Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

(1)

PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP

KETETAPAN UKURAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

ORI SANRI SIDABUTAR

091301041

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GENAP, 2014/2015


(2)

SKRIPSI

PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP

KETETAPAN UKURAN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

ORI SANRI SIDABUTAR 091301041

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 Mei 2015

Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi

Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001

Tim Penguji

1. Dina Nazriani, M.A Penguji I/ Pembimbing ________ NIK. 84100511042001

2. Lili Garliah, M,Si, psikolog Penguji II ________ NIP. 196006041986032002

3. Rahmi Putri Rangkuti, M.Psi., psikolog Penguji III ________ NIP. 198602032010122003


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2015

Ori Sanri Sidabutar NIM 091301041


(4)

1

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

Ori Sanri Sidabutar1 dan Dina Nazriani2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran. Secara spesifik pengetahuan awal yang dimaksud adalah pengetahuan mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz. Ketetapan ukuran dalam eksperimen ini diukur menggunakan Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin yang dirancang oleh peneliti berdasarkan prinsip ilusi persegi Helmholtz. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

between subject post-test only. Sampel penelitian adalah remaja dalam rentang

usia 13-19 tahun sejumlah 31 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik

incidental sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok melalui metode

random assignment. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dibekali

pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi Helmholtz sedangkan kelompok kontrol tidak dibekali pengetahuan apapun. Data penelitian diolah menggunakan uji hipotesis chi square. Berdasarkan hasil pengolahan data, tidak ditemukan adanya pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran x2(1) =2.859, p =.091.


(5)

1

The Effect Of Prior Knowledge To Size Constancy

Ori Sanri Sidabutar1 and Dina Nazriani2

ABSTRACT

This study investigated the effect of prior knowledge to size constancy,

width of human’s body in particular. This study used Mannequin Version of

Helmholtz Square Illusion to measure size constancy. These mannequins were used as representative of human body. This study used experimental method with between subject post-test only design. Samples for this study were 31 adolescences between 13-19 years old. Those samples were collected by using incidental sampling technique and divided into two groups, experimental and control group by using random assignment. Experimental group was given prior knowledge about Helmholtz square illusion principle, while control group was not given any prior knowledge. The research data was analyzed by chi square test. This study found that prior knowledge does not have influence to size constancy with x2(1) =2.859, p =.091.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pertolongannya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran. Penelitian ini dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terwujudnya penelitian ini tidak lepas dari pihak-pihak yang mendorong dan membantu penulis baik melalui pemikiran, tenaga, dan doa. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Irmawati, Psikolog, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

2. Kedua orangtua dan keluarga penulis yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

3. Dina Nazriani, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih atas bimbingan yang penuh kesabaran dan dukungan yang diberikan selama pengerjaan skripsi ini.

4. Ika Sari Dewi, M.Psi, psikolog. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama pengerjaan skripsi ini dan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera utara.

5. Rahmi Putri Rangkuti M.Si dan Lily Garliah M.Psi selaku dosen penguji. Terima kasih atas bimbingan dan dukungannya dalam pengerjaan skripsi ini.


(7)

6. Etty Rahmawaty M.Si. selaku dosen departemen psikologi umum dan eksperimen. Terima kasih atas bimbingan dan dukungannya selama pengerjaan skripsi ini.

7. Katrin Elizabeth Sihombing S.Psi., Susy Christina Bancin S.Psi., Lia Susanti Simanjuntak S.Psi., Rani Dian Sari Siregar S.Psi., Christiana Saragih S.Psi, dan Rebekka Risky Batubara S.Psi. Terima kasih telah menjadi sahabat-sahabat terbaik yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

8. Rini Sipahutar S.Psi. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi ini dan terima kasih telah menjadi kakak dalam segala hal bagi penulis.

9. Armen Jenranly Samosir S.Psi. dan seluruh staf dan pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas bantuannya selama proses pelaksanaan eksperimen dalam penelitian ini.

10.Tambang Manik, Sintong Butar-butar, Rachel Saragih dan Rani Febrina Ketaren Sp.Psi. Terima kasih atas bantuannya dalam pelaksanaan eksperimen dan pencarian subjek penelitian.

11.Seluruh partisipan penelitian. Terima kasih atas ketersediaannya menjadi partisipan dalam penelitian ini.

12.Mahasiswa-mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara angkatan 2008 dan 2009 yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu-persatu. Terima kasih atas dorongan semangat dan bantuannya selama peneliti menjadi mahawiswa dan selama pengerjaan skripsi ini.


(8)

13.Sahabat-sahabat pena penulis yang selalu memberi dukungan dan hiburan ketika penulis mengalami masa suram selama proses pengerjaan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna seutuhnya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat membuat perbaikan ke depannya. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Mei 2015


(9)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ABSTRACT

KATA PENGANTAR……….i

DAFTAR ISI………..iii DAFTAR GAMBAR……….vi

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR LAMPIRAN………...vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah………...1

B. Perumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian……….6

D. Manfaat Penelitian………...7

1. Manfaat Teoritis………..7

2. Manfaat Praktis………...7

E. Sistematika Penulisan………..7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi………...9

B. Ketetapan Persepsi………10

C. Ketetapan Ukuran……….11

1. Definisi Ketetapan Ukuran………...11

2. Ilusi………...12

3. Ilusi Persegi Helmholtz………13

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi………14

1. Proses Persepsi……….15

2. Pengetahuan Awal………18


(10)

iv

F. Hipotesis Penelitian………..22

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian………...23

B. Identifikasi Variabel……….24

C. Definisi Operasional……….24

1.Definisi Operasional Eksperimental………..25

2.Definisi Operasional Terukur………25

D. Teknik Kontrol……….25

E. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel………..26

1. Populasi dan Sampel………26

2. Teknik Pengambilan Sampel………...26

F. Instrumen Penelitian……….27

G. Pembuatan Alat Ukur………...28

H. Pelaskanaan Uji Coba Alat Ukur………..28

I. Hasil Uji Coba Alat Ukur……….29

1. Uji Validitas……….30

2. Uji Reliabilitas……….30

J. Prosedur Pelaksanaan Eksperimen………...30

1. Persiapan Eksperimen………...30

2. Pelaksanaan Eksperimen………...31

a. Sesi Kelompok Kontrol………...31

b. Sesi Kelompok Eksperimental………32

K. Teknik Analisa Data……….33

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data………....35

1. Gambaran Subjek Penelitian……….35

a. Gambaran Kelompok Kontrol………..35

b. Gambaran Kelompok Eksperimen………36


(11)

a. Hasil Uji Statistika Data Penelitian………...36

b. Hasil Uji Hipotesis………37

B. Pembahasan………..38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………...42 B. Saran……….42

1. Saran Praktis………..42

2. Saran Metodologis……….42

DAFTAR PUSTAKA………44 LAMPIRAN


(12)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Ilusi Persegi Helmholtz………..14

Gambar 2 Proses Persepsi……….………..19

Gambar 3 Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran……...22

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Desain Penelitian………24

Tabel 2 Tabel Kontingensi Pengetahuan Awal dan Ketetapan Ukuran…..34

Tabel 3 Proporsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol………35

Tabel 4 Frekuensi Respon Kelompok Kontrol………36

Tabel 5 Frekuensi Respon Kelompok Eksperimen……….36

Tabel 6 Nilai Expected Count……….37

Tabel 7 Hasil Uji Chi Square………..38

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Modul Eksperimen Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran Menggunakan Alat Ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin

Lampiran 1a Foto Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin Lampiran 1b Handout Prinsip Ilusi Persegi Helmholtz

Lampiran 1c Kuesioner Ketetapan Lebar Tubuh Manekin Lampiran 2 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 3 Tabel Respon Kelompok Kontrol Lampiran 4 Tabel Respon Kelompok Eksperimen

Lampiran 5 Tabel Frekuensi Respon Ketetapan Ukuran Kelompok Kontrol Lampiran 6 Tabel Frekuensi Respon Ketetapan Ukuran Kelompok Eksperimen Lampiran 7 Hasil Uji Statistiska


(13)

Lampiran 7a Nilai Expected Count

Lampiran 7b Hasil Uji Hipotesis (Uji Chi Square) Lampiran 8 Daftar Partisipan Eksperimen

Lampiran 8a Daftar Partisipan Kelompok Kontrol Lampiran 8b Daftar Partisipan Kelompok Eksperimen


(14)

1

Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

Ori Sanri Sidabutar1 dan Dina Nazriani2

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran. Secara spesifik pengetahuan awal yang dimaksud adalah pengetahuan mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz. Ketetapan ukuran dalam eksperimen ini diukur menggunakan Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin yang dirancang oleh peneliti berdasarkan prinsip ilusi persegi Helmholtz. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain

between subject post-test only. Sampel penelitian adalah remaja dalam rentang

usia 13-19 tahun sejumlah 31 orang. Sampel diambil dengan menggunakan teknik

incidental sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok melalui metode

random assignment. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang dibekali

pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi Helmholtz sedangkan kelompok kontrol tidak dibekali pengetahuan apapun. Data penelitian diolah menggunakan uji hipotesis chi square. Berdasarkan hasil pengolahan data, tidak ditemukan adanya pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran x2(1) =2.859, p =.091.


(15)

1

The Effect Of Prior Knowledge To Size Constancy

Ori Sanri Sidabutar1 and Dina Nazriani2

ABSTRACT

This study investigated the effect of prior knowledge to size constancy,

width of human’s body in particular. This study used Mannequin Version of

Helmholtz Square Illusion to measure size constancy. These mannequins were used as representative of human body. This study used experimental method with between subject post-test only design. Samples for this study were 31 adolescences between 13-19 years old. Those samples were collected by using incidental sampling technique and divided into two groups, experimental and control group by using random assignment. Experimental group was given prior knowledge about Helmholtz square illusion principle, while control group was not given any prior knowledge. The research data was analyzed by chi square test. This study found that prior knowledge does not have influence to size constancy with x2(1) =2.859, p =.091.


