Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan

(1)

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN SWASTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMBUNG

MEDAN TAHUN 2013

MASITAH NASUTION 125102154

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Persalinan Di Klinik Bersalin Swasta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan

ABSTRAK Masitah Nasution

Latar belakang : tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lakin dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya hepatitis dan HIV/AIDS.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi penatalaksanaan pencegahan infeksi persalinan di klinik bersalin swasta swasta di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan. Metodelogi : penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di klinik Bersalin swasta di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan. Analisa yang digunakan adalah uji spss.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh masih banyak yang melakukan tindakan pencegahan infeksi pada pertolongn persalinan dengan nilai maksimum 2.00

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tindakan dalam melakukan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan masih banyak yang melakukan dengan benar walaupun sebagian masih banyak yang tidak melakukannya.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan

rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Persalinan di Klinik Bersalin Swasta di

Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Sarma Lumbanraja selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun materil kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 5. Juga semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis


(6)

Peneliti menyadari atas kekurangan dari karya tulis ilmiah ini, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, 05 Juli 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan umum ... 3

2. Tujuan khusus ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencegahan Infeksi ... 6

1. Defenisi ... 6

B. Tindakan ... 6

1. Defenisi ... 6

C. Persalinan ... 7

1. Defenisi ... 7

2. Tujuan pelaksanaan ... 7

3. Prinsip – prinsip pelaksanaan ... 7

4. Infeksi maternal ... 8

5. Pelaksanaan tindakan ... 9

a. Cuci tangan ... 9

b. Memakai sarung tangan ... 11

c. Tehnik antiseptic ... 12

d. Memproses alat bekas pakai ... 13

e. Penggunaan benda tajam secara aman ... 17

f. Pengelolan sampah medis ... 19

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka konsep ... 21

B. Defenisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain penelitian ... 24

B. Populasi dan sampel ... 24

1. Populasi ... 24


(8)

C. Tempat penelitian ... 25

D. Waktu penelitian ... 25

E. Etika penelitian ... 25

F. Alat pengumpulan data ... 26

G. Validitas dan reabilitas ... 27

H. Prosedur pengumpulan data ... 27

I. Analisis data ... 28

J. Rencana analisis data ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 30

1. karateristik responden ... 30

2. Tindakan pencegahan infeksi ... 31

B. Pembahasan ... 45

1. Tindakan responden berdasarkan prosedur cuci tangan...45

2. Tindakan responden berdasarkan prosedur sarung tangan…...47

3. Tindakan responden berdasarkan prosedur cairan antiseptic...48

4. Tindakan responden berdasarkan prosedur alat bekas pakai…50 5. Tindakan responden berdasarkan prosedur pengelolaan Sampah medik ……….52

6. Tindakan responden berdasarkan prosedur penggunaan benda tajam secara aman………...53

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan……….……….55

B.Saran………56 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Proses Peralatan Bekas Pakai ... 14 Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... 16 Tabel 5.1 Distribusi karakteristik Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas

Tembung Medan ... 25 Tabel 5.2 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Hal Prosedur

Cuci Tangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 26 Tabel 5.3 Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur Cuci

Tangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 27 Tabel 5.4 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pemakaian Sarung Tangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 28 Tabel 5.5 Distribusi Kategori Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur

Pemakaian Sarung Tangan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 28 Tabel 5.6 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pengelolaan Cairan antiseptik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 29 Tabel 5.7 Distribusi Kategori Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pengelolaan Cairan antiseptik Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 30 Tabel 5.8 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pemrosesan alat bekas pakai Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 31 Tabel 5.9 Distribusi Kategori Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pemrosesan alat bekas pakai Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 32 Tabel 5.10 Distribusi Item Observasi Tindakan Responden Dalam Prosedur

Pengelolaan sampah medis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 33


(10)

Tabel 5.11 Distribusi Kategori Tindakan Responden Dalam Prosedur Pengelolaan sampah medis Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan ... 33


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1. Kerangka Konsep ... 19


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Lembar Persetujuan Menjadi Reponden

Lampiran 2: Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) Lampiran 3: Lembar Observasi

Lampiran 4: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Lembar Conten Validiti

Lampiran 6 :Lembar Master Data Lampiran 7 : Lembar Output SPSS

Lampiran 8 : Lembar surat izin penelitian dari D-IV Bidan Pendidik

Lampiran 9 : Lembar surat balasan Penilitian Dari Klinik Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan


(13)

Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Pada Persalinan Di Klinik Bersalin Swasta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan

ABSTRAK Masitah Nasution

Latar belakang : tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lakin dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus, dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan resiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya hepatitis dan HIV/AIDS.

Tujuan penelitian : untuk mengidentifikasi penatalaksanaan pencegahan infeksi persalinan di klinik bersalin swasta swasta di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan. Metodelogi : penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di klinik Bersalin swasta di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan. Analisa yang digunakan adalah uji spss.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh masih banyak yang melakukan tindakan pencegahan infeksi pada pertolongn persalinan dengan nilai maksimum 2.00

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa tindakan dalam melakukan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan masih banyak yang melakukan dengan benar walaupun sebagian masih banyak yang tidak melakukannya.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

Memperhatikan angka kematian ibu 500.000 per tahun dan kematian perinatal 10.000.000 per tahun di seluruh dunia, WHO dan UNICEF melaksanakan Kongres di Alma Ata pada tahun 1978, dan mencetuskan ide Primary Health Care ( Pelayanan Kesehatan Utama ). Tujuannya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat menuju

Health for All By The Year 2.000 (Sehat Bagi Semua Tahun 2000). Di Indonesia, gagasan tersebut diterjemahkan dalam sistem kesehatan Nasional. Kesejahteraan ibu

(safe motherhood) merupakan upaya yng penting dalam pelaksanaan Pelayanan Kesehatan. (prof. Dr.sudarwan 2008).

Di Negara-negara yang sedang berkembang infeksi pasca persalinan tetap menjadi nomor dua dari perdarahan pasca persalinan yang menjadi penyebab kematian maternal, dan menjadi penyebab utama komplikasi maternal dari persalinan. Di kebanyakan Negara, endometritis akut sekarang merupakan infeksi pascapersalinan yang umum. (Sarwono 2010).

Kebanyakan infeksi pascapersalinan di sebabkan oleh flora endogen mikroorganisme yang biasanya ada dalam saluran genital. Namun biasanya infeksi ini tidak menimbulkan penyakit pada persalinan,kelahiran,atau pascapersalinan. Hampir 30 bakteri telah diidentifikasi ada di saluran genital bawah ( vulva, vagina, dan serviks) setiap saat (Faro 1990). Sementara beberapa dari padanya, termasuk beberapa fungi, dianggap nonpatogenik di bawah kebanyakan lingkungan, dan sekurang-kurangnya 20, termasuk E. koli, S. aureus, Proteus mirabilis dan Klebsiela pneumonia, adalah patogenik. (Sarwono 2010).


(15)

Kalau di kaji lebih mendalam bahwa ‘’proses kematian ibu’’ mempunyai perjalanan yang panjang, sehingga pencegahannya dapat dilakukan sejak melakukan

antenatal care melalui pendidikan berkaitan dengan kesehatan ibu hamil, menyusui, dan kembalinya kesehatan alat reproduksi, serta menyampaikan betapa pentingnya interval kematian berikutnya sehingga dapat ‘’tercapai sumber daya manusia’’ yang diharapkan. Penyebab langsung kematian ibu di antaranya adalah Infeksi,(20-25%) ini terjadi karena pemeriksaan dalam terlalu sering, persalinan kasep, persalinan memanjang, infeksi fokal, dan peralatan yang digunakan tidak steril. (Manuaba 2010).

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya Hepatitis dan HIV/AIDS. (JNPK-KR/POGI 2008).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di Klinik Bersalin swasta di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan bahwa penatalaksanaan pencegahan infeksi persalinan yang di lakukan belum benar, diketahui cara mencuci tangan, penggunaan sarung tangan, pengelolaan sampah pada proses pertolongan persalinan, dan pengelolaan cairan antiseptik pada proses pertolongan persalinan.

Beradasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul ‘’ Penatalaksanaan Pencegahan Infeksi Persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan 2013.


(16)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian. ‘’Bagaimana penatalaksanaan pencegehan infeksi persalinan di Klinik Bersalin Swasta di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan 2013?’’

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan pencegahan infeksi persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah kerja puskesmas Tembung Medan.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan tindakan kesehatan dan kebersihan tangan proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin Swasta di wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan.

b. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan tindakan pemakaian sarung tangan pada proses pertolongan peraalinan Klinik Bersalin Swasta di wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan.

c. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan tindakan pemrosesan alat bekas pakai pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan.

d. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan tindakan teknik antiseptik pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan.


(17)

e. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan penanganan peralatan tajam secara aman pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan.

f. Untuk mengidentifikasi penatalaksanaan pengelolaan sampah pada proses pertolongan persalinan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah kerja puskesmas Tembung Medan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang penatalaksanaan pencegehan infeksi pada persalinan.

2. Bagi Peraktek Kebidanan

Sebagai bahan masukan bagi bidan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pada penatalaksanaan pencegahan infeksi pada persalinan.

