFP2NBP atau pun sendiri-sendiri masing-masing organisasi. Terkait dengan
upaya-upaya pertemuan dengan pihak perusahaan, ketiga OTL ini sering kali menemui kesulitan, dan sering kali pertemuan yang sudah direncanakan gagal karena ketidakhadiran
pihak perusahaan. Selain itu juga, untuk lebih memberikan gaung gerakan serta desakan-desakan yang
kuat terhadap tuntutan organisasi, bersama-sama mereka melakukan aksi mobilisasi massa. Sasaran tuntutan dengan cara mobilisasi massa ini adalah instansi-instansi terkait dengan
tujuan meminta penjelasan langsung di hadapan semua petani penggarap tentang kejelasan tuntutan hak atas tanah yang sedang mereka lakukan. Bagi pengurus-pengurus OTL dan
FPPBFP2NBP, upaya ini merupakan upaya untuk mendapatkan pernyataan resmi dari pejabat terkait sehingga dapat dijadikan pegangan oleh semua anggota organisasi dan alat
tagih untuk menjalankan strategi selanjutnya. Misalnya, pada saat aksi mobilisasi massa di kantor Pertanahan Kabupaten Batang, Kepala Kantor Pertanahan kemudian menjanjikan
akan segera membentuk tim penyelesaian kasus sengketa di Kabupaten Batang setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Kanwil BPN Provinsi Jawa Tengah. Dengan adanya
pernyataan ini semua anggota organisasi menunggu tindak lanjut pembentukan tim dan kemudian proses bekerjanya tim. Di dalam perjalanannya, ke-4 OTL baik secara bersama-
sama maupun masing-masing dapat dikatakan sangat intensif melakukan upaya-upaya mendesak instansi yang menjadi target untuk memenuhi tuntutan mereka. Mereka
menghabiskan, banyak waktu untuk merencanakan dan melaksanakan mobilisasi massa.
Bagian II
118
C. Organisasi Tani sebagai Alat Perjuangan