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Belakangan ini, banyak orang yang menginginkan tubuhnya terlihat lebih ramping, kurus dan proporsional. Berbagai cara dilakukan untuk mendapatkan tubuh ramping atau sekedar terlihat lebih ramping. Menurut Franka (2010) tubuh terlihat lebih ramping tidak hanya bisa didapatkan lewat serangkaian diet dan olahraga, namun bisa juga dengan memilih pakaian yang tepat. Pakaian yang tepat dapat dipilih dari segi bentuk, warna dan motif. Beberapa artikel majalah dan

tabloid berpendapat bahwa motif garis-garis pada pakaian dapat mempengaruhi

tampilan ukuran tubuh pemakaianya. Femalekompas (2013) menyebutkan bahwa motif garis-garis vertikal tipis pada pakaian dapat menciptakan efek tubuh yang lebih panjang dan ramping. Safiera (2012) juga mengungkapkan hal serupa, yakni,

“Motif garis-garis horizontal hanya akan membuat Anda terlihat lebih lebar. Untuk membuat tampilan yang lebih kurus, disarankan memakai

motif dengan garis vertikal”.

Masalah tampilan ukuran tubuh tidak hanya berlaku untuk seseorang yang berbadan subur, tetapi juga yang berbadan sangat kurus. Tubuh yang terlalu kurus dan jauh dari tampilan proporsional juga menjadi masalah bagi sebagian orang. Mengkonsumsi obat-obatan penambah nafsu makan dan meminum susu pembentuk badan merupakan langkah yang sering dilakukan untuk memperoleh tubuh proporsional. Namun, sama seperti orang yang ingin terlihat lebih kurus,


(17)

penampilan terlihat lebih berisi juga membutuhkan pakaian yang sesuai. Motif pakaian yang cocok bagi orang yang sangat kurus adalah motif garis-garis horizontal sebab menurut femalekompas (2013) motif garis horizontal ke samping atau mendatar akan memberikan kesan semakin lebar. Hal serupa juga disebutkan dalam kawankumagz (2013),

“Ketika memilih motif stripes, pilih yang garis vertikal and hindari garis horizontal . Karena garis vertikal yang memanjang akan membuat tubuh terlihat lebih panjang dan ramping. Sebaliknya, garis horizontal akan membuat tubuhmu terlihat makin lebar”.

Pengaruh motif pakaian garis-garis vertikal ataupun horizontal tidak hanya berlaku pada pakaian wanita, tetapi juga pada pakaian pria. Beberapa artikel dalam situs online menyebutkan bahwa pengaruh garis-garis vertikal dan horizontal akan sama pada pria dan wanita. Menurut Kira (2014) garis horizontal sangat cocok untuk wanita bertubuh kurus. Garis ini akan memberikan efek lekuk pada tubuh. Sedangkan baju dengan garis vertikal akan membuat wanita terlihat lebih ramping, karena memberikan tampilan yang memanjang sehingga cocok untuk wanita bertubuh lebar. Huckelbury (2013) juga berpendapat sama, menurutnya garis-garis vertikal juga memberikan efek memanjangkan tubuh sehingga cocok untuk pria bertubuh pendek dan lebar. Sedangkan garis-garis horizontal cocok untuk pria bertubuh kurus dan tinggi.

Berdasarkan artikel-artikel diatas, dapat disimpulkan bahwa orang yang berpakaian motif garis-garis vertikal akan dipersepsikan lebih ramping dibanding orang berpakaian motif garis-garis horizontal. Namun, beberapa ilmuwan psikologi menemukan hasil yang berbeda terkait efek motif pakaian garis-garis vertikal dan horizontal pada ukuran objek. Beberapa penelitian psikologi


(18)

3

menemukan bahwa objek seperti persegi, tabung, gaun wanita, dan manekin setengah badan manusia dengan motif garis-garis vertikal justru terlihat lebih lebar dibandingkan dengan motif garis-garis horizontal (Thompson, 2008; Thompson & Mikellidou, 2009, 2011).

Tubuh terlihat lebih ramping dan tidak sesuai kenyataan merupakan salah satu bentuk penyimpangan persepsi terhadap ukuran. Penyimpangan persepsi terhadap ukuran disebut juga sebagai ilusi ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ilusi ukuran bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti adanya penyimpangan atau distorsi objek karena penambahan fitur di objek ilusi yang membuatnya terlihat berbeda dengan objek semula yang tidak diberi penambahan fitur. Garis-garis vertikal dan horizontal pada pakaian adalah contoh fitur tambahan yang menimbulkan distorsi pada tampilan ukuran tubuh pemakainya sehingga individu yang melihat dapat mempersepsikan ukuran tubuh berbeda dengan kenyataan sebenarnya.

Selain fitur tambahan pada objek, ilusi juga dapat dipengaruhi pengetahuan awal individu yang tidak sesuai dengan kenyataan objek persepsi (Gregory, 1997). Dalam hal ini, kenyataan objek persepsi adalah ukuran tubuh tidak berubah walaupun memakai pakaian bermotif garis-garis vertikal ataupun horizontal. Namun orang akan cenderung mempersepsikan tubuh yang memakai pakaian bermotif garis-garis vertikal lebih ramping sesuai dengan informasi yang tertulis di berbagai media sumber informasi yang mudah diakses masyarakat umum.


(19)

Dibandingkan dengan hasil penelitian ilmiah, majalah, tabloid, dan situs

online merupakan contoh media sumber informasi yang lebih mudah diakses oleh

masyarakat umum. Ketika individu membaca artikel dalam media tersebut, informasi dari artikel tersebut akan tersimpan di ingatan dan menjadi pengetahuan bagi individu. Menurut Rahman & Shomer (2008) pengetahuan merupakan faktor yang membentuk tahapan awal persepsi terhadap objek visual. Dengan kata lain, ketika melihat suatu objek, individu akan menggunakan pengetahuannya dalam menentukan sifat objek.