3. Bagi Tempat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan akan menjadi bimbingan atau acuan untuk melakukan penatalaksanaan pencegahan infeksi persalinan yang lebih baik dan bermutu dari sebelumnya.

4. Bagi Peneliti Lain

Dapat diteliti oleh peneliti selanjutnya dengan variable yang harus berbeda, dan menjadi pembelajaran dan perbandingan bahan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan penatalaksanaan pencegahan infeksi persalinan.


(18)

-BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong persalinan dan kelahiran bayi, saat memberikan asuhan selama kunjungan antenatal atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit ( JNPK-KR 2008).

B. Tindakan

Defenisi tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan.

Tindakan mempunyai beberapa tingkatan yaitu :

a. Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objeek yang akan dilakukan.

b. Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

c. Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis (Notoatmodjo soekidjo 2007).

C. Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin + uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain (Rustam Mochtar 1998).


(19)

1. Tujuan Pelaksanaan Tindakan Infeksi

a. Untuk meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme

b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari komponen-komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti misalnya hepatitis dan HIV/AIDS

2. Prinsip-Prinsip Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

Pencegahan infeksi yang efektif didasarkan pada prinsip-prinsip berikut :

a) Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi dapat bersifat asimptomatik (tanpa gejala).

b) Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.

c) Permukaan benda di sekitar kita, peralatan dan benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tidak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi hingga setelah digunakan, harus diproses secara benar.


(20)

d) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi.

e) Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan PI secara benar dan konsisten ( JNPK-KR 2008).

3. Infeksi Maternal

Di negara-negara yang sedang berkembang infeksi pasca persalinan tetap menjadi nomor dua dari perdarahan pasca persalinan yang menjadi penyebab kematian maternal, dan menjadi penyebab utama komplikasi maternal dari persalinan. Hal ini masih tetap terjadi sekalipun lebih dari 150 tahun yang lalu. Semmelweis dan Holmes secara terpisah menyatakan bahwa tidak hanya demam anak, sepsis puerperalis, juga disebarkan dari permpuan lain ke perempuan melalui tangan dokter. Namun penjangkitan penyakit yang mematikan ini dapat di cegah:

a) Melakukan cuci tangan sebelum bersalin dengan air limau yang diklorinasi.

b) Mendidihkan semua instrumen dan perabotan setelah digunakan oleh seorang perempuan dengan infeksi pasca persalinan.

Dengan upaya pencegahan ini, Holmes melaporkan penurunan yang dramatis dari mortalitas maternal, dari 16% menjadi 1% (Sarwono 2010).


(21)

4. Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi

Ada berbagai peraktek pencegahan infeksi yang membantu mencegah mikroorganisme berpindah dari satu individu ke individu lainnya (ibu, bayi baru lahir, dan para penolong persalinan) dan menyebabkan infeksi. Tindakan pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara :

a) Cuci tangan

b) Memakai sarung tangan

c) Perlengkapan pelindung pribadi d) Teknik antiseptik

e) Penggunaan peralatan tajam secara aman f) Pengelolaan sampah

A. Cuci tangan

Cuci tangan adalah prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir.

Cuci tangan harus dilakukan : 1) Segera setelah di tempat kerja

2) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi baru lahir

3) Setelah kontak fisik langsung dengan ibu atau bayi baru lahir 4) Sebelum memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril 5) Setelah melepas sarung tangan ( kontaminasi melalui lubang atau robekan

sarung tangan)

6) Setelah menyentuh benda yang mungkin terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh lainnya atau setelah menyentuh selaput mukosa ( misalnya


(22)

hidung, mulut, mata, vagina) meskipun saat itu sedang menggunakan sarung tangan

7) Setelah ke kamar mandi 8) Sebelum pulang kerja

Untuk mencuci tangan :

1) Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan. 2) Basahi tangan dengan air bersih dan mengalir.

3) Gosok kedua tangan dengan kuat menggunakan sabun biasa atau mengandung anti septik selama 10-15 detik ( pastikan sela-sela jari digosok menyeluruh) tangan yang terlihat kotor harus dicuci lebih lama 4) Bilas tangan dengan air bersih yang mengalir

5) Biarkan tangan kering dengan cara diangin-anginkan atau keringkan dengan tisu atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

B. Memakai sarung tangan

Pakai sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah ( kulit tak utuh, selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, sarung tangan atau sampah yang terkontaminasi.

Jika sarung tangan diperlukan, ganti sarung tangan untuk setiap ibu atau bayi baru lahir untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda untuk situasi yang berbeda pula.

a) Gunakan sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi untuk prosedur apapun yang akan mengakibatkan kontak dengan jaringan dibawah kulit seperti persalinan, penjahitan vagina atau pengambilan darah.


(23)

b) Gunakan sarung tangan peroksa yang bersih untuk menangani darah atau cairan tubuh.

c) Gunakan sarung tangan rumah tangga atau tebal untuk mencuci peralatan, menangani sampah, juga membersihkan darah dan cairan tubuh.

Perlengkapan Pelindung Diri

Perlengkapan pelindung pribadi mencegah petugas terpapar mikroorganisme penyebab infeksi dengan cara menghalangi atau membatasi ( kaca mata pelindung, masker wajah, sepatu boot, atau sepatu tertutup, celemek) petugas dari percikan cairan tubuh, darah atau cedera selama melaksanakan prosedur klinik. Masker wajah dan celemek plastik sederhana dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan sumberdaya yang tersedia di masing-masing daerah jika jika alat atau perlengkapan sekali pakai tidak tersedia.

C. Teknik Antiseptik

Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit. Karena kulit dan selaput mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka terbuka dan menyebabkan infeksi. Cuci tangan secara teratur di antara kontak dengan setiap ibu dan bayi baru lahir, juga membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada kulit.

Larutan antiseptik (seperti alkohol) memerlukan waktu beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh agar dapat mencapai manfaat


(24)

yang optimal. Karena itu, penggunaan antiseptik tidak diperlukan untuk tindakan kecil dan segera (misalnya, penyuntikan oksitoksin secara IM pada penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, memotong tali pusat) asalkan peralatan yang digunakan sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril.

Cegah kontaminasi larutan antiseptik dan disinfektan dengan cara : a) Hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan (jika pengenceran

diperlukan)

b) Berhati-hati untuk tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil (pinggiran wadah larutan yang utama tidak boleh bersentuhan dengan wadah yang lebih kecil)

c) Mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air serta membiarkannya kering dengan cara diangin-anginkan setidaknya sekali seminggu (tempelkan label bertuliskan tanggal pengisian ulang)

d) Menuangkan larutan antiseptik ke gulungan kapas atau kasa (jangan merendam gulungan kapas atau kasa di dalam wadah ataupun mencelupkannya ke larutan antiseptik)

e) Menyimpan larutan di tempat yang dingin dan gelap D.Memperoses Alat Bekas Pakai

Tiga proses pokok yang direkomendasikan untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam upaya pencegahan infeksi adalah :

1) Dekontaminasi 2) Cuci dan bilas


(25)

Benda-benda steril atau DTT harus disimpan dalam keadaan kering dan bebas debu. Jaga agar bungkusan-bungkusan yang tetap kering dan utuh sehingga kondisinya tetap terjaga dan dapat digunakan hingga satu minggu setelah di proses. Peralatan steril yang dibungkus dalam kantong plastik bersegel, tetap kering dan utuh masih dapat digunakan hingga satu bulan setelah proses. Peralatan dan bahan disinfeksi tingkat tinggi dapat disimpan dalam wadah tertutup yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi, masih boleh digunakan dalam kisaran waktu satu minggu asalkan tetap kering dan bebas debu. Jika peralatan-peralatan tersebut tidak digunakan dalam tenggang waktu penyimpanan tersebut maka proses kembali dulu sebelum digunakan kembali.

Jenis prosedur dan tindakan apapun yang dilakukan, cara pemrosesan peralatan atau perlengkapan tersebut tetap sama seperti digambarkan pada Bagan 1-1.


(26)

Bagan 1-1 : Proses Peralatan Bekas Pakai

Untuk menyiapkan wadah yang didisinfeksi tingkat tinggi, rebus (jika kecil) atau isi dengan larutan klorin 0,5% selama 20 menit (larutan klorin bisa dipindah ke wadah yang lain untuk digunakan ulang dalam waktu 24 jam). Bilas wadah dengan air matang dan angin-anginkan sampai kering sebelum digunakan.

DEKONTAMINASI

Rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

CUCI DAN BILAS Gunakan deterjen dan sikat.

Pakai sarung tangan tebal untuk menjaga agar tidak terluka oleh benda-benda tajam

Metode yang dipilih Metode alternatif

STERILISASI DISINFEKSI TINGKAT TINGGI

Otoklaf Panas Kering Rebus/Kukus Kimiawi 106 kPa

121 ᵒC 30 menit jika terbungkus

20 menit jika tidak terbungkus

170

ᵒC 60

Panci tertutup

20

Rend am 20 menit


(27)

Dekontaminasi

Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang tekontaminasi. Dekontaminasi membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah tangga yang terbuat dari bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor. Segera setelah digunakan, masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Prosedur ini dengan cepat mematikan virus Hepatitis B dan HIV. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi terendan seluruhnya oleh larutan klorin. Daya kerja larutan klorin, cepat mengalami penurunan sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat kotor atau keruh.

