Pengamatan Observasi Wawancara Interview

tentang Pembentukan Panitia Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014; dan f. Keputusan Wakil Gubernur Jawa Tengah Nomor 18053.12011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014. 2. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang sifatnya menjelaskan bahan hukum primer, dimana bahan hukum sekunder berupa buku literatur, hasil karya sarjana. Literatur tersebut antara lain: a. Buku-buku tentang penelitian hukum; b. Buku-buku tentang HAM, RANHAM, dan YANKOMAS; serta c. Website-website tentang HAM, RANHAM dan YANKOMAS. 3. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum sebagai pelengkap kedua bahan hukum sebelumnya, yaitu Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.7 Alat dan Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Pengamatan Observasi

Metode pengamatan observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian terlebih dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pengamatan observasi dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong 2007: 174, bahwa: a. Teknik pengamatan didasarkan atas pengamatan langsung; b. Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi dalam keadaan yang sebenarnya; c. Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang langsung dipeoleh dari data; d. Sering terjadi keraguan pada peneliti, jika seandainya terjadi kekeliruan pada data yang dijaringnya; e. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti untuk mampu memahami situasi-situasi yang rumit; dan f. Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat Moleong, 2007: 174. Pengamatan observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan Pelayanan Komunikasi Masyarakat YANKOMAS di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah dan untuk mendapatkan data melalui kegiatan melihat, mendengar dan penginderaan lainnya.

3.7.2 Wawancara Interview

Menurut Moleong 2007 : 186 “Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancarapercakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memb erikan jawaban atas pertanyaan itu”. Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang dianggap mampu memberikan keterangan secara langsung yang berhubungan dengan data-data primer. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan: 1. Setyawati, S.H., M.Hum., Kepala Bidang Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah; 2. YS. Endang Sabarsih, S.H., Kepala Subbagian Hak Asasi Manusia pada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Tengah; 3. Dyah Santi Yunianingtyas, S.H., Staff di Bidang Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah; 4. Joni Alex dan Syamsul Bakhri, S.Pd., masyarakat yang mengkomunikasikan dugaan pelanggaran HAM yang menimpanya; 5. Indah Setyawati, masyarakat yang memberikan tanggapan atas pertanyaan- pertanyaan yang diberikan; dan 6. Lukman Nul Hakim, S.H., akademisi yang dimintai pendapatnya.

3.7.3 Dokumentasi