Selain media diatas, informasi mengenai efek motif pakaian terhadap ukuran tubuh juga dapat diperoleh melalui pengalaman. Menurut Peterson (2006) pengalaman dapat mempengaruhi berbagai proses visual termasuk persepsi visual. Pengalaman ini bisa berupa interaksi dengan orang lain. Dari interaksi dengan orang lain, individu dapat memperoleh pengetahuan baru yang akan berperan dalam proses persepsi terhadap objek yang terkait pengetahuan tersebut.

Peran pengetahuan awal dalam mempersepsikan ukuran tubuh dijelaskan dalam proses persepsi. Persepsi merupakan cara manusia menginterpretasi informasi yang dikumpulkan oleh indera. Sebelum mencapai pada tahap persepsi, inividu mengalami sensasi, yakni proses mendeteksi stimulus yang melibatkan kelima indera tersebut dalam lingkungan. Sensasi biasanya dipelajari dengan melihat keberfungsian organ-organ yang dilibatkan dalam sensasi. Setelah informasi mengenai stimulus ditangkap oleh indera, manusia menginterpretasi informasi tersebut (Shefner dan Levine, 1991).


(20)

5

Persepsi tidak dikontrol oleh stimulus saja, tetapi juga latar belakang pengetahuan mengenai stimulus dan proses logika (Gregory, 1997). Proses ini menjelaskan mengapa banyak orang beranggapan bahwa pakaian bermotif garis-garis vertikal membuat tubuh tampak lebih ramping. Anggapan ini sesuai dengan informasi yang diperoleh masyarakat umum dari majalah, tabloid dan situs online bahwa pakaian bermotif garis-garis vertikal membuat tubuh lebih ramping dibanding pakaian bermotif garis-garis horizontal. Berdasarkan pengetahuan tersebut, mereka akan memandang orang yang berpakaian motif garis-garis vertikal terlihat lebih ramping dibanding orang yang berpakaian motif garis-garis horizontal.

Penelitian ini akan berusaha melihat pengaruh pengetahuan awal individu terhadap persepsi khususnya ketetapan ukuran tubuh manusia. Pengetahuan awal yang digunakan adalah prinsip ilusi. Prinsip ilusi yang mengatakan bahwa motif pakaian tidak merubah ukuran tubuh. Prinsip ilusi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ilusi persegi Helmholtz. Ilusi persegi Helmholtz adalah ilusi yang terjadi ketika sebuah persegi diisi dengan garis-garis horizontal terlihat lebih tinggi dan sempit dibanding persegi yang diisi dengan garis-garis vertikal (Helmholtz, 1867). Prinsip ilusi ini dipilih karena beberapa ilmuwan psikologi terdahulu telah melakukan penelitian terkait penggunaannya pada objek lain selain persegi. Mereka menemukan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku pada benda-benda seperti tabung, gaun, dan manekin setengah badan manusia (Thompson, 2008; Thompson & Mikellidou, 2009, 2011).


(21)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa pengetahuan awal memiliki pengaruh terhadap persepsi khususnya, ketetapan ukuran tubuh manusia. Dengan kata lain, pengetahuan awal merupakan hal yang perlu dipertimbangkan agar individu dapat menghasilkan persepsi ukuran yang tepat walau diberi distorsi seperti penambahan fitur pada objek persepsi. Secara spesifik, individu dapat mempersepsikan lebar tubuh yang berpakaian motif garis-garis vertikal maupun horizontal dengan tepat setelah dibekali pengetahuan awal tentang prinsip ilusi persegi Helmholtz. Sebab dalam prinsip ini individu tidak hanya diberi informasi bahwa garis-garis vertikal memberi efek melebarkan, tetapi juga informasi yang mengatakan bahwa motif garis-garis vertikal ataupun horizontal pada pakaian tidak merubah ukuran objek.

B. PERUMUSAN MASALAH

Sesuai dengan masalah yang dipaparkan diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

Apakah ada pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran.


(22)

7

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoritis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan memberi sumbangan ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang psikologi eksperimen dan psikologi kognitif. 2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada masyarakat umum bahwa pengetahuan awal dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang dapat mempengaruhi proses persepsi individu, khususnya ketetapan ukuran tubuh. b. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada pelaku bisnis pakaian

untuk mempertimbangkan pembekalan pengetahuan awal mengenai motif pakaian kepada calon konsumen sebab pengetahuan awal dapat mempengaruhi hasil persepsi terhadap ukuran tubuh seseorang yang berpakaian motif garis-garis vertikal ataupun horizontal.

E. SISTEMATIKA PENELITIAN

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini akan membahas latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, perumusan masalah penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan proposal penelitian.


(23)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas teori yang melandasi penelitian, ketetapan ukuran, pengetahuan awal, dan dinamika kedua variabel tersebut. Pada bab ini juga akan dipaparkan hipotesis penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas metode yang digunakan dalam penelitian, yaitu metode eksperimen, identifikasi dan definisi variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, instrumen yang digunakan, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode analisis data.

BAB IV: HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas gambaran subjek penelitian, analisis data dan pembahasan terhadap hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN

Bab ini akan membahas kesimpulan dari hasil analisis dan interpretasi data penelitian, saran metodologis untuk penelitian selanjutnya mengenai persepsi, dan saran praktis bagi populasi penelitian.


