Gaya Berbahasa Indonesia dengan Efektif Kelas 12 Erwan Juhara Eriyandi Budiman Rita Rochayati 2009

133 Apresiasi Sastra Selebihnya, cerita mengalir dalam waktu kekinian. Dengan demikian, pengarang dalam cerpen ini menggunakan alur maju dan alur mundur. Kehadiran alur mundur kilas balik, kenangan dan alur maju waktu kini dan bayangan hari esok semakin melekatkan cerpen ini pada tema yang sedang di bahasnya.

2. Pembahasan Cerpen Kisruh karya Nam Chonghyon

Cerpen Kisruh karya Nam Chonghyon ini bercerita tentang kegelisahan seseorang tentang perilaku sang ayah yang mela- kukan subversi penghancuran terhadap pemerintahan. Dengan demikian, tema yang menjadi dasar penceritaan cerpen ini adalah perasaan bersalah seorang tukang kayu terhadap pemerintah dengan kasus yang terjadi pada ayahnya. Pengemasan tema dalam cerpen Nam Chonghyon meng- gunakan bahasa yang rumit, meskipun kata-kata dalam cerpen ini mudah dipahami. Hal tersebut dapat dipahami bahwa cerpen ini hasil sebuah kerja penerjemah. Penyajian kalimat demi kalimatnya struktur penceritaan terkesan berbelit-belit. Dengan kata lain, membaca cerpen ini butuh kejelian yang penuh. Munculnya diksi-diksi politik seperti subversi, patriotisme, dewan nasional, atau revolusi menjadi penanda bahwa cerpen ini membincangkan sebuah deskripsi terhadap persoalan hukum dalam masyarakat cerita. Terjadinya sebuah kekisruhan politik dalam cerpen ini tidak diceritakan, di mana letak terjadinya dan kapan peristiwa itu terjadi. Bahkan semenjak awal sampai akhir cerita pun, pengarang tidak menyebutkan waktu pagi, siang, sore, atau malam hari. Pengarang cukup memberi tanda waktu cerita itu pada bagian awal, pada suatu hari. Dalam cerpen Kisruh ini, pencerita narator atau tokoh utama menjadi samar. Penceritaan awal dan akhir dinaratorkan oleh tokoh Toksu. Sementara itu, di tengah-tengah cerita, secara bergantian, dinaratorkan tokoh Toksu dan tokoh istri. Toksu memiliki perangai keras. Sebagai tukang kayu, ia berkehendak menanyakan perilaku tokoh ayah yang sedang berada dalam penjara. Sementara tokoh istri memiliki perangai egois. Perhatikan petikan berikut. Aku tidak punya pikiran sejauh itu. Aku terlalu mementingkan diri sendiri, Toksu. Namun, aku hanya ingin mengemukakan hal yang sebenarnya. Kau mengerti hal itu, bukan? Sementara itu, alur penceritaan cerpen ini bergerak maju. Pengarang menghadirkan jalan cerita secara mengalir. Pence ritaan balik tidak terlalu dominan. Penceritaan balik muncul sesekali 134 FSCBIBTBOEPOFTJBEFOHBOGFLUJGVOUVL,FMBT91SPHSBNBIBTB ketika tokoh Toksu dan istrinya menceritakan tokoh ayah. Begitu juga dengan waktu yang akan datang bayangan. Tokoh Toksu dan istrinya berusaha menerka-nerka apa yang akan terjadi jika keduanya terlibat politik seperti tokoh ayah.

3. Nilai Moral dalam Cerpen Pada Suatu Hari Minggu

dan Cerpen Kisruh Pada bagian sebelumnya, kita sudah mencoba memahami kedua cerpen tersebut dengan mengenali unsur-unsur pem- bentuknya. Kedua cerpen tersebut, secara sederhana, bercerita tentang se bu ah kritikan yang dilontarkan masing-masing pengarangnya terhadap suatu hal. Selanjutnya, bagaimana perbandingan nilai moral kedua cerpen tersebut? Cerpen Pada Suatu Hari Minggu karya Seno Gumira Ajidarma memiliki nilai moral yang dapat kita petik, di antaranya: adanya suatu kedisiplinan kita untuk menghargai waktu. Dalam cerpen ini, pengarang memberi nilai lebih pada hari Minggu. Kenapa aku harus berpikir? Bukankah ini hari Minggu? Dengan demikian, cerpen ini mengingatkan kita meng hargai waktu luang untuk tetap menjaga kesehatan melalui istirahat. Selain itu, budaya Timur dalam cerpen ini pun dapat ter identiikasi. Tokoh istri tidak berani menyanggah pendapat suami. Tokoh istri hanya berdiri sebagai pengingat kekalutan tokoh suami yang masih memikirkan pekerjaannya di hari Minggu. Berbeda dengan cerpen Pada Suatu Hari Minggu, cerpen Kisruh karya Nam Chonghyon, lebih menekankan pada kritik politik terhadap pemerintah masyarakat cerita. Meskipun sua sana kekisruhan politik hanya sebatas penceritaan tokoh Toksu, namun suasana politik cukup terasa bagi pembacanya. Budaya mo dern pun begitu jelas dihadirkan pengarang. Tokoh istri berani menge- luarkan pendapatnya terhadap sang suami. Posisi istri tidak hanya sebatas pendamping suami. Posisi istri lebih dihadirkan sebagai teman diskusi. Dengan demikian, tema perasaan bersalah dan berontak seorang tukang kayu tokoh suami terhadap nasib yang terjadi pada ayahnya itu semakin hidup dari awal sampai akhir penceritaan. Demikianlah perbandingan antara cerpen Indonesia dan cerpen terjemahan ini, secara singkat telah kita paparkan. Ada nilai lain yang dapat Anda ketahui antara struktur cerita dan nilai moral yang diungkapkannya masing-masing. Dapatkah Anda mengambil ajaran moral lain dari kedua cerpen tersebut? Menurut Anda, bagaimana pandangan sang pengarang terhadap diri Anda pembaca? Diskusikanlah pendapat Anda tersebut dengan teman- teman Anda. Mengenal -FCJIFLBU Cerita pendek DFSQFO NFSVQBLBO DFSJUBSFLBBOZBOH memusatkan pada satu UPLPIEBMBNTBUVTJUVBTJ IJOHHBNFNCFSJLBO kesan tunggal UFSIBEBQQFSLBMJBO ZBOHNFOEBTBSJDFSJUB tersebut. Karena CFOUVLOZB DFSQFOMFCJI cepat mereleksikan LFOZBUBBOEJTFLJUBS QFOHBSBOHTFDBSBMFCJI DFQBUEBOMFCJICFSBHBN dibandingkan novel. Sumber : Ensiklopedi Sastra Indonesia,