Tinggi Rendah Nada. Tujuan Memadukan setiap unsur seni dalam satu waktu pembelajaran, yang dapat

bergerak dengan mata tertutup ke seluruh ruangan harus menemukan pada sudut mana tidak ada bunyi dan peserta didik menuju ke tempat itu atau menunjukkan dengan jari arah „ketiadaan bunyi“ tadi. 7. 2 bunyi diperdengarkan secara serentak dari berbagai arah. Peserta didik berjalan menuju pada bunyi yang telah disepakati seblumnya atau menunjukkan arahnya. 8. Seorang anak dengan bantuan bunyi menuntun anak yang lain yang matanya tertutup mencari menemukan sesuatu keseluruh ruangan. 9. Peserta didik duduk ditengah ruangan dengan mata tertutup. Mereka dari sudut ruang yang berlainan memperdengarkan bunyi-bunyi bergiliran satu sama lain. Peserta didik mendengarkan sesaat dan memperdengarkan lagi urutan bunyi yang terdengar berdasarkan ingatannya. Setelah berlatih dengan cukup lama jumlah bunyi semakin dinaikkan, yang awalnya 2 bunyi ditingkatkan menjadi max. 5 bunyi. 10. Balon karet ditiup tetapi tidak diikat. Jika semua anak telah menutup matanya, guru melepaskan balon ke udara. Udara yang keluar dari balon mengakibatkan balon karet bergerak dengan sangat cepat dan selalu menuju ke arah yang baru. Peserta didik harus mendengarkan sebaik-baiknya dimana balon tadi mendarat. 11. Setiap anak mendapatkan ban karet. Setelah mendengarkan tanda bunyi tertentu semua anak memutarnya dan melepaskannya. A. Peserta didik mengamati ban karet yang mana yang paling lambat berputar. B. Peserta didik menutup matanya dan mencoba mendengarkan ban yang mana yang paling lama berputar. Peserta didik menunjukkan dengan jari ke arah ban tersebut. 12. Didalam ruang kelas disembunyikan sebuah alat sumber bunyi, yang mempruduksi bunyi secara terus menerus misalnya jam Wecker, Radio dll. Peserta didik mencoba menemukan sumber bunyi. 13. Untuk latihan berikut diperlukan ember cuci yang berbeda-beda warna bisa ditempel kertas atau dicat. Peserta didik mendapatkan 3 kartu warna yang sesuai dengan warna ember. Ember cuci diletakkan dengan jarak sekitar 1 meter saling berdekatan di atas lantai. Di salah satu ember diletakkan Radio disesuaikan dengan kondisi ruang dan kemampuan peserta didik menangkap kekerasasn bunyi, tanpa bahwa peserta didik melihatnya.Peserta didik mencoba mendengarkan dan menemukan dari ember mana bunyi tersebut berasal. Mereka mengangkat kartu berwarna ke atas.