Pencucian dan Pembilasan

Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme pada peralatan/perlengkapan yang kotor baik atau yang sudah digunakan. Baik sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian sebelumnya. Jika benda-benda yang terkontaminasi tidak dapat dicuci segera setelah didekontaminasi, bilas peralatan dengan air untuk mencegah korosi dan menghilangkan bahan-bahan organik, lalu cuci dengan seksama secepat mungkin.


(28)

DTT dan Sterilisasi

Meskipun sterilisasi adalah cara yang paling efektif untuk membunuh mikroorganisme tetapi proses sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif dalam situasi tersebut. DTT dapat dilakukan dengan cara merebus, mengukus atau kimiawi. Untuk peralatan, perebusan seringkali merupakan metoda DTT yang paling sederhana dan efisien.

E. Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman

Luka tusuk benda tajam (misalnya, jarum) merupakan salah satu alur utama infeksi HIV dan hepatitis B di antara para penolong persalinan. Oleh karena itu, perhatikan pedoman berikut :

1) Letakkan benda-benda tajam diatas kaki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan menggunakan ‘’daerah aman ‘’ yang sudah ditemukan (daerah khusus untuk meletakkan dan mengambil peralatan tajam).

2) Hati-hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja.

3) Gunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit, jangan pernah meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan.

4) Jangan menutup kembali, melengkungkan,mematahkan atau melepaskan jarum yang akan dibuang

5) Buang benda-benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah dua per tiga penuh, jangan memindahkan benda-benda


(29)

tajam tersebut ke wadah lain, wadah benda tajam yang sudah disegel tadi harus dibakar di dalam insinerator.

6) Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara insinerasi, bilas bilas tiga kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu tangan dan kemudian kuburkan :

Cara melakukan teknik satu tangan :

a) Letakkan penutup jarum pada permukaan yang keras dan rata.

b) Pegang tabung suntik dengan satu tangan, gunakan ujung jarum jam untuk ‘’mengait’’ penutup jarum, jangan memegang penutup jarum dengan tangan lainnya.

c) Jika jarum sudah tertutup seluruhnya, pegang bagian bawah jarum dan gunakan tangan yang lain untuk merapatkan penutupnya.

F. Pengelolaan Sampah Pembuangan sampah

Sampah bisa terkontaminasi atau tidak terkontaminasi, sampah yang tidak terkontaminasi tidak mengandung risiko bagi petugas yang menanganinya. Tapi sebagian besar limbah persalinan dan kelahiran bayi adalah sampah terkontaminasi, jika tidak dikelola dengan benar sampah terkontaminasi berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak atau menangani sampah tersebut termasuk anggota masyarakat. Sampah terkontaminasi termasuk


(30)

darah, nanah, urin, kotoran manusia dan benda-benda yang kotor oleh cairan tubuh. Tangani pembuangan sampah dengan hati-hati.

Tujuan pembuangan sampah secara benar adalah :

1) Mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan kepada masyarakat.

2) Melindungi petugas pengelola sampah dari lukaatau cedera tidak sengaja oleh benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi.

Setelah selesai melakukan suatu tindakan (misalnya asuhan persalinan), dan sebelum melepas sarung tangan, letakkan sampah terkontaminasi (kasa, gulungan kapas, perban, dll) ke dalam tempat sampah tahan air /kantung plastik sebelum dibuang. Hindarkan kontaminasi bagian luar kantung dengan sampah yang terkontaminasi. Cara pembuangan yang benar untuk benda-benda tajam terkontaminasi adalah dengan menempatkan benda-benda tersebut dalam wadah tahan bocor (misalnya, botol plastik air mineral atau botol infus) maupun kotak karton yang tebal, kaleng atau wadah yang terbuat dari bahan logam. Singkirkan sampah yang terkontaminasi dengan cara dibakar. Jika hal ini tidak memungkinkan, kuburkan bersama wadahnya. Sampah yang tidak terkontaminasi bisa dibuang ke dalam wadah sampah biasa.


(31)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori dan tinjauan teoritis penelitian tentang pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi di klinik bersalin swasta pada proses pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan. Dengan subjek yang akan diteliti yaitu tentang tindakan cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pemrosesan alat bekas pakai, teknik antiseptik, penggunaan peralatan tajam secara aman, dan pengelolaan sampah, maka kerangka konsep dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Pelaksanaan Tindakan

Pencegahan infeksi oleh BPS a. Cuci tangan

b. Memakai sarung tangan c. Pengelolaan cairan antiseptik d. Pengelolaan sampah medis e. Pemrosesan alat bekas pakai f. Penggunaan peralatan tajam

secara aman

Proses pertolongan persalinan


(32)

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

N

o Variabel Pengertian Alat ukur

Cara

Ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Cuci

tangan

Cara yang dilakukan untuk membersihkan tangan dengan air bersih yang mengalir dan memakai sabun

Observasi Cheklist a. Benar

Jika tindakan dilakukan dengan benar ( skor 11-15) b. Tidak benar

Jika tindakan tidak dilakukan dengan benar ( skor 5-10)

Ordinal

Memakai sarung tangan

Penggunaan sarana proteksi berupa sarung tangan pada saat memberikan asuhan kebidanan

Observasi Cheklist a. Benar

Jika tindakan dilakukan dengan benar (skor 11-15) b. Tidak benar

Jika tindakan tidak dilakukan dengan benar ( skor 5-10)

Ordinal Pemroses an alat bekas pakai Proses pencegahan infeksi dasar yang dianjurkan untuk menurunkan penularan penyakit dari instrument yang kotor

Observasi Cheklist a. Benar

Jika tindakan dilakukan dengan benar (skor 31-45) b. Tidak benar

Jika tindakan tidak dilakukan dengan benar ( skor 15-30)

Ordinal

Teknik antiseptik

Cara atau tindakan yang

dilakukan untuk mencegah infeksi

Observasi C

heklist

a. Benar

Jika tindakan dilakukan dengan benar (skor 19-27) b. Tidak benar

Jika tindakan tidak dilakukan dengan benar ( skor 9-18)


(33)

Pengguna an peralatan tajam secara aman

Menggunakan peralatan secara hati-hati pada saat melakukan asuhan kebidanan

Observasi Cheklist a. Benar

Jika tindakan dilakukan dengan benar (skor 14-18) b. Tidak benar

Jika tindakan tidak dilakukan dengan benar ( skor 7,5-13)

Ordinal

Pengelola an sampah

Cara yang dilakukan untuk membersihkan dan memproses sampah terkontaminasi

Kuesioner Cheklist a. Benar

Jika tindakan dilakukan dengan benar (skor 21-30) b. Tidak benar

Jika tindakan tidak dilakukan dengan benar ( skor 13,5-20)


(34)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan untuk melakukan prosedur penelitian. Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan pencegahan infeksi yang dilakukan oleh klinik bersalin swasta dalam proses pertolongan persalinan di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan tahun 2013.

B.

Populasi dan Sampel Penelitian

1.

Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian atau yang akan diteliti (suyanto, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan Praktek Swasta yang melakukan pertolongan persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan yaitu sebanyak 30 orang.

2. Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan total sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 30 orang.


(35)

C.

Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Swasta di Wilayah Kerja Puskesmas Tembung Medan

D.

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September tahun 2012 sampai dengan bulan Juni tahun 2013.

E.

Etika Penelitian

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari institusi pendidikan yaitu program studi D- IV bidan pendidik dan dekan fakultas keperawatan Sumatera Utara untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah itu peneliti mengajukan permohonan izin kepada Klinik Bersalin Swasta di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan. Setelah mendapat persetujuan, peneliti memulai penelitian dengan mempertimbangkan maslah etik penelitian dengan cara memberikan informed consent, kemudian peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh yang negatif akan terjadi sebelum dan sesudah pengumpulan data bagi responden.

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden pada lembar pengumpulan data hanya nomor kode yang digunakan sehingga kerahasiaan, identitas dan informasi yang diberikan tetap terjaga kerahasiaannya. Dan seluruh informasi yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian.


(36)

F.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi sebagai alat pengumpulan data, yaitu dengan cara mengamati setiap tindakan yang dilakukan untuk pencegahan infeksi dengan menggunakan lembar checklist. Item observasi terdiri dari 50 pernyataan, dengan pilihan jawaban dikotomi yaitu dilakukan dan tidak dilakukannya suatu tindakan. Dimana pernyataan disusun berdasarkan tindakan pencegahan infeksi dalam melaksanakan asuhan persalinan, yang meliputi tindakan memakai sarung tangan terdiri dari 5 item observasi, cuci tangan terdiri dari 5 item observasi, pengelolaan sampah medis terdiri dari 10 item observasi, pemrosesan alat bekas pakai terdiri dari 15 item observasi, penggunaan peralatan tajam secara aman terdiri dari 6 item observasi, pengelolaan cairan antiseptik terdiri dari 9 item observasi. Pernyataan item observasi disusun berdasarkan skala Guttman yaitu skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat jelas dan konsisten, sama halnya dengan dengan observasi tindakan, jika tindakan dilakukan diberi skor maksimal 3 dan jika tindakan tidak dilakukan diberi skor minimal 1. Dari hasil perolehan skor maka kategori penilaian dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu benar dan tidak benar.