(24)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PERSEPSI

Manusia dihadapkan dengan berbagai stimulus yang melibatkan kelima indera setiap hari. Kelima indera tersebut adalah indera penglihatan (mata), pendengaran (telinga), pengecap (lidah), peraba (kulit) dan penciuman (hidung). Proses mendeteksi stimulus yang melibatkan kelima indera dalam lingkungan disebut dengan sensasi. Setelah informasi ditangkap oleh indera, manusia mengiterpretasi informasi tersebut. Proses penginterpretasian informasi dari stimulus yang ditangkap oleh indera disebut sebagai persepsi (Shefner & Levine, 1991). Sensasi dan persepsi merupakan dua aspek yang saling berhubungan dalam proses interaksi manusia dengan stimulus di lingkungan.

Persepsi yang melibatkan indera penglihatan atau mata disebut sebagai persepsi visual. Persepsi visual merupakan sistem penginderaan yang sangat penting dan cukup mewakili sistem persepsi indera lain dalam memahami proses persepsi secara umum (Lahey, 2004). Dalam persepsi visual, ada beberapa prinsip dalam memahami proses persepsi, yakni:

1. Perceptual organization atau pengorganisasian persepsi, yakni proses

pengorganisasian atau pengaturan sensasi visual oleh mata dan otak sehingga informasi yang ditangkap oleh mata memiliki makna.


(25)

2. Depth perception atau persepsi kedalaman, merupakan proses penginterpretasian informasi dua dimensi menjadi informasi tiga dimensi.

3. Visual illusion atau ilusi visual, merupakan proses penginterpretasian objek

visual yang menghasilkan hasil persepsi yang menyimpang.

4. Perceptual constancy atau ketetapan persepsi, merupakan proses

penginterpretasian objek yang relatif tetap walaupun objek tersebut telah diberi perubahan.

B. KETETAPAN PERSEPSI

Salah satu indera yang dilibatkan dalam proses persepsi adalah mata. Mata menangkap informasi dalam lingkungan yang dapat dilihat dan dipersepsikan. Atribut objek persepsi yang ditangkap oleh mata dapat berupa bentuk, ukuran, dan warna. Objek dapat dilihat dari berbagai sudut atau jarak pandang dalam kondisi pencahayaan yang berbeda. Dalam kondisi seperti ini, objek-objek tersebut tidak berubah secara fisik dan persepsi individu terhadap tampilan objek juga tidak berubah (Shefner & Levine, 1991). Kecenderungan mempersepsikan objek tetap tidak berubah walaupun dalam kondisi yang berubah-ubah disebut sebagai ketetapan persepsi(Lahey, 2004).

Ketetapan persepsi terdiri dari beberapa tipe, yakni:

a. Brightness constancy ketetapan tingkat kecerahan, merupakan ketetapan

persepsi terhadap tingkat kecerahan suatu objek walaupun objek persepsi dipindahkan dari ruangan terang ke ruangan yang lebih gelap.


(26)

11

b. Color constancy atau ketetapan warna, merupakan ketetapan persepsi terhadap

warna objek walaupun objek berada pada kondisi pencahayaan atau lingkungan yang berbeda-beda sehingga dapat merubah informasi visual.

c. Shape constancy atau ketetapan bentuk, merupakan ketetapan persepsi

terhadap bentuk objek walaupun dilihat dari berbagai sudut padang.

d. Size constancy atau ketetapan ukuran, merupakan ketetapan persepsi terhadap

ukuran objek walaupun dilihat dari jarak yang berbeda, ataupun objek diberi penambahan fitur yang membuatnya seolah-olah berubah ukuran.

Penelitian ini akan membahas penerapan salah satu prinsip persepsi visual, yakni ketetapan persepsi. Tipe ketetapan persepsi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ketetapan ukuran, khususnya lebar tubuh manusia.

C. KETETAPAN UKURAN 1. Definisi Ketetapan Ukuran

Kemampuan individu mempersepsi ukuran objek secara benar walaupun ada perbedaan gambaran di retina karena dipandang dari berbagai jarak disebut sebagai ketetapan ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ukuran objek yang dimaksud termasuk lebar, tinggi dan panjang. Ketetapan terhadap ukuran objek bisa mengalami kesalahan, artinya individu mempersepsikan ukuran objek tidak sama dengan ukuran yang sebenarnya.

Kesalahan dalam ketetapan ukuran disebut sebagai ilusi ukuran (Shefner & Levine, 1991). Ilusi ukuran bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah adanya penyimpangan atau distorsi objek karena penambahan fitur pada


(27)

objek ilusi. Fitur tersebut membuat objek terlihat berbeda dari semula yang tidak diberi penambahan fitur. Misalnya, permukaan dinding ruangan berwarna putih polos akan memberi kesan lebih luas daripada motif gambar-gambar kecil yang memenuhi seluruh permukaan dinding.

2. Ilusi

Ilusi atau penyimpangan persepsi dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori berdasarkan tampilannya, yakni ambiguities, paradox, fictions dan

distortion. Ambiguities menampilkan kemungkinan tidak terhingga dari bentuk,

ukuran dan jarak objek. Misalnya, gambar sebuah rangka kubus kosong dapat dilihat dari berbagai sudut pandang atau dikenal dengan necker cube. Paradox bisa muncul dari asumsi yang salah. Salah satu ilusi paradox adalah impossible

triangle oleh Lionel Penrose dan sepupunya Roger Penrose di tahun 1958.

