E. Tinjauan Kepustakaan
1. Penanam modal dan penanam modal asing
Penanam modal atau yang biasa disebut sebagai investor adalah perorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat
berupa penanam modal dalam negeri atau penanam modal asing.
24
Perumusan terminologi mengenai investor umumnya dibedakan menjadi dua kategori utama
yakni natural person investor sebagai individu dan juridical person investor sebagai badan hukum dimana juridical person umumya ditentukan berdasarkan
tiga hal yaitu tempat pendirian, kedudukan, dan kewarganegaraan dari pemilik dan pengendali badan usaha.
25
Penanam modal asing atau biasa disebut dengan investor asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, danatau pemerintah asing
yang melakukan penanaman modal di negara wilayah Republik Indonesia.
26
Apabila kita mengkaji definisi tersebut, maka penanam modal asing dikategorikan menjadi empat macam, yaitu :
27
a. perseorangan warga negara asing;
b. badan usaha asing;
c. badan hukum asing; danatau
d. pemerintah asing.
24
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 4.
25
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal, “Preliminary Review Perjanjian Peningkatan Perlindungan Penanaman Modal P4M”, Badan Koordinasi Penanaman Modal
BKPM , 2012, hlm. 8.
26
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 6.
27
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 204.
Universitas Sumatera Utara
Perseorangan warga negara asing merupakan individu luar negeri yang menanamkan investasinya di Indonesia. Badan usaha asing merupakan lembaga
asing yang tidak berbadan hukum. Badan hukum asing merupakan badan hukum yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan atau act yang berlaku
di negara-negara asing tersebut. Badan hukum Indonesia merupakan badan hukum yang berkedudukan di Indonesia, tetapi modal badan hukum tersebut sebagian
atau seluruhnya dimiliki oleh pihak asing. Pemerintah asing merupakan pemerintah yang berasal dari luar negeri yang menanamkan investasinya di
Indonesia.
28
2. Penanaman modal dan penanaman modal asing
Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk
melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia.
29
Pengertian penanaman modal ini hanya ditujukan untuk penanaman modal secara langsung sebagaimana dapat
dilihat dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang menyatakan bahwa penanaman modal di semua sektor di
wilayah negara Republik Indonesia adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.
30
Penanaman modal lazim disebut sebagai investasi. Istilah investasi berasal dari bahasa Latin, yaitu investire memakai, sedangkan dalam bahasa Inggris,
disebut dengan investment. Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai
28
Ibid.
29
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 1.
30
Republik Indonesia, Penjelasan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 2.
Universitas Sumatera Utara
konsep teoritis tentang investasi. Fitzgeral mengartikan investasi sebagai aktivitas yang berkaitan dengan usaha penarikan sumber-sumber dana yang dipakai untuk
mengadakan barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal akan dihasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dalam definisi tersebut,
investasi dikonstruksikan sebagai sebuah kegiatan untuk penarikan sumber dana yang digunakan untuk pembelian barang modal dan barang modal itu akan
dihasilkan produk baru.
31
Definisi lain tentang investasi dikemukakan Kamaruddin Ahmad. Ia mengartikan investasi sebagai kegiatan menempatkan uang atau dana dengan
harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut. Dalam definisi tersebut, investasi difokuskan pada penempatan
uang atau dana. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan. Ini erat kaitannya dengan investasi di bidang pasar modal.
32
Dalam Ensiklopedia
Indonesia, investasi diartikan sebagai :
33
Penanaman uang atau modal dalam proses produksi dengan pembelian gedung-gedung, permesinan, bahan cadangan,
penyelenggaraan uang kas serta perkembangannya. Dengan demikian, cadangan modal barang diperbesar sejauh tidak ada
modal barang yang harus diganti.
Hakikat investasi dalam hal ini adalah untuk proses produksi. Ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan hanya untuk proses produksi semata-mata, padahal
dalam kegiatan investasi tidak hanya ditujukan untuk proses produksi semata- mata, tetapi juga kegiatan untuk membangun sebagai sarana dan prasarana yang
menunjang kegiatan investasi.
31
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 31.
32
Ibid.
33
Ibid., hlm. 32.
Universitas Sumatera Utara
Selain itu, Komaruddin juga memberikan pengertian investasi dalam 3 arti, yaitu :
34
a. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi, atau surat penyertaan
lainnya; b.
suatu tindakan membeli barang-barang modal; c.
pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan di masa yang akan datang.