Untuk mendapatkan penyekoran untuk kategori menggunakan rumus statistik

yaitu : p = rentang

banyak kelas

1) P = nilai panjag kelas (i)


(37)

3) Banyak kelas = jumlah kategori yang digunakan (2), benar dan tidak benar

Untuk menentukan kategori benar dan tidak benar adalah :

Jika skor responden :

1. Benar jika skor responden pada cuci tangan (11-15) dan tidak benar jika skor responden (5-10)

2. Benar jika skor responden pada memakai sarung tangan (11-15) dan tidak benar jika skor responden (5-10)

3. Benar jika skor responden pada pemrosesan alat bekas pakai (31-45) dan tidak benar jika skor responden (15-30)

4. Benar jika skor responden pada teknik antiseptik (19-27) dan tidak benar jika skor (9-18)

5. Benar jika responden pada penggunaan peralatan tajam secara aman (14-18) dan tidak benar jika skor (7,5-13)

6. Benar jika responden pada pengelolaan sampah ( 21-30) dan tidak benar jika skor (13,5-20)

G.

Validitas dan Reabilitas

Validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2006, hlm. 104). Uji validitas yang dilakukan adalah dengan cara validitas isi (content validity) yang diuji oleh Ibu Betty Mangkuji, SST, M.Keb


(38)

H.

Prosedur Pengumpulan Data

1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yaitu bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Balam Sunggal.

2. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti setelah mendapat surat ijin penelitian dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan.

3. Mengajukan surat permohonan ijin pelaksanaan penelitian ke Puskesmas Balam Sunggal.

4. Melakukan pendekatan kepada masing-masing responden.

5. Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara suka rela.

6. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent).

7. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden.

8. Peneliti mengamati setiap tindakan yang dilakukan oleh bidan dalam proses pencegahan infeksi pada proses persalinan sesuai dengan item dan memberi penilaian.

9. Peneliti memeriksa kelengkapan data secara keseluruhan,sehingga data yang diperoleh terpenuhi, kemudian di analisis.

I.

Analisis data

Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan analisis data melalui beberapa tahapan, pertama editing untuk melakukan pengecekan kelengkapan data. Kemudian data yang akan diukur diberi koding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data. Selanjutnya tabulating untuk mempermudah


(39)

analisis data yang dimasukan ke dalam tabel. Selain itu mengentri data dalam computer dan dilakuakn didalam pengelolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakuakn cleaning dan entry yaitu pemeriksaan semua data kedalam program komputer guna menghindarai terjadinya kesalahan. Analisis data dilakukan menggunakan bantuan program yang disesuaikan dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Univariat

Analisis ini adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan data dalam bentuk tabel meliputi data yang bersifat kategori dicari frekuensi dan proporsinya yaitu karakteristik responden yang meliputi bidan yang bekerja di klinik bersalin swasta.

J.

Rencana Analisa Data

Setelah semua data terkumpul dengan seluruhnya, maka peneliti mengadakan analisa data melalui beberapa tahap, dimulai dengan :

a. Editing

Yaitu mengecek kelengkapan data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi. Dari hasil editing dapat diketahui seluruh pertanyaan yang diajukan dijawab seluruhnya oleh responden sehingga tidak perlu lagi pengambilan data.

b. Coding (pemberian kode)

Pemberian kode pada yang telah di cek kelengkapannya untuk memudahkan melakukan tabulasi.

c. Entry (pemasukan data ke komputer)


(40)

d. Tabulating

Memasukkan data ke dalam tabel kemudian diolah dengan sistem komputerisasi. Kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori kepustakaan yang ada.


(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Telah dilakukan penelitian tentang Pelaksanaan Tindakan Pencegahan Infeksi pada Proses Pertolongan Persalinan oleh bidan praktek swasta di wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan dengan 30 responden. Penelitian dilakukan mulai September tahun 2012 sampai dengan bulan Juni 2013. Data karakteristik responden yang diolah dalam penelitian ini adalah pendidikan responden, pengalaman bekerja dan pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN). Selengkapanya dapat dilhat pada Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1.

Distribusi Karakteristik Responden di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan tahun 2010

Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%) Pendidikan D I D III D IV S2 0 14 13 3 0 45,2 41,9 9,7 Pengalaman Bekerja /

bertugas

< 5 tahun 5-10 tahun >10 tahun 9 13 8 29,0 41,9 25,8 Pelatihan APN Ya Tidak 18 12 58,1 38,7


(42)

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui, karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar memiliki pendidikan D III kebidanan yaitu sebanyak 14 orang (45,2%). Berdasarkan pengataman bekerja menunjukkan bahwa dari 30 responden, sebagian besar memiliki pengalaman bekerja 5-10 tahun yaitu sebanyak 13 orang (41,9%). Berdasarkan pelatihan Asuhan Persalinan Noimal (APN),sebagian besar memiliki 18 orang (58,1%), telah mengikuti pelatihan APN.

2. Tindakan pencegahan infeksi pada proses pertolongan persalinan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan pencegahan infeksi yang dilakukan oleh bidan praktek swasta, pada saat melakukan pertolongan persalinan di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan yang meliputi;

A. Prosedur cuci tangan

Salah satu yang menjadi indikator pencegahan infeksi adalah dengan mencuci tangan, baik sebelum, maupun sesudah melakukan tindakan. Prosedur cuci tangan mempakan langkah awal dari lima langkah penting dalam pencegahan infeksi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tindakan prosedur cuci tangan pada proses pertolongan persalinan yang dilakukan oleh bidan praktik swasta dengan 19 orang responden dengan tujuan pencegahan infeksi, dengan menilai beberapa item yang menjadi tolak ukur untuk menentukan tindakan dalam kategori benar dan tidak benar, ada 5 item yang di nilai, hal tersebut bisa di lihat pada Tabel 5.2 berikut ini


(43)

Tabel 5.2

Distribusi item observasi tindakan responden untuk Pencegahan Infeksi pada proses pertolongan persalinan dalam hal prosedur cuci tangan di Wilayah kerja

Puskesmas Tembung Medan 2013

o

Item Observasi Tindakan Dila kukan Tida k Dilakukan Ju mlah % Petugas melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan

8 3,3

6

,7 0 00 Petugas membasahi tangan

dengan air bersih dan mengalir 8 3.3

6

,7 0 00 Petugas menggosok kedua

tangan dengan kuat dan menggunakan sabun selama 15-30 detik (termasuk sela-sela jari)

8 3,3

6

,7 0 00

Petugas membilas tangan

dengan air bersih 2 3,3

2

6,7 0 00 Petugas mengeringkan

tangan dengan cara : a. Diangin-anginkan b. Dilap dengan tisue

c. Dilap dengan handuk pribadi yang kering dan basah

3 6,7

2

3,3 0 00

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tindakan pencegahan infeksi dalam hal prosedur cuci tangan, pada item observasi nomor 1,2,3 yaitu meliputi, Petugas melepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan, Petugas membasahi tangan dengan air bersih dan mengalir, Petugas menggosok kedua tangan dengan kuat dan menggunakan sabun selama 15-30 detik (termasuk sela-sela jari) ,ke tiga item ini merupakan konsep yang paling penting dalam melakukan tindakan prosedur cuci tangan yang dapat dikatakan dengan kategori tindakan benar serta dianggap sebagai penunjang mutu pelayanan kebidanan, ternyata pada item tersebut semua responden sebanyak 19 orang (61,3%) melakukan dengan benar, akan tetapi untuk item yang lain, yang tidak


(44)

dilakukan responden secara keseluruhan bukan berarti dianggap tidak penting yaitu item nomor 1 dilakukan oleh 28 orang (93,3%) yang tidak melakukan 2 orang (6,7%), item nomor 4 dilakukan oleh 22 orang responden (73,3 %), yang tidak melakukan 8 orang responden (26,7%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan prosedur cuci tangan dapat dilihat pada Tabel 5.3 di bawah

Tabel 5.3.

Distribusi kategori tindakan responden dalam hal prosedur cuci tangan diwilayah kerja puskesmas Tembung Medan 2013

Kategori Prosedur cuci tangan Frekuensi Persentase (%)

Benar Tidak benar

19 11

61,3 35,5

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui, kategori tindakan dalam hal melakukan prosedur cuci tangan dengan benar oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 19 orang (61,3%).

B. Pemakaian Sarung Tangan

Penggunaan sarung tangan sama hal nya dengan tindakan cue! tangan, yaitu merupakan komponen kunci dalam meminimalkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi. Dengan demikian alasan yang sangat menunjang pentingnya memakai sarung tangan yaitu: mengurangi resiko petugas terkena infeksi, mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien, seita mengurangi kontaminasi silang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk menilai tindakan responden dalam melakukan tindakan pemakaian samng tangan dapat diketahui melalui


(45)

item observasi yang telah disediakan sebagai tolak ukur dalam memberikan kategori penilaian benar dan tidak benar. untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4.