F. Tinggi Rendah Nada.

Adalah bukan pekerjaan pendidikan taman kanak-kanak, untuk menjembatani agar peserta didik mempu membedakan secara detail tinggi rendah nada dan menentukan tinggi rendah nada. Pada awalnya sangat penting agar istilah tinggi dan rendah dapat dialami oleh peserta didik. Umumnya nada yang tinggi ditandai sebagai bunyi yang terang dan bunyi yang rendah ditandai dengan bunyi yang gelap. Terang dan gelap adalah warna nada dan bukannya tanda-tanda tinggi rendah nada bandingkan misalnya antara bunyi Xylophon dengan Glockenspiel. Sangat penting bahwa semua latihan pada awalnya keluar dari suasana yang extrim dan jarak nada lama kelamaan diperkecil. 1. Peserta didik menggambarkan Xylophon atau Metallophon. Mereka harus mengenali bahwa dalam isntrument tersebut terdapat bilah-bilah nada yang besar dan yang kecil. Jika tersedia piano, bisa dibandingkan dan diperjelas dengan panjangnya senar piano. 2. Bilah-bilah nada diambil dari instrumen dan diletakkan secara tidak beraturan. Peserta didik mencoba menyusun kembali bilah-bilah nada secara benar. 3. Peserta didik mendengarkan bunyi-bunyi dari bilah nada yang besar dan yang kecil dan selanjutnya ditegaskan bahwa ada bunyi yang gelap dan yang lainnya terang. 4. Peserta didik menutup matanya. Sebuah bilah nada dipukul. Peserta didik diminta menyebutkan apakah yang dibunyikan tadi bilah yang besar ataukah yang kecil. 5. Peserta didik meraba bilah-bilah nada dengan keadaan mata tertutup. Berdasarkan ukuran bilah-bilah nada, peserta didik menentukan apakah yang mereka raba bilah yang gelap ataukah yang terang. Sebagai kontrol maka bilah tadi dibunyikan. 6. Pengetahuan bahwa interument yang besar berbunyi berbeda dibandingkan dengan instrumen yang kecil lainnya perlu diperjelas, misalnya juga untuk triangel, Zimbal dll. 7. Persiapan: Bilah-bilah nada Metalophone atau Xylophon diikat dengan tapi karet. Metallophone diletakkan secara vertikal diatas lantai, dengan demikian bilah-bilah nada yang rendah terletak dibawah. Sekarang dibuat sebagai perbandingan bahwa instrument terlihat seperti menara yang memiliki kemiripan semakin tinggi semakin kecil. Dalam kesempatan ini tanda-tanda nada yang benar seperti tinggi dan rendah diperkenalkan artuinya bilah-bilah nada yang terdapat dibagian atas instrument adalah menghasilkan nada-nada tinggti dan bilah-bilah yang terdapat di bawah adalah nada-nada rendah. Latihan-latihan sebelumnya yang pada awalnya dilaksanakan dengan tanda gelap dan terang, saat ini diulangi lagi dengan tanda-tanda yang benar. 8. Peserta didik menggambar menara di papan tulis ataupun kertas sesuai dengan tanda-tanda nada yang berbunyi. Artinya pada saat nada tinggi berbunyi peserta didik menggambar tanda pada puncak menara, dan pada saat nada rendah berbunyi peserta didik menggambar tanda pada dasar menara. Untuk latihan ini sebaiknya peserta didik sebelumnya memiliki kemungkinan untuk melihat instrumen yang memproduksi nada-nada. Pada akhirnya peserta didik dengan tanpa bantuan gambar mampu menentukan nada secara benar. 9. Nada-nada disusun dengan warna-warna. Setiap anak mendapatkan setiap warna satu kartu berwarna. Ketika nada dibunyikan peserta didik mengangkat kartu yang sesuai tinggi-tinggi. sebaiknya memakai 2 nada yang berbeda, yang mana didalam latihan jaraknya lama kelamaan semakin dipersempit. 10. Kartu-kartu warna diletakkan pada lantai yang sebelumnya diletakkan ban karet. Ketika nada dibunyikan peserta didik berjalan ke ban karet yang sesuai dengan letak kartu. 