Imposibble triangle merupakan segitiga tiga dimensi yang terlihat

mustahil. Segitiga tiga dimensi terlihat mustahil ketika objek bersentuhan karena objek tersebut cenderung terlihat berada pada jarak yang sama. Namun, ketika sudut-sudut segitiga tidak terlihat, segitiga tersebut akan terlihat nyata. Fiction merupakan kontur dan tampilan objek yang mengandung ilusi yang dilihat

observer dalam kondisi normal. Dengan kata lain, perceiver melihat fitur

tambahan yang sebenarnya tidak ada di objek persepsi. Salah satu ilusi fiction adalah Kanizsa fictional triangle (Gregory, 1997).

Kategori ilusi keempat adalah Distortion. Stimulus yang ditangkap oleh individu bisa mengalami distorsi. Panjang garis yang dilihat oleh mata dapat


(28)

13

terdistorsi menjadi lebih panjang atau pendek, garis lurus bisa terlihat tidak lurus. Inilah yang disebut sebagai distortion. Gregory (1997) mengatakan bahwa

distortion terjadi ketika sensasi-sensasi yang ditangkap oleh mata, seperti

kecerahan, panjang, lebar, kedalaman, tinggi dan sebagainya mengalami distorsi atau penyimpangan. Ketika sensasi mengalami penyimpangan, maka apa yang dipersepsikan oleh mata menjadi tidak sama dengan kenyataan objek. Misalnya, garis lurus terlihat bengkok, dua buah garis yang sama panjang terlihat tidak sama panjang, dua buah persegi yang sama luasnya terlihat tidak sama dan sebagainya.

Distorsi dapat berupa perbedaan kondisi objek, seperti penambahan fitur yang berbeda di kedua satu objek tanpa mengubah ukuran. Penambahan fitur tersebut dapat membuat kedua objek terlihat berbeda lebar atau tingginya. Misalnya, dua buah garis yang sama panjang terlihat berbeda panjangnya karena adanya perbedaan kondisi di masing-masing garis, yakni di garis pertama diberi tanda panah terbuka dikedua ujungnya dan di garis kedua diberi tanda panah tertutup di kedua ujungnya. Ini merupakan salah satu ilusi yang dikenal dengan nama ilusi Muller-Lyer (Gregory, 1997). Selain ilusi Muller-Lyer, ilusi persegi Helmholtz merupakan contoh dari kategori ilusi distortion.

3. Ilusi Persegi Helmholtz

Dua buah persegi yang identik dapat terlihat berbeda ukuran jika diberi isian berupa garis-garis vertikal di satu persegi dan garis-garis horizontal di persegi lainnya. Isian garis-garis yang berbeda pada kedua persegi merupakan faktor distorsi yang membuat kedua persegi terlihat berbeda ukuran. Menurut


(29)

Helmholtz (1867), persegi yang diisi dengan garis-garis horizontal terlihat lebih tinggi dan yang diisi dengan garis-garis vertikal terlihat lebih lebar. Ilusi ini dikenal dengan nama ilusi persegi Helmholtz. Berikut adalah gambar ilusi persegi Helmholtz.

Gambar 1. Ilusi Persegi Helmholtz

Sumber : Helmholtz Treatise on Physiological optics 3rd edition

Prinsip ilusi persegi Helmholtz didukung oleh pendapat Luckiesh (1922) yang mengatakan bahwa beberapa persegi identik yang diberi isian garis-garis yang berbeda dapat membuat persegi-persegi tersebut terlihat berbeda panjang dan lebar. Misalnya, ada tiga persegi identik yang diberi isian gari-garis berbeda. Persegi a diberi isian garis-garis horizontal, persegi b diberi isian garis-garis vertikal dan persegi c diberi isian garis-garis horizontal dengan satu garis vertikal tepat di tengah persegi. Hasilnya, ketiga persegi tersebut terlihat berbeda, garis-garis horizontal di a membuatnya terlihat lebih panjang daripada persegi b dan c.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI

Persepsi visual ditentukan oleh serangkaian proses persepsi yang melibatkan mata dan otak. Namun, hasil dari proses persepsi dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi dan learning experience atau pengalaman


(30)

15

pembelajaran (Lahey, 2004). Salah contoh motivasi mempengaruhi persepsi adalah seorang yang kelaparan akan cenderung mempersepsikan gambar ambigu sebagai makanan. Pembelajaran akan menghasilkan pengetahuan awal pada individu. Pengetahuan awal tersebut akan dilibatkan individu dalam membentuk hasil persepsi suatu objek.