Dstribusi item observasi tindakan responden untuk Pencegahan Infeksi pada proses pertolongan persalinan dalam hal pemakaian sarung tangan

di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan 2013

No Item Observasi Tindakan Dila

kukan Tida k Dilakukan Ju mlah %

1 Sarung tangan yang akan digunakan kembai telah melewati proses dekontaminasi, pencucian dan pembilaasan, serta DTT / sterilisasi

27 90 3 10 30 100

2 Petugas menggunakan sarung tangan pada saat menghisap lendir pada dari jalan nafas bayi

30 100 0 0 30 100

3 Petugas menggunakan sarung tangan pada saat memegang dan

membersihkan peralatan terkontaminasi

21 70 9 30 30 100

4 Petugas menggunakan sarung tangan pada saat memegang sampah terkontaminasi

24 80 6 20 30 100

5 Petugas menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan percikan darah / cairan tubuh

21 70 9 30 30 100

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa tindakan pencegahan infeksi yang dilakukan responden dalam melakukan tindakan pemakaian sarung tangan, dapat di nilai berdasarkan tolak ukur yang disediakan dalam bentuk item observasi nomor 1,5 bahwa ketika responden melakukan Sarung tangan yang akan digunakan kembai telah melewati proses dekontaminasi, pencucian dan pembilaasan, serta DTT / sterilisasi, Petugas


(46)

menggunakan sarung tangan pada saat membersihkan percikan darah / cairan tubuh yang tidak melakukan 3 orang responden (10%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pemakaian sarung tangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.5.

Distribusi kategori tindakan responden dalam pemakaian sarung tangan di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan 2013

Kategori Pemakaian sarung tangan

Frekuensi Persentase (%) Benar

Tidak benar

14 16

45,2 51,6

Jumlah 30 100

Berdasarkan label 5.5 dapat dilihat, bahwa distribusi kategori tindakan dalam melakukan tindakan pemakaian sarung tangan oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 14 orang (45,2%).

C. Pengelolaan cairan antiseptik

Cairan antiseptik digunakan untuk menghilangkan mikroorganisme tanpa menyebabkan msaknya kulit serta selaput lendir. Cairan antiseptik yang digunakan dalam memberikan pertolongan persalinan telah memenuhi syarat sebagai cairan antiseptik yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan seperti savlon dan cairan dettol yang kemudian diencerkan sebagai larutan konsentrat. Cara penggunaan cairan antiseptik ini hams benar-benar efektif sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemakaian cairan antiseptik adalah mengenai waktu pengisian ulang, cara penyimpanan, wadah atau tempat untuk menyediakan larutan antiseptik. Penggunaan cairan antiseptik yang


(47)

efektif akan menghambat dan membunuh masuknya mikroorganisme kedalam tubuh dan juga mencegah kontaminasi pada alat instrumen, dengan demikian maka kejadian infeksi dapat dicegah dan diminimalkan kejadiannya. Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui bagaimana responden melakukan tindakan dalam hal pengelolaan cairan antiseptik, dapat diketahui dari item observasi yang dijadikan sebagai standar operasional prosedur dalam Tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.7.

Distribusi item observasi tindakan responden untuk Pencegahan Infeksi pada proses pertolongan persalinan dalam hal pengelolaan cairan antiseptik

secara aman di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan 2013 No Item Observasi Tindakan Dilakukan Tidak

Dilakukan

Jumlah %

1 Petugas hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan cairan antiseptik (jika pengenceran diperlukan)

26 86,7 4 13,3 30 100

2 Petugas menggunakan cairan

antiseptik wadah / kemasan yang lebih kecil untuk pemakaian sehari-hari

25 83,3 5 16,7 30 100

3 Petugas menyiapkan larutan dan membersihkan wadah larutan yang digunakan sehari-hari secara rutin setiap minggu

28 93,3 2 6,7 30 100

4 Petugas tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil

29 96,7 1 3,3 30 100

5 Petugas mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air setiap minggu

23 76,7 7 23,3 30 100

6 Petugas mengeringkan wadah dengan cara diangin-anginkan

25 83,3 5 16,7 30 100


(48)

tanggal pengisian ulang pada wah

8 petugas menuangkan larutan

antiseptik ke gulungan kapas / kasa

21 70 9 30 30 100

9 Petugas menyimpan larutan di temapt yang dingin dan gelap

21 70 9 30 30 100

Berdasrkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tindakan pencegahan infeksi dalam pengelolaan cairan antiseptik, dapat diketahui item observasi sebagai tolak ukur penilaian. Pelaksanaan tindakan pada item observasi nomor 1,3,4,5,6,7,8,9 yaitu dalam hal ini Petugas hanya menggunakan air matang untuk mengencerkan cairan antiseptik (jika pengenceran diperlukan), Petugas menyiapkan larutan dan membersihkan wadah larutan yang digunakan sehari-hari secara rutin setiap minggu, Petugas menyiapkan larutan dan membersihkan wadah larutan yang digunakan sehari-hari secara rutin setiap minggu, Petugas tidak mengkontaminasi pinggiran wadah pada saat menuangkan larutan ke wadah yang lebih kecil, Petugas mengosongkan dan mencuci wadah dengan sabun dan air setiap minggu, Petugas mengeringkan wadah dengan cara diangin-anginkan, petugas menempelkan label berisi tanggal pengisian ulang pada wadah, petugas menuangkan larutan antiseptik semua responden sebanyak 30 orang (100%) melakukan tindakan tersebut, item nomor 1 dilakukan oleh 26 orang (86,7%) yang tidak melakukan 4 orang (13,3%), item nomor 3 dilakukan oleh 28 orang responden (93,3%), yang tidak melakukan 2 orang responden (6,7%), item no 2 dilakukan oleh 25 orang responden (83,3%), yang tidak melakukan 5 orang (16,7%). Sehingga berdasarkan item lersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pengelolaan cairan antiseptik dapat dilihat dalam Tabel 5.7.


(49)

Tabel 5.7.

Distribusi kategori tindakan responden dalam hal pengelolaan cairan antiseptik diwilayah kerja puskesmas Tembung Medan 2013

Kategori Pengelolaan cairan antiseptic

Frekuensi Persentase (%)

Benar Tidak benar

19 11

61,3 35,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui distribusi kategori tindakan dalam metakukan tindakan pengelolaan cairan antiseptik oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 19 orang (61,3%).

D. Pemrosesan alat bekas pakai

Pemrosesan alat bekas pakai merupakan tindakan dekontaminasi alat-alat instrumen yang sudah terkontaminasi baik darah ataupun cairan tubuh ketika melakukan pelayanan kesehatan atau memberikan pertolongan persalinan. Pemrosesan alat bekas pakai diawali dengan tindakan pencucian, dan pembilasan a!at-alat instrumen. Tindakan ini merupakan salah satu prinsip yang tidak bisa diabaikan, karena dari beberapa penelitian membuktikan bahwa dengan pemrosesan alat bekas pakai yang efektif yaitu melalui proses pencucian dan pembilasan alat-alat bekas pakai kejadian infeksi dapat dicegah kejadiannya hampir 70%. Pemrosesan alat bekas pakai merupakan sebuah proses pencegahan infeksi yang dianjurkan untuk menurunkan penuiaran penyakit dari instrumen yang terkontaminasi dengan cara melakukan proses dekontaminasi. Proses dekontaminasi dilakukan dengan tahapan bagaimana instrumen yang kotor kembali diproses dengan larutan klorin, serta waktu kapan proses dekontaminasi dilakukan dan juga bagaimana proses penyikatan dan pembilasan alat-alat bakas pakai. Berdasarkan


(50)

hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang tindakan responden dalam melakukan tindakan pemrosesan alat bekas pakai dapat diketahui melalui item observasi sebagai daftar titik yang telah ditentukan sebagai tolak ukur untuk menilai tindakan yang dilakukan responden sudah sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan atau tidak, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut

Tabel 5.8.

Distribusi item observasi tindakan responden untuk Pencegahan Infeksi pada proses pertolongan persalinan dalam hal pemrosesan alat bekas pakai

di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan 2013 No Item Observasi Tindakan Dilakukan Tidak

Dilakuka n

Jumlah

f % f % f %

A Dekontaminasi

1 Petugas menggunakan sarung tangan karet yang tebal / sarung tangan rumah tangga dari lateks

28 93,3 2 6,7 30 100

2 Petugas segera memasukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin 0,5%

30 100 0 0 30 100

3 Petugas menrendam instrumen selama 10 menit

26 86,7 4 13,3 30 100

4 Petugas mengganti larutan klorin tiap 24 jam atau bila larutan telah terlihat kotor / keruh

26 86,7 4 13,3 30 100

B Pencucian dan pembilasan

5 Petugas menggunakan sarung tangan karet yang tebal / sarung rumah tangga dari lateks

20 66,7 10 33,3 30 100

6 Benda-benda yang akan dicuci sudah didekontaminasi terlebih dahulu

24 80 6 20 30 100

7 Benda-benda yang terbuat dari plastik / karet dicuci terisah dengan peralatan


(51)

dari logam

8 petugas membuka engsel gunting dan klem

26 86,7 4 13,3 30 100

9 Petugas menggunakan sikat dengan air dan sabun untuk menhilangkan sisa darah dan kotoran dari instrumen

26 86,7 4 13,3 30 100

10 Petugas mencuci setiap benda 3 kali dengan air dan sabun

20 66,7 10 33,3 30 100

11 Petugas membilas benda-benda yang telah dicuci dengan bersih

23 76,7 7 23,3 30 100

12 Selagi masih memakai sarung tangan, petugas mencuci sarung tangan dengan air dan sabun kemudian dibilas secara seksama dengan menggunakan air bersih

20 66,7 10 33,3 30 100

C Sterilisasi

13 Petugas menggunakan oven panas kering pada temperatur 1700C selama 60 menit

24 80 6 20 30 100

14 Petugas melakukan sterilisasi selama 20 menit jika instrumen tidak terbungkus

19 63,3 11 36,7 30 100

15 Petugas menyimpan instrumen dalam wadah steril berpenutup rapat

21 70 9 30 30 100

Berdasarkan tabel diatas dpat dilihat bahwa semua responden sebanyak 30 orang (100%) melakukan, item nomor 3,4,8,9 dilakukan oleh 26 orang (86,7%) yang tidak melakukan 4 orang (13,3%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pemrosesan alat bekas pakai dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini.