11. Setiap anak menerima beberapa kartu warna. Setiap anak mencari sendiri tempat di ruangan, yang mana nantinya dapat meletakkan kartunya dengan tanpa halangan. Selanjutnya dimainkan berbagai rangkaian nada-nada tinggi dan rendah secara berturut-turut. Peserta didik mengambil kartu yang sesuai dan meletakkan didepannya diatas lantai, sehingga meghasilkan suatu susunan tertentu. Jika tidak terdapat kesalahan,untuk selanjutnya semua anak harus meletakkan rangkaian yang sama. Latihan ini mensyaratkan sejumlah pengertian peserta didik untuk deretan yang berjalan. Kebanyakan anak meletakan kartu yang baru terkadang disebelah kiri terkadang disebelah kanan, sehingga kesan keseluruhan salah, meskipun masing-masing telah memilih kartu dengan benar. Disini dapat dipergunakan pembatas ruang tali, bilah-hilah dll, agar peserta didik bisa bertahan secara lancar. 12. Satu deretan warna diletakkan. Peserta didik mencoba, memainkan instrument tertentu dengan menunjuk. 13. Tinggi nada disusun berdasarkan gerakan-gerakan. Peserta didik bergerak sesuai dengan nada yang diperdengarkan. Dalam hal ini sangat penting, jika peserta didik menemukan sendiri gerakan-gerakannya. 14. Peserta didik dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok mereaksi dengan gerakan hanya untuk nada-nada tinggi, sedangkan anak yang lain hanya untuk nada yang rendah. 15. Papan tulis ataupun kertas disusun secara horisontal. Peserta didik menulis sesuai dengan nada-nada yang dibunyikan dibagian atas ataupun bawah, namun sekaligus memperhatikan cara menulis „kiri kanan“. 16. Sebuah karya musik yang tertulis, hanya terdiri dari nada-nada tinggi dan nada- nada rendah, dimainkan oleh peserta didik dengan menunjukkan jari. Setelah kegiatan yang agak lama peserta didik akan mampu, menulis karya musik yang kecil secara mandiri, dimana mereka juga dapat merangkum hal-hal yang sudah mengenal keras lunaknya nada dan durasi nada. 17. Peserta didik mengisi botol dengan air dengan ketinggian yang berbeda-beda. Ketika memukul meniup botol akan muncul tinggi nada yang berbeda-beda. Peserta didik dapat mencoba menyetel sesuai dengan nada-nada Xylophone atau metallophon MODEL KELAS VII SMP MTs PROSES BELAJAR MENGAJAR KARAWITAN SUNDA Langkah-langkah metode? didalam pengajaran Karawitan Sunda Pola Macan ucul secara umum bisa dilihat sebagai berikut: 1. Informasi tentang nama-nama waditra. 2. Informasi dan praktek tentang cara duduk, cara meletakkan tabuh, cara memegang tabuh, cara menabuh masing-masing waditra. 3. Penjelasan tentang fungsi tangan kanan untuk menabuh dan tangan kiri untuk „nengkep“ menahan bunyi, kecuali bagi peserta didik yang kidal. 4. Latihan menabuh dengan tanpa tabuh hanya gerakan tangan saja a. Tangan kanan dan kiri bergerak bersama-sama dari atas ke bawah secara vertikal tangan kanan seolah-olah menabuh sedangkan tangan kiri seolah-olah „menengkep“ lihat gambar 1a 1b. b. Tangan kanan dan kiri bergerak bersama-sama tetapi dalam posisi silang. Posisi silang terkadang dibuat jauh terkadang dibuat dekat secara bergantian lihat gambar 1c dan 1d. 5. Latihan menabuh waditra dengan pola „tangga nada“ ke atas dan ke bawah. 6. Pola permainan yang paling awal dipelajaridiajarkan adalah pola permainan Gendu Macan Ucul yaitu pola 1 KenongK dan 4 GoongG, dengan sistem penabuhan tersebut pancer jatuh pada angka 5 paling kecil. Dalam Arkuh N G I . 