1. Proses Persepsi

Apa yang dilihat dan dipersepsikan manusia bukanlah semata-mata replika dari apa yang ada di lingkungan. Persepsi tidak terjadi begitu saja, terdapat serangkaian proses yang terjadi sebelum individu menghasilkan interpretasi dan bereaksi terhadap apa yang ditangkap oleh indera. Rangkaian proses ini disebut sebagai proses persepsi. Proses persepsi merupakan serangkaian proses yang bekerja bersama untuk menentukan pengalaman dan reaksi terhadap stimulus di lingkungan. Proses persepsi terdiri dari empat tahapan proses yakni proses

stimulus, electricity, experience and action, dan pengetahuan (Goldstein, 2010).

a. Stimulus

Stimulus merupakan apa yang ada di lingkungan, apa yang menarik perhatian individu dan apa yang menstimulasi receptor (sel yang peka terhadap rangsangan). Segala sesuatu yang ada di lingkungan dan berpotensi menarik perhatian individu disebut dengan evnvirontmental stimulus dan ketika salah satu stimulus menjadi fokus perhatian individu, stimulus tersebut disebut sebagai

attented stimulus (Goldstein, 2010). Contohnya, ketika seorang anak sedang

menonton pertandingan sepak bola di sebuah stadion, ada banyak stimulus yang menjadi evnvirontmental stimulus, seperti pemain sepak bola yang berlari merebut


(31)

bola, penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, sorakan penonton, dan pedagang minuman keliling di sekitar stadion. Ketika si anak fokus memperhatikan penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya, maka penjaga gawang yang berteriak ke arah temannya menjadi attented stimulus.

b. Electricity

Proses stimulus tidak berhenti di attented stimulus. Stimulus yang menjadi fokus perhatian kemudian dibentuk menjadi sebuah gambaran di retina (jika objek visual) dan mengelilingi receptor di retina (Goldstein, 2010). Apa yang tergambar di retina bukanlah wujud dan ukuran objek sesungguhnya, oleh sebab itu diperlukan proses selanjutnya yang melibatkan otak, yakni electricity. Electricity merupakan sinyal listrik yang diciptakan oleh receptor yang mentransformasikan dan mentransmisikannya ke otak. Salah satu prinsip dasar persepsi adalah bahwa segala sesuatu yang dipersepsikan individu didasarkan pada sinyal-sinyal di sistem saraf.

Transduction merupakan transformasi dari satu bentuk energi menjadi

energi lain. Transduction terjadi di sistem saraf ketika energi dari lingkungan seperti cahaya, ditransformasikan menjadi energi listrik. Setelah gambaran stimulus ditransformasikan menjadi sinyal listrik di dalam receptor individu, sinyal ini kemudian mengaktifkan neuron lain dan demikian seterusnya hingga mencapai otak. Transmisi ini penting karena jika sinyal tidak mencapai otak, maka tidak akan ada persepsi. Setelah mencapai otak sinyal kemudian di proses oleh sistem saraf. Dalam sistem saraf, representasi dari stimulus yang diciptakan


(32)

17

oleh receptor ditransformasikan menjadi bentuk representasi baru di otak (Goldstein, 2010).

c. Experience and Action

Experience and action merupakan tujuan individu dalam mempersepsi,

mengenali dan bereaksi terhadap stimulus (Goldstein, 2010). Stimulus yang ditangkap oleh indera kemudian ditranformasikan menjadi sinyal-sinyal listrik. Sinyal-sinyal ini dihubungkan ke saraf lalu dihantarkan dan diolah di otak. Setelah diolah di otak, individu kemudian mempersepsikan apa stimulus yang menjadi objek persepsi. Apa yang dipersepsi individu menentukan apa reaksi dan tindakan individu terhadap stimulus yang dipersepsikan.

d. Knowledge

Knowledge atau pengetahuan dalam konteks persepsi merupakan hal-hal

yang diketahui individu sehubungan dengan stimulus yang mempengaruhi situasi perseptual (Goldstein, 2010). Dalam memahami proses persepsi yang melibatkan proses psikologis dan fisiologis, perlu diketahui bagaimana pengetahuan, ingatan dan harapan individu terkait situasi yang dipersepsikan. Misalnya, sebuah gambar ambigu yang bisa dilihat sebagai seorang gadis muda dan wanita tua diberikan kepada dua orang anak. Sebelum diberi gambar, si anak yang pertama diberitahu bahwa di dalam gambar tersebut terdapat dua sosok. Maka si anak pertama akan berusaha melihat dua sosok dalam gambar tersebut. Namun si anak kedua tidak diberi tahu bahwa ada dua sosok dalam gambar tersebut, sehingga ketika diberi


(33)

gambar si anak kedua akan menyebutkan sosok yang dilihatnya di gambar tanpa berusaha mencari sosok kedua di gambar tersebut.

2. Pengetahuan Awal

Secara harafiah, pengetahuan awal diartikan sebagai pengetahuan yang sudah dimiliki individu atau pengetahuan yang sudah ada dalam pikiran individu sebelum berhadapan dengan objek persepsi. Pengetahuan awal mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah informasi yang diperoleh individu mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz sebelum individu berhadapan dengan objek persepsi. Prinsip ilusi persegi Helmholtz adalah persegi yang diisi dengan garis-garis vertikal tampak lebih lebar dibanding persegi yang diisi dengan garis-garis-garis-garis horizontal (Helmholtz, 1867).