(52)

Tabel 5.9.

Distribusi kategori tindakan responden dalam hal pemrosesan alat bekas pakai di wilayah kerja puskesmas Tembung Medan 2013

Kategori Pemrosesan alat bekas pakai

Frekuensi Persentase (%)

Benar Tidak benar

18 12

58,1 38,7

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas distribusi kategori tindakan dalam melakukan tindakan pemrosesan alat bekas pakai oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 18 orang (58,1%).

E. Pengelolaan sampah medik

Sampah terkontaminasi meliputi darah, urin, tinja, serta benda-benda yang terceraar oleh cairan tubuh. Jika tidak dikelola secara benar sampah terkontaminasi yang membawa mikroorganisme berpotensi untuk menginfeksi siapapun yang melakukan kontak dengan sampah tersebut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tindakan responden dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah dapat dilihat pada item observasi yang disediakan dalam tabel di bawah ini


(53)

Tabel 5.10.

Distribusi item observasi tindakan responden untuk Pencegahan Infeksi pada proses pertolongan persalinan dalam hal pengelolaan sampah medik

di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan 2013 No Item Observasi Tindakan Dilakukan Tidak

Dilakukan

Jumlah

1 Petugas menggunakan sarung tangan pada saat menangani sampah terkontaminasi

26 86,7 4 13,3 30 100

2 Sampah terontaminasi dimasukkan ke dalam tempat sampah kedap air / kantong plastik sebelum dibuang

26 86,7 4 13,3 30 100

3 Petugas mencegah terjadinya kontak antara sampah terkontaminasi dengan permukaan luang kantong

27 90 3 10 30 100

4 Petugas membuang benda-benda taham yang terontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor / kontak karbon tebal / awah logam

23 76,6 7 23,3 30 100

5 Petugas membersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian menyeka dengan kain / pel

23 76,6 7 23,3 30 100

6 Petugas membungkus / menutup linon bersih dan menyimpan dalam kereta dorong / kemari tertutup

22 73,3 8 26,7 30 100

7 Petugas membersihkan tempat tidur, meja dan troli dengan kain yang dibaasahi lorin 0,5% dan deterjen

18 60 12 40 30 100

8 Petugas menyeka celemek dengan klorin 0,5%

19 63,3 10 36,6 30 100

9 Petugas membersihkan lantai dengan lap kering kemudian diseka dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen

23 76,7 7 23,3 30 100

10 Petugas membersihkan dinding, gorden dan tirai dengan klorin 0,5% secara teratur


(54)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tindakan pencegahan infeksi dalam hal pengelolaan sampah medik, untuk pelakasanaan tindakan pada item observasi nomor 2 yaitu sampah terkontaminasi segera dimasukkan kedalam long sampah, item ini merupakan prinsip pokok dalam pengelolaan sampah,dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua responden sebanyak 30 orang (100%) melakukan hal tersebut, item nomor 1 dan nomor 2 dilakukan oleh 26 orang (86,7%) yang tidak melakukan 4 orang (13,3%), item nomor 7 dilakukan oleh 18 orang responden (60%), yang tidak melakukan 12 orang responden (40%), item no 5 dilakukan oleh 23 orang responden (76,7%), yang tidak melakukan 7 orang (23,3%), item nomor 3 dilakukan oleh 27 orang responden (90%), dan yang tidak melakukan 3 orang (10%) item nomor 10 dilakukan oleh 21 orang responden (70%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medik dengan kategori benar dan tidak benar, seperti dalam tabel di bawah ini:

Tabel 5.11.

Distribusi kategori tindakan responden dalam hal Pengelolaan sampah medik diwilayah kerja puskesmas Tembung Medan

Kategori Pengelolaan sampah medik

Frekuensi Persentase (%)

Benar Tidak benar

9 21

29,0 67,7

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui distribusi kategori tindakan dalam melakukan tindakan pengelolaan sampah medik oleh responden menunjukkan, bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar yaitu sebanyak 21 orang (67,7%).


(55)

F. Penggunaan Benda Tajam Secara Aman

Dalam melakukan tindakan prosedur penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar yaitu 25 orang (80,6). Benda – benda tajam sekali pakai ( jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau, skalpel) memerlukan penanganan khusus karena benda-benda ini dapat melukai petugas kesehatan dan juga masyarakat sekitarnya jika sampah ini dibuang di tempat pembuangan sampah umum.

Tabel 5.12

Distribusi item observasi tindakan responden untuk Pencegahan Infeksi pada proses pertolongan persalinan dalam hal penggunaan benda

tajam secara aman di Wilayah kerja Puskesmas Tembung Medan 2013

No Item Observasi Tindakan Dilakukan Tidak Dilakukan

Jumlah

f % f % f %

1 Petugas meletakkan benda – benda tajam di daerah khusus untuk meletakkan dan ,mengambil peralatan tajam

19 63,3 11 36,7 30 100

2 Petugas berhati –hati saat melakukan penjahitan agar terhindar dari luka tusuk secara tak sengaja

26 86,7 4 13,4 30 100

3 Petugas menggunakan pemegang jarum dan pinset pada saat menjahit

27 90 3 10 30 100

4 Jangan meraba ujung atau memegang jarum jahit dengan tangan

23 76,7 7 23,3 30 100

5 Jangan menutup kembali,

melengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum jam yang akan di buang

22 73,3 8 26,7 30 100

6 Petugas membuang benda – benda tajam dalam wadah tahan bocor dan segel dengan perekat jika sudah sua per tiga penuh


(56)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tindakan pencegahan infeksi dalam hal penggunaan benda tajam secara aman, untuk pelaksanaan tindakan pada item observasi nomor 1 yaitu , Petugas meletakkan benda – benda tajam di daerah khusus untuk meletakkan dan ,mengambil peralatan tajam, item ini merupakan prinsip pokok penggunaan benda tajam secara aman,dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua responden sebanyak 30 orang (100%) melakukan hal tersebut, item nomor 2 dilakukan oleh 26 orang (86,7%) yang tidak melakukan 4 orang (13,3%), item nomor 3 dilakukan oleh 27 orang responden (90%), yang tidak melakukan 3 orang responden (10%), item no 4 dilakukan oleh 23 orang responden (76,7%), yang tidak melakukan 7 orang (23,3%), item nomor 5 dilakukan oleh 22 orang responden (73,3%), dan yang tidak melakukan 8 orang (26,7%) item nomor 6 dilakukan oleh 25 orang responden (83,3%), yang tidak melakukan 5 responden (16,7%). Sehingga berdasarkan item tersebut dapat dikategorikan tindakan responden dalam melakukan tindakan penggunaan benda tajam secara aman dengan kategori benar dan tidak benar, seperti dalam tabel di bawah ini.

Tabel 5.11.

Distribusi kategori tindakan responden dalam hal Penggunaan benda tajam secara amandiwilayah kerja puskesmas Tembung Medan

Kategori Penggunaan benda tajam secara aman

Frekuensi Persentase (%)

Benar Tidak benar

5 25

16,1 80,6

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui distribusi kategori tindakan dalam melakukan tindakan penggunaan benda tajam secara aman oleh responden menunjukkan, bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar yaitu sebanyak 25 orang (80,6%)


(57)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, tentang pelaksanaan tindakan pencegaban infeksi pada proses pertolongan persalinan oleh bidan praktik swasta sebagai responden dengan item observasi yang meliputi, prosedur cuci tangan, pemakaian sarung tangan, pengelolaan cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai serta pengelolaan sampah medik. Dalam melakukan tindakan pencegahan infeksi dapat dikategorikan dengan tindakan benar, dan tidak benar, berdasarkan daftar tilik yang telah disediakan sebagai tolak ukur untuk penilaian. Kategori tindakan responden secara benar adalah responden melakukan item-item prosedur penting yang sifatnya prinsip dilakukan keseluruhan secara benar yang dapat menunjang kualitas pelayanan kesehatan. Sedangkan pada kategori tindakan tidak benar adalah responden tetap melakukan item tindakan tetapi tidak sempuma secara keseluruhan artinya bukan berarti responden tidak melakukan item tindakan tersebut. Hal tersebut dapat kita ketahui dari keteranagn dibawah berikut ini.

A. Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur cuci tangan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam melakukan tindakan prosedur cuci tangan menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 19 orang (61,3%). Tindakan cuci tangan merupakan salah satu aspek asepsis yang vital. Oleh karena itu tindakan cuci tangan merupakan salah satu prosedur yang sangat penting dari pencegahan timbulnya infeksi, karena flora kuman di kulit terdiri dari mikroorganisme yang menetap dan sementara setiap kita berhadapan dengan resiko terjadinya infeksi, dapat di hilangkan dengan cara mencuci tangan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pryana (2008) tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di klinik


(58)

bersalin Griya medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan prosedur cuci tangan dengan kategori tindakan tidak benar yaitu sebanyak 11 orang (35,5%).

Menurut Elliot (1996), mencuci tangan merupakan cara penting uutuk mengendalikan infeksi yang erat kaitannya dengan meningkatkan kesehatan yang positif. Sedangkan menurut Garner (1986) menyatakan cuci tangan merupakan satu-satunya prosedur klinis yang paling penting dilakukan untuk menghilangkan dan meminimalkan penuiaran penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas dari infeksi.

Menurut peneliti tangan merupakan perantara utama yang menyebabkan terjadinya infeksi silang ketika seseorang melakukan suatu tindakan terutama dalam melakukan pertolongan persalinan. Beberapa mikroorganisme dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan orang lain serta dari peralatan selama bekerja sehari-hari. Organisme ini disebut dengan flora peralihan dan mudah dihilangkan dengan mencuci tangan. Anjuran cuci tangan yang baik adalah dengan mencuci tangan pada air mengalir dengan menggunakaii sabun kemudian mengeringkan dengan menggunakan handuk pribadi.

Mencuci tangan dengan menggosok kedua permukaan tangan dengan kuat dengan menggunakan air sabun kemudian dibilas dengan air mengalir akan dapat menghilangkan mikroorganisme sebanyak mungkin, Sesuai dengan tujuan pelayanan yang menunjang kualitas asuhan yang diberikan pada proses pertolongan persalinan, yang menyatakan bahwa pengendalian pencegahan infeksi dapat di lakukan dengan mencuci tangan baik sebelum maupun sesudah melakukan tindakan.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, tindakan responden dalam melakukan tindakan cuci tangan lebih banyak dengan benar. Hal ini sesuai dengan pilar


(59)

ketiga safemotherhood yang telah ditetapkan dalam standar operasional prosedur Asuhan Persalinan Normal yang telah diikuti oleh seluruh responden dalam memberikan pertolongan persalinan. yang menghamskan bahwa setiap penolong persalinan harus menciptakan persalinan aman, sehat serta bebas dari infeksi yang di harapkan dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.

B. Tindakan Responden Berdasarkan Pemakaian Sarung tangan

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam hal pemakaian sarung tangan menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 14 orang (45,2%). Sarung tangan harus digunakan oleh seluruh petugas kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan, terutama ketika kontak dengan cairan tubuh atau darah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Gisca di Rumah Sakit Ethanol (2009) di Palembang, tentang pengetahuan dan tindakan bidan untuk mengendalikan kejadian infeksi, mendapati bahwa sebagian besar bidan mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengendalian infeksi yang diaflikasikan melalui tindakan dengan baik juga dalam melakukan pemakaian sarung tangan untuk mengendalian kejadian infeksi di Rumah Sakit Ethanol, di Palembang.

Menurut Tenosis (2001), melakukan tindakan dengan menggunakan sarung tangan telah terbukti sangat efektif untuk mencegah kontaminasi pada tangan petugas kesehatan yang menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Jika memungkinkan sangat dianjurkan untuk pemakaian sarung tangan dengan sistem sekali pakai/disposabie.

Apabila menggunakan sarung tangan pakai ulang, maka sarung tangan harus melalui proses dekontaminasi dengan proses cuci bilas, kemudian di sterilkan atau dengan DTT (Kormiewich 1990).


(60)

Menurut peneliti, berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan pemakaian sarung tangan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahwa sesuai dengan kompetensi yang telah dirailiki oleh seluruh responden berdasarkan standar operasional prosedur dalam pemberian asuhan persalinan normal, yang menekankan bahwa dalam setiap memberikan pertolongan persalinan, penolong hams meminimalkan kejadian resiko terjadinya komplikasi termasuk kejadian infeksi yang dapat dicegah dengan pemakaian sarung tangan.

Pemakaian sarung tangan merupakan aspek vital yang kedua untuk pencegahan infeksi, setelah tindakan cuci tangan. Dengan menggunakan sarung tangan dalam memberikan pertolongan persalinan maka setiap penolong telah berupaya untuk mengurangi resiko dirinya terkena infeksi serta menularkan infeksi, mencegah penularan flora kulit dan dirinya kepada pasien. Serta mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang

dapat berpindah dari satu pasien dengan pasien yang lain atau yang disebut dengan infeksi silang.

C. Tindakan Responden Berdasarkan Pengelolaan cairan antiseptik

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam hal pengelolaan cairan antiseptik menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 19 orang (61,3%) didapati tidak melakukan tindakan pengelolaan cairan antiseptik dengan benar.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pryana (2008) tentang penatalaksanaan pencegahan infeksi dalam menangani persalinan di klinik bersalin Griya medika di Banjar Tulang Bawang Jawa tengah, mendapati hasil bahwa sebagian besar responden tidak melakukan pengelolaan cairan antiseptik dengan


(61)

tindakan tidak benar yaitu sebanyak 11 orang (35,3) dengan jumlah responden sebanyak 30 orang.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti terhadap 30 orang responden yang melakukan pertolongan persalinan dalam mengelola cairan antiseptik, khususnya ketika melakukan pengisian ulang, 23 orang responden tidak mencantumkan waktu ketika meiakukan pengisian ulang cairan antiseptik. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneiiti terhadap responden yang tidak mencntumkan waktu pada pengisian ulang cairan anti septik, mereka menganggap hal ini tidak terlalu berdampak terhadap pelayanan yang diberikan, dan juga adanya faktor kebiasaan yang sudah sering diabaikan atau hampir dilupakan.

Menurut peneliti, memberikan tanggal ketika melakukan pengisian ulang cairan antiseptik merupakan bal yang penting, hal ini disesuaikan juga dengan daftar tilik yang menganjurkan bahwa setiap melakukan pengisian ulang cairan antiseptik diharuskan mencantumkan hari dan tanggal. Karena waktu dapat inempengaruhi kadar konsetrat dari cairan antiseptik tersebut, sehingga akan mempengaruhi efektifitas dari mutu pelayanan yang dampaknya terhadap pengendalian infeksi.

Menumt Hulin et all (2002) antiseptik dirancang untuk memintmalkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh tanpa raerusak atau mengiritasi kulit atau lapisan mukosa. dimana zat tersebut digunakan. Karena kulit tidak niungkin disterilisasi, menyiapakan kulit dengan larutan antiseptik meminimalkan mikroorganisme yang mungkin akan mengkontaminasi luka pembedahan dan menyebabkan teijadinya infeksi. Semua jenis antiseptik dapat tercemar.. Mikroorganisme yang mencemari antiseptik diantaranya Stafilokokkus. basil gram negatif dan beberapa endospora. Pencemaran larutan antiseptik dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:


(62)

• Jika kemasan antiseptik yang besar, maka untuk pemakaian sehari-hari tuang dalam wadah kecil.

• Buat jadwal rutin yang tetap untuk menyiapakan larutan antiseptik dan bersihkan wadah pemakaian sehari-hari.

• Cuci wadah lingga bersih dengan sabun dan air kemudian keringkan sebelum diisi kembali.

• Beri lebel wadah pada pengisian ulang lengkapi dengan tanggal setiap kali pengisian ulang.

• Larutan antiseptik sebaiknya disimpan ditempat yang tidak terpapar dengan matahari.

D. Tindakan Responden Berdasarkan Pemrosesan alat bekas pakai

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam hal pemrosesan alat bekas pakai menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 18 orang (58,1%). Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai pemrosesan alat bekas pakai, tindakan responden dalam hal menyikat alat instrumen hanya 18 orang responden yang melakukan dengan benar. Penilaian peneliti, responden seolah-olah kurang menghiraukan dampak dari tindakan ini terhadap pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan wawancara dengan responden yang tidak menyikat alat instrumen sesuai dengan tolak ukur, responden rnenganggap bahwa hanya sekali penyikatan saja atau hanya direndam, maka alat-alat instmmen tersebut sudah dianggap bersih dari cairan tubuh atau darah pada proses persalinan.