3 . 5 I . 3 . 1 I . 3 . 5 I . 3 . 4 I akan dimainkan dengan urutan mulai point ke 4 dan seterusnya dibawah ini. Berbagai teknik permainan ini secara umum diajarkan dengan a. Memakai „sedikit“ notasi, yaitu notasi hanya dituliskan di bilah-bilah waditra sebagai alat ingat letak nada-nada. b. Memakai „banyak“ notasi, yaitu notasi dituliskan di bilah-bilah waditra dan di papan tulis, sebagai alat ingat letak-nada-nada dan nada-nada mana saja yang akan dibunyikan. c. Sama sekali tidak memakai notasi yaitu, melalui pendengaranmenirukan 100 gurupelatih memainkan serangkaian nada dan peserta didik menirukan, demikian itu diulang-ulang hingga komposisi dimainkan secara lengkap. Langkah pengajaran a,b dan c sebenarnya memerlukan penjelasan khusus yang detail, namun karena keterbatasan waktu, maka hanya diuraikan secara singkat. 7. Teknik permainan Selenthem: Pada irama satu wilet, Selenthem sebagai pembawa Balunganing Gending dimainkan pada ketukan bilangan genap yaitu ketukan 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14 dan 16 dengan rumus I 0 III 0 V I 0 III 0 N I 0 III 0 V I 0 III 0 NG I Dengan demikian jika pola tersebut dimainkan dalam patet nem, maka akan dimainkan sbb: I . 3 . 5 I . 3 . N I. 3 . 5I . 3 . NG I Ctt. Tanda x akan diisi nada-nada sesuai dengan posisi yang dipergunakan, artinya selenthem akan memainkan nada-nada sbb: I . 3 . 5 I . 3 . 1 I . 3 . 5 I . 3 . 4 I Ctt: N adalah Kenong dan G adalah Goong, NG adalah Kenong dan Goong sama-sama ditabuh. 8. Teknik permainan Saron I Saron Indung : Saron I sebagai pembawa lagu dimainkan dengan cara melompati satu bilah nada untuk jatuh pada nada-nada yang dituju. Nada ketukan ke 1, 2 dan 4 memainkan nada ke 4 pada arkuh. Saron I mengisi seluruh ketukan, dan setiap ketukan ke 4, 8, 12 dan 16 mendapat aksen khusus. Contoh pada nada T 1 dimainkan I 1 1 3 1 I dan pada nada L 2 dimainkan I 2 2 4 2 I Dengan demikian arkuh diatas akan dimainkan dalam Saron I sbb: I 5 5 3 5 I 1 1 3 1 I 5 5 3 5 I 4 4 2 4 I 9. Teknik permainan Saron II Saron anak: Saron II sebagai pembuat sahutan melingkari dari Saron I, dimainkan dengan cara bersahutan interlocking dengan Saron I namun pada ketukan ke 4, 8, 12 dan 16 memainkan nada-nada arkuh. Contoh jika nada jatuh pada T 1 dimainkan I -.-t -.-2 -.-t 1 I dan L 2 dimainkan I -.-1 -.-3 -.-1 2 I Dengan demikian arkuh diatas akan dimainkan dalam Saron II sbb: I -.-4 -.-2 -.-4 5 I -.-2 -.-4 -.-2 1 I -.-4 -.-2 -.-4 5 I -.-3 -.-1 -.-3 4 I 10. Teknik permainan Peking: Teknik permainan peking adalah gabungan teknik permainan antara saron I dan saron II. Dengan demikian arkuh diatas dimainkan sbb: I -5-4 --5--2 -3-4 5 I -1-2 -1-4 -3-2 1 I -5-4 --5--2 -3-4 5 I -4-3 -4-1 -2-3 4 I 11. Teknik permainan Demung: Demung sebagai lilitan balunganing gending, dimainkan dengan teknik undur-undur menurut Nano S. dan Engkos Warnika 1 yaitu menabuh dengan bergerak naik atau turun, turun menuju arah dua nada, kemudian naik lagi menuruti nada-nada yang pernah dilaluinya. Jika nada jatuh pada T 1 maka akan dimainkan -.--1I -2-3 -.-3 -2-1 -.-1 I jika jatuh pada nada P 3 maka dimainkan -.-3I -2-1 -.-1 -2-3 -.-3 I Dengan demikian arkuh diatas akan dimainkan dalam demung sbb: I -3-2 -.-2 -3-4 -.-1 I-2-3 -.-3 -2-1 -.-1 I-2-3 -.-3 -2-1 -.-4 I-3-2 -.-2 -3-4 -.-4 I 12. Teknik permainan kenong: kenong sebagai anggeran wiletan yang berfungsi untuk memperkuat tabuhan selenthem dan wiletan-wiletan lagu memainkan nada-nada ke 4,8, 12 dan 16. Dengan demikian arkuh diatas dimainkan pada waditra kenong sbb: I . . . 