Dalam definisi ini, investasi dikonstruksikan sebagai tindakan membeli saham, obligasi, dan barang-barang modal. Ini erat kaitannya dengan pembelian saham
pada pasar modal, padahal penanaman investasi tidak hanya di pasar modal, tetapi juga di berbagai bidang lainnya, seperti di bidang pariwisata, pertambangan
minyak dan gas bumi, pertambangan umum, kehutanan, pertanian, pelabuhan, dan lain-lain.
Menurut Salim HS dan Budi Sutrisno, yang diartikan dengan investasi adalah penanaman modal yang dilakukan oleh investor, baik investor asing
maupun investor domestik dalam berbagai bidang usaha yang terbuka untuk investasi dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.
35
Investasi asing atau penanaman modal asing merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu foreign investment. Berdasarkan
Undang-Undang
Nomor 25 tahun 2007, penanaman modal asing adalah kegiatan menanam untuk melakukan
usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal
34
Ibid.
35
Ibid., hlm. 33.
Universitas Sumatera Utara
asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.
36
Kegiatan menanam merupakan kegiatan untuk memasukkan modal atau investasi, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan usaha. Kegiatan penanaman
modal ini dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya dan atau modal asing berpatungan dengan penanam modal
dalam negeri. Modal asing yang berpatungan merupakan modal asing yang bekerja sama dengan penanam modal Indonesia, dimana saham yang dimiliki oleh
pihak asing maksimal 95, sedangkan pihak penanam modal Indonesia, minimal modalnya sebesar 5.
37
Prof. M. Sornarajah juga memberikan definisi tentang penanaman modal asing yaitu transfer of tangible or intangible assets from one country to another
for the purpose of use in the country to generate wealth under the total or partial control of the owner of the assets
. Artinya penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke
negara lain, tujuannya adalah untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara
menyeluruh atau sebagian. Dalam definisi ini, penanaman modal asing dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang satu ke negara lain.
Tujuan penggunaannya adalah mendapat keuntungan.
38
36
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 3.
37
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 148.
38
Ibid., hlm. 149.
Universitas Sumatera Utara
3. Penanaman modal dan penanaman modal asing secara langsung
Menurut Organization For Economic Cooperation OEEC, direct investment is meant acquisition of sufficient interest in an under taking to ensure
its control by the investor. Artinya adalah bahwa penanam modal investor
diberikan keleluasaan penguasaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal
mempunyai penguasaan atas modal.
39
Menurut OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment,
investasi langsung termasuk kategori kegiatan investasi lintas batas yang dilakukan oleh penduduk di suatu negara investor langsung dengan tujuan untuk
mendirikan kepentingan abadi dalam sebuah perusahaan perusahaan investasi langsung yang berada di negara disamping negara asal investor langsung
tersebut. Motivasi dari investor langsung tersebut adalah adanya hubungan jangka panjang yang strategis dengan perusahaan investasi langsung tersebut dalam
memastikan adanya pengaruh yang signifikan dari investor langsung dalam mengelola perusahaan investasi langsung tersebut. Kepentingan abadi tersebut
dapat dilihat ketika investor langsung memiliki sekurang-kurangnya 10 hak voting perusahaan investasi langsung tersebut. Investasi langsung juga dapat
mengizinkan investor langsung untuk mendapat akses ekonomi ke perusahaan investasi langsung. Tujuan dari investasi langsung berbeda dengan investasi
39
Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Jakarta : Prenada Media Group, 2006, hlm. 44.
Universitas Sumatera Utara
portofolio yang mana investor pada umumnya tidak berharap untuk mempengaruhi pengelolaan dari perusahaan tersebut.
40
Sedangkan, penanaman modal asing secara langsung foreign direct investment
yang menjadi objek pembahasan dalam penulisan ini berarti pihak investor langsung terlibat aktif dalam kegiatan pengelolaan usaha dan
bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.
41
Dalam penanaman modal asing ini, terdapat keterlibatan langsung pihak investor
terhadap investasi yang dilakukan baik dalam aspek permodalan, pengelolaan, dan pengawasan.
42
Sebenarnya penanaman modal asing secara langsung memiliki pengertian yang sama dengan penanaman modal asing sebagaimana yang diatur dalam
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Hal ini disebabkan penanaman modal yang diatur dalam UU No. 25 Tahun 2007 tersebut
adalah seluruh kegiatan penanaman modal baik domestik maupun asing yang dilakukan secara langsung sebagaimana yang dimaksud dalam Penjelasan Pasal 2
UU No. 25 Tahun 2007. Dengan demikian, jelaslah bahwa pengertian penanaman modal asing yang dirumuskan dalam Pasal 1 angka 3 adalah sama dengan
pengertian penanaman modal asing secara langsung. Pasal 1 angka 3 UU No. 25 Tahun 2007 menyebutkan “...melakukan
usaha di wilayah Republik Indonesia...” sehingga dalam penanaman modal asing
40
Organization of Economic Co-operation and Development OECD, “An Overview of Foreign Direct Investment Concepts”, OECD Benchmark Definition of Foreign Direct Investment,
Edisi IV, 2008, hlm. 19
41
Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi
, Malang : Bayumedia Publishing, 2004, hlm. 11.