Menurut Rutala (1993) Pemrosesan alat bekas pakai dengan upaya pencegahan infeksi direkomendasikan melalui tiga langkah pokok yaitu:


(63)

1. Dekontaminasi

2. Pencucian dan pembilasan

3. Sterilisasi atau desinfeksi tingkat tinggi

Dekontaminasi adalah langkah awal yang penting dalam penanganan peralatan, perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Segera setelah pemakaian rendam alat-alat dalam lamtan klorin 0,5% selama 10 menit. Tindakan ini akan dengan cepat membunuh virus Hepatitis B dan vims HIV/AIDS. Pastikan bahwa benda-benda yang terkontaminasi, telah terendam seluruhnya dalain larutan klorin. Kerja larutan klorin akan cepat mengalami penuranan sehingga haras diganti paling sedikit setiap 24 jam, atau lebih cepat jika terlihat telah kotor atau keruh. Pencucian dan pembilasan adalah cara yang paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme ada peralatan/perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik stenlisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) menjadi kurang tanpa proses pencucian sebelumnya.

Sterilisasi adalah metode sterilisasi yang paling murah dan efektif, tetapi juga paling sulit dilakukan secara benar. Meskipun sterilisasi adalah cara paling efektif untuk membunuh raikroorganisine, sterilisasi tidak selalu memungkinkan dan praktis. DTT adalah satu-satunya alternatif untuk situasi tersebut. DTT bias dicapai dengan merebus atau mengukus. Untuk perafatan, perebusan seringkali merupakan metode DTT yang paling sederhana dan efisien.


(64)

E. Tindakan Responden Berdasarkan Pengelolaan sampah medik

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam haf pemrosesan alat bekas pakai menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar yaitu 21 orang (67,7%).

Menurut Mujeeb (2003) setelah selesai melakukan suatu tindakan dalam asuhan persalinan dan sebelum melepaskan sarung tangan, segera meletakkan sampah terkontaminsi yang berapa kain kasa, gulungan kapas, dan perban dimasukkan kedalam tempat sampah yang kedap air atau kantung plastik yang telah disediakan khusu sebelum sampah dibuang. Berusaha menghindarkan terjadinya sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantung. Pembuangan secara benar untuk benda-benda tajam terkotaminasi adalah dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor seperti kotak karton yang tebal atau wadah yang terbuat dari logam untuk menghindari kejadian kontaminasi sampah medik.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa tindakan responden dengan teori dan daftar tilik untuk pencegahan infeksi dalam mengelola sampah medik terjadi kesenjangan. Peneliti menemui masih kurangnya kesadaran dari masing-masing responden untuk bekerja sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan untuk mencegah terjadinya infeksi pada proses pertolongan persalinan.

Penanganan sampah terkontaminasi yang benar, jika dilakukan dengan tepal sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), akan memberikan dampak yang positif, baik bagi tenaga kesehatan atau penolong persalinan, serta klien bahkan lingkungan masyarakat. Karena dengan pengelolaan sampah medik yang dilakukan oleh responden secara benar sesuai SOP, maka responden telah mampu meminimalkan penyebaran infeksi dengan cara:


(65)

1. Melindungi petugas pembuangan sampah dari perlukaan

2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan. 3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya

4. Membuang bahan-bahan berbahaya seperti bahan toksik dan radioakti

F. Tindakan Responden Berdasarkan Prosedur Penggunaan Peralatan Tajam Secara Aman

Berdasarkan hasil penelitian, tindakan responden dalam melakukan tindakan prosedur penggunaan peralatan tajam secara aman menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar yaitu 25 orang (80,6). Benda – benda tajam sekali pakai ( jarum suntik, jarum jahit, silet, pisau, skalpel) memerlukan penanganan khusus karena benda-benda ini dapat melukai petugas kesehatan dan juga masyarakat sekitarnya jika sampah ini dibuang di tempat pembuangan sampah umum.

Enkapsulasi dianjurkan sebagai cara termudah membuang benda-benda tajam. Benda tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan dan anti bocor. Sesudah ¾ penuh, bahan seperti semen, pasir, atau bubuk, plastik dimasukkan dalam wadah sampai penuh. Sesudah bahan-bahan menjadi padat dan kering, wadah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dapat dikuburkan. Bahan – bahan sisa kimia dapat dimasukkan bersama dengan benda- benda tajam (WHO 1999).

Menurut peneliti, berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa sebagian besar responden melakukan tindakan penggunaan benda tajam secara aman belum benar. Hal ini menekankan pada pembuangan di daerah tindakan dan membuang wadah benda-benda tajam, tidak sesuai dengan prosedur yang digunakan.


(66)

Untuk menghindari luka tusuk jarum suntik, jangan membengkokkan, mematahkan atau menyarungkan jarum ketika akan dibuang. Tempatkan kontainer ditempat yang mudah dicapai sehingga petugas kesehatan tidak perlu membawa-bawa benda tajam.


(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tindakan dalam hal prosedur cuci tangan oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 19 orang (61,3%).

2. Tindakan dalam hal pemakaian sarung tangan oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 14 orang (45,2%).

3. Tindakan dalam hal pengelolaan cairan antiseptik oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 19 orang (61,3%).

4. Tindakan dalam hal pemrosesan alat bekas pakai oleh responden menunjukkan bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan benar yaitu 18 orang (58,1%).

5. Tindakan dalam hal pengelolaan sampah medik oleh responden menunjukkan, bahwa sebagian besar dengan kategori tindakan tidak benar yaitu sebanyak 21 orang (67,7%).

6. Tindakan dalam hal `penggunaan peralatan tajam secara aman oleh responden menunjukkan, bahwa sebagian besar dengan kategori tidak benar yaitu sebanyak 25 orang (80,6).


(68)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan kepada beberapa pihak sebagai berikut:

1. Bidan praktik swasta

Dengan masih terdapatnya bidan praktik swasta yang memiliki tindakan pencegahan mfeksi dengan kategori tidak benar, dalam melakukan prinsip pencegahan infeksi yang meliputi prosedur cuci tangan, memakai sarung tangan, mengelola cairan antiseptik, pemrosesan alat bekas pakai serta pengelolaan sampah medik. Bidan praktik swasta diharapkan:

1. Dapat meningkatkan ilmu dalam pencegahan infeksi melalui pelatihan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.

2. Bidan praktek swasta diharapkan mengikuti pendidikan secara berkala, mengenai pencegahan infeksi.

3. Perlu dilakukan tim pengawasan untuk melakukan evaluasi serta laporan rutin untuk setiap tindakan pelayanan khususnya untuk penilaian pencegahan infeksi sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan.

4. Adanya pemberian reward bagi bidan praktik swasta teladan serta punishment

untuk setiap tindakan yang kurang baik dalam memberikan pelayanan.

5. Menyediakan buku-buku tentang pencegahan infeksi sebagai buku panduan cara melakukan asepsis yang benar.

Semua kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan pertolongan persalinan kepada pasien menyangkut pelaksanaan tindakan pencegahan infeksi yang pada akhirnya dapat mengurangi angka kesakitan dan kematian ibu dan anak.


(69)

2. Peneliti Selanjutnya

Diharapkan melakukan penelitian lanjutan tentang pencegahan infeksi baik di klinik bersalin,di wilayah kerja puskesmas bahkan di rumah sakit. Dengan menggunakan variabel-variabel yang berbeda untuk mewujudkan asuhan persafinan yang aman, bersih dan bebas dari Infeksi untuk mewujudkan dengan misi Indonesia sehat sejahtera.


(1)

LEMBAR OBSERVASI

PENATALAKSANAAN PENCEGAHAN INFEKSI

DENGAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS DALAM PROSES PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

No. Item observasi tindakan Dilakukan

Tidak

Dilakukan Skor 1. Petugas menggunakan sarung tangan pada saat

menangani sampah terkontaminasi

2. Sampah terkontaminasi dimasukkan ke dalam tempat sampah kedap air/kantong plastik sebelum dibuang

3. Petugas mencegah terjadinya kontak antara sampah terkontaminasi dengan permukaan luar kantong

4. Petugas membuang benda-benda tajam yang terkontaminasi dengan menempatkannya dalam wadah tahan bocor/kotak karton tebal/wadah logam

5. Petugas membersihkan percikan darah dengan larutan klorin 0,5% kemudian menyeka dengan kain/pel

6. Petugas membungkus/menutupi linon bersih dan menyimpan dalam kereta dorong /lemari tertutup

7. Petugas membersihkan tempat tidur, meja dan troli dengan kain yang dibasahi klorin 0.5% dan deterjen

8. Petugas menyeka celemek dengan klorin 0,5% 9. Petugas membersihkan lantai dengan lap

kering kemudian diseka dengan campuran klorin 0,5% dan deterjen

10. Petugas membersihkan dinding, gorden, dan tirai dengan klorin 0,5% secara teratur


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Masitah Nasution

TTL : Medan, 20 November 1990 Agama : Islam

Nama Ayah : Alm. Ibrahim Nasution Nama Ibu : Nelly Parinduri

Anak Ke : 3 dari 3 Bersaudara

Alamat : Jln. Karya Karang Berombak Medan

Pendidikan Formal :

Tahun 1993 - 1994 : TK TPA Al – Mukhlisin Medan Tahun 1996- 2002 : SDN 060849 Medan

Tahun 2002 - 2005 : SMP Stanawiyah PAB 6 Helvetia Tahun 2005 - 2008 : SMA PAB 6 Helvetia

Tahun 2009 - 2012 : Akademi Kebidanan Hafsyah Medan Tahun 2012 – 2013 : DIV Bidan Pendidik USU.