5 I . . . 1 I . . . 5 I . . . 4 I 13. Teknik permainan Bonang: Bonang berfungsi sebagai lilitan balungning gending, Bonang dimainkan secara kemprangan nada atas dan bawah dibunyikan serentak 1 pada ketukan ganjil 1,3,5,7,13 dan 15 biasanya memainkan nada-nada kenong ketukan ke 8 dan goong ketukan ke 16. Pada ketukan ke 4, 8 dan 12 bonang memainkan nada pancer. Dengan demikian arkuh diatas dimainkan sbb: I 4 r . 4 r 5 t I 1 q . 1 q . I 1 q . 1 q 5 t I 4 r . 4 r .I Catatan: Nada ... dimainkan tangan kanan dan nada-nada ... dimainkan dengan tangan kiri. 14. Teknik permainan ricik: Ricik berfungsi sebagai lilitan balunganing gending, yang dimainkan secara kemprangan nada atas dan bawah dibunyikan serentak pada semua bagian setelah ketukan dimainkan setelah jatuhnya ketukan rincik hanya memainkan nada-nada kenong ketukan ke 8 dan goong ketukan ke 16. Dengan demikian arkuh diatas dimainkan sbb: I -.- -4-- -r -.- -4-- -r -.- -4-- -r -.- -1-- -q I -.- -1-- -q -.- -1-- -q -.- -1-- -q -.- -1-- -q I I -.- -1-- -q -.- -1-- -q -.- -1-- -q -.- -4-- -r I -.- -4-- -r -.- -4-- -r -.- -4-- -r -.- -4- -r I 15. Teknik permainan Kempul dan Goong: Kempul gong kecil, yang nadanya lebih tinggi dari goong dan goong instrumen yang memiliki nada paling rendah diantara seluruh waditra sebagaimana kenong berfungsi sebagai anggeran wiletan. Kempul dimainkan pada ketukan ke 2,6, 10, 12 dan 14, dan goong hanya dimainkan pada ketukan ke 16. Dengan demikian susunan permainan kempul dan gong adalah sbb: I . P. . I . P . . I . P . P I . P . G I 16. Teknik permainan kendhang: Kendhang berfungsi sebagai pengatur iramatempo, memiliki pola tabuhan yang khusus sbb: I. -.-t --t- t . I. -.-t --t- t -.-=.t I---t -=t t ---. -=t t -t- t -p- t Id ---p=.=p ---t -=t t . I Keterangan : t = Tung, p = Pak, d = dom. Umumnya kendhang tidak diajarkan dan kebanyakan dimainkan oleh guru atau pelatih dan kalau di perguruan tinggi dimainkan oleh seorang mahasiswa yang telah mampu memainkan kendang. 17. Pangkatintro: Setelah semua diajarkan, selanjutnya diajarkan untuk memulai komposisi yang biasa disebut pangkat yaitu : 3 1 2 4 5 3 4 18. Peserta didik biasanya diajarkan menguasai 1 waditra dan setelah benar-benar menguasai baru mempelajari waditra yang lainnya, hingga „kurang lebih“ menguasai seluruh waditra. Seluruh permainan diatas agar lebih mudah dilihat hubungan teknik permainan antara satu waditra dengan waditra lainnya, direkap sebagai berikut: Lihat Lampiran 1 KEUNGGULAN PBM KARAWITAN SUNDA Sisi positif langkah-langkah pengajaran gamelan sebagaimana diatas tersebut antara lain: 1. Peserta didik sangat cepat menguasai materi, dalam arti menguasai satu jenis waditra. 2. Sekali menguasai teknik permainan, arkuh apapun yang akan disodorkan pada peserta didik akan langsung bisa dimainkan. Keunggulan yang tertulis diatas itupun bisa juga dianggap sebagai kekurangan, sebagaimana akan diperjelas dalam pembahasan berikut ini.  KEKURANGAN DALAM PEMBELAJARAN KARAWITAN SUNDA Sisi negatif langkah-langkah pengajaran gamelan sebagaimana diatas tersebut antara lain: Kata kunci yang perlu ditegaskan dalam PBM Musik Sunda ini adalah „peserta didik kurang dibuat sadar“ terhadap berbagai hal berikut: 1. Berbagai latihan Auditif kurang terlatih „secara sadar“, misalnya:

a. Kemampuan konsentrasi: Para peserta didik akan mengalami kesulitan jika tidak