sebesar Rp. 939.756,00 dan UMK terendah adalah kabupaten Banjarnegara yaitu sebesar Rp. 662.000,00. Hal ini menunjukkan bahawa kota Semarang memiliki
biaya hidup yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain.
4.2 Hasil Analisis
4.2.1. Analisis Aglomerasi
Analisis Aglomerasi menggunakan Indeks Balassa, semakin tinggi nilai Indeks Balassa menunjukkan aglomerasi yang semakin kuat. Aglomerasi
dikatakan kuat bila angka indeks balassa diatas 4, rata – rata atau sedang bila nilainya antara 2 dan 4, lemah bila nilainya diantara 1 sampai 2, sedangkan nilai 0
sampai 1 berarti tidak terjadi aglomerasi atau wilayah tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif untuk terjadinya aglomerasi.
Tabel 4.5 Wilayah Aglomerasi Industri Besar dan Sedang KabupatenKota Di Jawa
Tengah Tahun 2005-2010 Aglomerasi
Wilayah Kuat 4
- Sedang 2-
4 Kab.Jepara, Kab.Kudus, Kota Pekalongan, Kab.Pekalongan
Lemah 1- 2
Kab.Banyumas,Kab.Purbalingga,Kab.Klaten,Kab.Sukoharjo, Kab.Karanganyar,Kab.Semarang, Kab.Batang, Kab.Tegal,
Kota Surakarta, Kota Salatiga, Kota Semarang
Sumber : Perhitungan Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Tahun 2005- 2010, Lampiran 3.
Secara global, aglomerasi industri Jawa Tengah dari tahun ke tahun sepanjang 6 tahun ditunjukkan oleh tabel berikut:
Tabel 4.6 Aglomerasi Industri Besar dan Sedang Jawa Tengah tahun 2005-2010
Tahun Indeks balassa
2005
1,0421
2006
1,1106
2007
1,0762
2008
1,0938
2009
1,0504
2010
1,0340 Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, BPS diolah
Tingkat aglomerasi industri besar dan sedang Jawa Tengah tahun 2005- 2010 masih tergolong sangat lemah atau bisa dikatakan Jawa Tengah bukan
merupakan daerah industri, ini dikarenakan Jawa Tengah sektor yang masih dominan adalah sektor pertanian.
4.2.2. Analisis Regresi Linier Berganda
Hasil estimasi model utama persamaan linear berganda diperoleh hasil sebagai berikut :
Pertumbuhan ekonomi = -34.30895 + 0.286039 X
1
+ 1.922314 X
2
+ 1.032580 X
3
+ e a. Konstanta -34,31 mempunyai arti, jika seluruh variabel independen
sama dengan 0 nol, maka pertumbuhan ekonomi mengalami
penurunan sebesar 34,31 .
b. Koefisien 0,29 aglomerasi industri mempunyai arti, jika aglomerasi industri mengalami kenaikan sebesar 1 , maka pertumbuhan ekonomi
Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 0,29 . c. Koefisien 1,92 angkatan kerja mempunyai arti, jika angkatan kerja
mengalami kenaikan sebesar 1 , maka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah mengalami kenaikan sebesar 1,92 .
d. Koefisien 1,03 tingkat upah mempunyai arti jika tingkat upah mengalami kenaikan 1 , maka pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah
mengalami kenaikan sebesar 1,03.
4.2.3. Likelihood Ratio