42
Ibid., hlm. 12.
Universitas Sumatera Utara
secara langsung yang dibutuhkan adalah kehadiran fisik dari penanam modal asing tersebut secara langsung dengan mendirikan perusahaannya di Indonesia
baik dengan modal asing sepenuhnya maupun berpatungan dan tidak hanya berperan sebagai pemodal atau pemegang saham secara pasif, melainkan turut
serta secara aktif mengelola dan bertanggung jawab atas jalannya perusahaan tersebut.
4. Modal asing
Modal asing adalah modal yang dimiliki oleh negara asing, perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, badan hukum asing, danatau badan
hukum Indonesia yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
43
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, modal asing adalah modal dari suatu bangsa negara asing yang ditanamkan suatu negara dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan yang cukup.
44
5. Host country
Host country atau yang biasanya disebut sebagai negara penerima modal
merupakan negara tempat dilakukannya usaha kegiatan penanaman modal asing. Pada umumnya, host country merupakan negara berkembang di wilayah Asia,
Amerika Latin, dan Afrika.
45
6. Risiko politik atau risiko non-komersial
Risiko politik secara luas diartikan sebagai kemungkinan gangguan operasi perusahaan akibat situasi dan kekuatan politik, baik yang terjadi di host country
43
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 8.
44
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 151.
45
Rosyidah Rakhmawati, Op.cit., hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
atau sebagai hasil perubahan lingkungan internasional. Di host country, risiko politik sering ditentukan oleh ketidakpastian tindakan yang dilakukan tidak hanya
oleh pemerintah dan institusi politik, tetapi juga kelompok minoritas dan gerakan separatis.
46
Definisi dari risiko politik dapat bersifat luas atau terbatas. Definisi khusus dari risiko politik termasuk segala jenis risiko yang diakibatkan oleh tindakan
politik tanpa perlu diketahui darimana asalnya. Dalam perspektif ini, sumber risiko politik dapat dilihat dari ketidakstabilan pemerintahan dan ketidakstabilan
sosial. Salah satu contoh dari definisi risiko politik secara luas adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Agmon yang mendefinisikan risiko politik
sebagai perubahan yang tidak dapat diantisipasi dalam faktor-faktor politik yang mempengaruhi harga produksi, barang, dan jasa yang diakibatkan oleh tindakan
dan reaksi pemerintah serta kelompok politis lainnya di dalam atau antar negara. Sebaliknya, definisi risiko politik yang bersifat terbatas hanya mencakup
ketidakstabilan politik yang benar-benar berasal dari tindakan negara. Selain itu, Simmonds dan Robock juga mengemukakan bahwa risiko politik di dalam
penanaman modal asing muncul ketika ketidakberlangsungan terjadi di dalam lingkungan bisnis, terdapat kesulitan untuk mengantisipasinya, dan adanya
perubahan politik.
47
Dan Haendel mendefinisikan risiko politik yang dihadapi investor asing sebagai risiko atau kemungkinan terjadinya kejadian politik yang dapat mengubah
46
MIGA, “MIGA World Investment and Political Risk”, MIGA WIPR Report, Washington, 2011, hlm. 21.
47
Guy Leopold Kamga Wafo , “Political Risk and Foreign Direct Investment”, Makalah,
Faculty of Economics and Statistics University of Konstanz, 1998, hlm. 17.
Universitas Sumatera Utara
peluang dalam memperoleh keuntungan dari kegiatan investasi yang bersangkutan. Namun, untuk mendapatkan pengertian yang sempurna atas risiko
politik, definisi tersebut haruslah dilengkapi oleh penguraian deskriptif terhadap kekhawatiran risiko politik dari investor asing yang pada waktu yang bersamaan
mewakili unsur kestabilan politik.
48
Sedangkan, risiko non-komersial merupakan istilah yang memiliki arti yang sama dengan risiko politik. Risiko non-komersial sering dikaitkan dengan
ketidakpastian politik, kekacauan sipil, konflik bersenjata, kerusuhan sipil, korupsi yang tinggi, dan tindakan ekspropriasi.
