Amanat Penentuan amanat akan terasa lebih mudah jika Anda
152
Berbahasa Indonesia dengan Efektif untuk Kelas XII Program Bahasa
Puisi terjemahan sudah sering Anda temui, baik dari surat kabar maupun majalah. Sementara itu, puisi Indonesia pun lebih banyak
Anda ketahui. Antara puisi Indonesia dan puisi terjemahan, selintas seperti sama. Puisi luar negeri yang telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, secara umum, dari segi bentuk dan isi sama. Benarkah demikian? Untuk menguji pernyataan tersebut, Anda bisa
membandingkannya melalui sisi penyimpangan bahasa atau nilai- nilai etika yang dianut masing-masing penyair dalam puisinya.
Supaya lebih jelasnya, salah seorang teman Anda akan membacakan puisi Penyair Kepada Kekasihnya karya penyair
Amerika, Maxwell Bodenheim yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Taslim Ali berikut.
Penyair Kepada Kekasihnya
Karya Maxwell Bodenheim Kasihku padamu:
Suatu gereja tua dari perak di hutan. Pohon-pohon sekitarnya
Kata-kata yang kucari dari hatimu. Lonceng tua dari perak, senyummu penghabisan,
Tergantung di puncak gerejaku. Ia hanya berbunyi, bila kau datang menempuh hutan
Dan berdiri di sampingnya, Karna suaramu t’lah menggantikannya
Sumber : Buku Kumpulan Puisi Dunia 2, 1988
Tugas Kelompok
1. Pada pelajaran sebelumnya Anda sudah pernah mempunyai kelompok saat mencari puisi terjemah. Gunakan bahan yang
sudah Anda dapatkan kemudian analisislah lebih lanjut unsur amanat dan gaya bahasa.
2. Tuliskanlah hasil temuan kelompok Anda dalam bentuk laporan tertulis.
3. Sampaikan hasil laporan Anda bersama kelompok sebagai kelajutan hasil kerja kelompok Anda.
Membandingkan Puisi Indonesia dan Puisi Terjemahan
B
Tujuan Belajar
Anda diharapkan dapat: rNFNCBOEJOHLBO
berbagai penyimpangan bahasa
leksikal, fonologi, semantis, dan
sintaksis;
r NFNCBOEJOHLBOOJMBJ nilai etika.
Bahasa sebagai medium utama karya sastra, tentu berbeda cara ungkap setiap penyair dalam puisi-puisinya. Penyim pangan
bahasa pun banyak terjadi dalam puisi. Hal tersebut diakibatkan
Mengenal
Lebih Dekat
Maxwell Bodenheim
adalah seorang penyair Amerika. Ia terlahir dan
besar di Mississippi, kemudian pindah ke
Chicago dan New York. Di kota inilah, ia
menerbitkan kumpulan sajaknya yang meng-
gunakan teknik aliran magis, Minna and My
Self.
Sumber: Kumpulan Puisi
Dunia 2 , 1988:254
153
Apresiasi Karya Puisi
adanya kebebasan penyair licencia poetica dalam mengolah pikiran dan perasaannya.
Kata karna dan t’lah merupakan salah satu contoh penyim- pangan secara leksikal atau fonologis dalam ketatabahasaan
bahasa Indonesia. Ketidakbakuan secara leksikal kedua kata tersebut akan terlihat ketika Anda melihat Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Dalam kamus, kedua kata itu termasuk kata tidak baku. Sementara itu, karna dan tlah ini secara fonologis memiliki
penyimpangan juga. Pada kata karna telah terjadi penghilangan vokal di tengah kata sinkop. Demikian juga dengan kata t’lah
yang menggunakan vokal e.
Pada tataran sintaksis, puisi Maxwel ini terdapat banyak penyimpangan. Perhatikan larik: ....Lonceng tua dari perak,
senyummu penghabisan,Tergantung di puncak gerejaku. Secara kasar dapat Anda lihat penyimpangan ini. Penggunaan huruf besar
yang bukan tempatnya perhatikan kata Tergantung, menjadikan larik ini sebagai kalimat yang menyimpang dalam ketatabahasaan
bahasa Indonesia.
Namun, beberapa penyimpangan dalam puisi tersebut, tidak lantas menjadikan puisi ini sukar untuk dipahami. Secara
umum, puisi Penyair Kepada Kekasihnya itu bermakna tentang kekaguman seseorang penyair kepada orang lain kekasih
dengan pengibaratan pada kesucian gereja, keleneng lonceng, atau suara yang indah itu.
Selain itu, puisi tersebut mampu menyiratkan nilai etika yang dianut penyairnya. Ikon tanda gereja atau lonceng tua menjadi
suatu penanda kepercayaan sang penyair sebagai orang kristen. Penyair mengimani tanda gereja sebagai tempat suci untuk
bertemu dengan Tuhannya kekasihnya.
Berbeda dengan puisi tersebut, sekarang bandingkan dengan puisi berikut yang merupakan puisi karya Sutardji Calzoum
Bachri Indonesia.
Mengenal
Lebih Dekat
1. Fatalis: orang yang percaya atau
menyerah saja kepada nasib.
2. Pesimis: orang yang bersikap atau
berpandangan tidak mempunyai harapan
baik khawatir kalah, rugi, celaka, orang
yang mudah putus harapan.
3. Amoral: tidak bermoral.
4. Agnostik: orang yang berpandangan bahwa
kebenaran tertinggi misal Tuhan tidak
dapat diketahui dan mungkin tidak akan
dapat diketahui.
Sumber:
Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2002
Walau
Karya Sutardji Calzoum Bachri walau penyair besar
takkan sampai sebatas Allah dulu pernah kuminta Tuhan
dalam diri sekarang tak
kalau mati mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
jiwa membumbung dalam baris sajak