49
Risiko non-komersial meliputi risiko negara atau politik tradisional yang bercirikan sistem politik dan struktur
lembaga yang rapuh, ekspropriasi, peperangan dan konflik perbatasan, pemerintahan yang lemah, administrasi yang lemah, rezim pengaturan yang
lemah, penyitaan, korupsi, deprivatisasi, ketidakstabilan pemerintahan, kerusuhan, dan defisiensi institusional. Risiko non-komersial juga termasuk risiko alamiah
yang ditandai oleh bencana alam, banjir, dan kelaparan.
50
7. Negosiasi
Negosiasi adalah komunikasi dua arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan pada saat kedua belah pihak memiliki berbagai kepentingan yang
sama maupun yang berbeda. Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-pihak yang mengalami sengketa untuk mendiskusikan penyelesaiannya tanpa melibatkan
pihak ketiga sebagai penengah yang tidak berwenang mengambil keputusan
48
Ibid ., hlm. 18.
49
C.Kasatuka dan R.C.A. Minnitt, “Investment and Non-Commercial Risks in Developing Countries”, The Journal of The Southern African Institute of Mining and Metallurgy, Volume 106,
Afrika Selatan, Desember 2006, hlm. 1.
50
Ibid. , hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
mediasi maupun pihak ketiga sebagai pengambil keputusan arbitrase dan litigasi.
51
8. Konsiliasi
Konsiliasi adalah suatu usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan menyelesaikan perselisihan tersebut.
Sementara itu, Oppenheim mengemukakan bahwa konsiliasi adalah :
52
Suatu proses penyelesaian sengketa dengan menyerahkannya kepada suatu komisi orang-orang yang bertugas menguraikan atau
menjelaskan fakta-fakta dan biasanya setelah mendengar para pihak dan mengupayakan agar mereka mencapai suatu
kesepakatan, membuat usulan-usulan suatu penyelesaian, namun keputusan tersebut tidak mengikat.
9. Mediasi
Menurut Peraturan Mahkamah Agung Perma Nomor 1 Tahun 2008, mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk
memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.
53
Selain itu, juga dikenal beberapa pengertian mediasi, yaitu :
54
a. Mediasi proses negosiasi penyelesaian masalah sengketa dimana suatu
pihak luar, tidak memihak, netral, tidak bekerja dengan para pihak yang bersengketa, membantu mereka yang bersengketa mencapai suatu
kesepakatan hasil negosiasi yang memuaskan.
51
Suyud Margono, Penyelesaian Sengketa Bisnis, Alternative Dispute Resolutions ADR :Teknik dan Strategi dalam Negosiasi, Mediasi, dan Arbitrase
Bogor : Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 45.
52
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit., hlm. 360.
53
Republik Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, Pasal 1 angka 7.
54
Felix Untung Soebagjo, “Mediasi Sebagai Alternatif Penyelesaian Sengketa Dibidang Perbankan”, Bahan Diskusi Terbatas “Pelaksanaan Mediasi Perbankan oleh Bank Indonesia dan
Pembentukan Lembaga Independen Mediasi Perbankan”, Kerjasama Magister Hukum Bisnis Dan Kenegaraan, Universitas Gadjah Mada dan Bank Indonesia, 21 Maret 2007, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
b. Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa yang melibatkan mediator
untuk membantu para pihak yang bersengketa guna mencapai penyelesaian dalam bentuk kesepakatan sukarela terhadap sebagian atau seluruh
permasalahan yang disengketakan. Dari pengertian tersebut, dapat dirumuskan bahwa :
55
a. Tidak sebagaimana halnya seorang hakim atau arbiter, seorang mediator
tidak dalam posisi tidak mempunyai kewenangan untuk memutus sengketa para pihak;
b. Tugas dan kewenangan mediator hanya membantu dan memfasilitasi pihak-
pihak yang bersengketa dapat mencapai suatu keadaan untuk dapat mengadakan kesepakatan tentang hal-hal yang disengketakan;
c. Mediasi adalah Non-Coercive. Ini berarti bahwa tidak ada suatu sengketa
yang dapat diselesaikan melalui jalur mediasi, kecuali hal tersebut telah disepakati disetujui bersama oleh pihak-pihak yang bersengketa.
10. Arbitrase
Arbitrase sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
56
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional merupakan cara untuk mengakhiri perselisihan yang timbul antara pemerintah Indonesia dengan
55
Ibid.
56
Suyud Margono, Op.cit., hlm. 145.
Universitas Sumatera Utara
investor asing, dimana kedua belah pihak sepakat menggunakan lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik Indonesia.
57
F. Metode Penelitian