Keterlibatan pengetahuan awal dalam mempersepsikan objek dijelaskan dalam proses persepsi, khususnya proses persepsi top-down. Proses persepsi top-down atau disebut juga knowledge-driven processing adalah prosespersepsi yang melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan, disebut juga sebagai

“big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Menurut Goldstein (2010) dalam proses persepsi top-down, harapan, teori, atau konsep yang dimiliki perceiver menuntun perceiver memilih dan mengkombinasikan informasi dari lingkungan lalu diolah dalam proses kognitifnya sehingga menghasilkan persepsi baik yang sesuai dengan kenyataan fisik perilaku objek maupun tidak (ilusi). Namun, pengaruh proses persepsi top-down terhadap hasil persepsi bersifat voluntary (Shea, 2013). Sifat voluntary membuat pengaruh pengetahuan awal tergantung


(34)

19

Experience and Action

Stimulus Electricity

pada kemauan perceiver apakah dia akan menggunakan pengetahuannya atau tidak selama proses persepsi. Berikut adalah skema tahapan proses persepsi yang melibatkan pengetahuan yang sifatnya dinamis dan berubah terus-menerus.

Gambar 2. Proses Persepsi

Sumber: Sensation and Perception eighth edition

E. PENGARUH PENGETAHUAN AWAL TERHADAP KETETAPAN UKURAN

Prinsip ilusi persegi Helmholtz mengatakan bahwa persegi yang diisi dengan garis vertikal akan terlihat lebih lebar dan yang diisi dengan garis-garis horizontal terlihat lebih panjang. Ilmuwan psikologi, Peter Thompson dan Kyriaki Mikellidou mencoba meneliti aplikasi ilusi Helmholtz pada pakaian dan beberapa objek tiga dimensi. Peter Thompson melakukan beberapa penelitian terkait isu ini. Pertama dia menemukan bahwa efek menggemukan pada pakaian bermotif garis-garis horizontal adalah mitos dan orang-orang gemuk memang

Knowledge

7. Perception 8. Recognition 9.Action

Processing .6 Transmission .5 Transduction . 4

1. Environmental stimulus

2. Attented stimulus 3. Stimulus on


(35)

suka memakai pakaian garis-gari horizontal (Thompson, 2008). Kemudian, bersama rekannya Kyriaki Mikellidou, mereka menemukan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku pada benda tiga dimensi, yakni tabung. Tabung bergaris-garis horizontal tampak lebih kurus dibanding tabung bebergaris-garis-bergaris-garis vertikal (Thompson & Mikellidou, 2009).

Mereka kemudian melakukan penelitian lanjutan terhadap objek persegi, tabung, gaun, dan manekin setengah badan manusia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa ilusi persegi Helmholtz juga berlaku pada keempat objek tersebut (Thompson & Mikellidou, 2011). Namun, Swami & Harris (2012) menemukan hasil penelitian yang tidak seluruhnya sejalan dengan penelitian sebelumnya, yakni perempuan dianggap memiliki ukuran tubuh lebih besar ketika menggunakan pakaian bermotif garis horizontal dibanding ketika memakai pakaian bermotif garis vertikal dan tanpa motif.

Menurut perspektif psikologi kognitif persepsi tidak dikontrol oleh stimulus saja, tetapi juga latar belakang pengetahuan mengenai stimulus dan proses logika (Gregory, 1997). Persepsi terhadap ukuran tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh motif garis-garis pada pakaian yang merupakan stimulus, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan terkait motif tersebut. Ketika perceiver (individu yang mempersepsi) melihat dua orang berukuran badan sama, salah satunya berpakaian motif garis-garis vertikal dan yang lainnya berpakian motif garis-garis horizontal, perceiver tidak langsung melihat kedua orang tersebut berbeda lebar nya. Terdapat serangkaian proses yang terjadi di kepala perceiver ketika dia melihat kedua orang tersebut, termasuk didalamnya adalah keterlibatan


(36)

21

pengetahuan awal. Keterlibatan pengetahuan awal dalam proses persepsi dijelaskan dalam proses persepsi top-down (Eysenck, dalam Shea, 2103).

Sesuai proses persepsi top-down atau disebut juga knowledge-driven

processing, persepsi melibatkan informasi terkait objek yang tersimpan di ingatan,

disebut juga sebagai “big picture” (Carlson dalam Shea, 2013). Informasi stimulus yang ditangkap oleh mata tidak semata-mata diolah di otak lalu menghasilkan persepsi begitu saja. Cara manusia mengolah informasi yang didapatnya dari lingkungan sangat dipengaruhi oleh struktur sistem sensorik. Struktur otak diprogram untuk memahami dunia dalam cara tertentu dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang memberi makna pada stimulus (Solso, Maclin, & Maclin, 2007).

Dua orang perceiver dapat menghasilkan ketetapan ukuran yang berbeda terhadap sepasang manekin berpakaian motif garis-garis vertikal dan manekin berpakaian motif garis-garis horizontal. Kedua perceiver akan mengalami proses persepsi yang sama. Indera menangkap stimulus berupa manekin, kemudian mengubahnya menjadi sinyal listrik dan menghantarnya ke otak untuk diolah. Namun, perbedaan hasil persepsi bisa terjadi apabila kedua perceiver memiliki pengetahuan yang berbeda mengenai pakaian bermotif garis-garis vertikal dan horizontal.

Perceiver pertama yang memiliki pengetahuan tentang prinsip ilusi persegi

Helmholtz akan cenderung mempersepsikan ketetapan lebar tubuh dengan tepat sebab dalam prinsip ilusi persegi Helmholtz, walaupun objek dengan motif garis vertikal akan terlihat lebih lebar dibanding objek seukuran bermotif


(37)

garis-Hasil persepsi

Stimulus :

Ilusi Persegi Helmholtz dalam bentuk Manekin Setengah Badan

Electricity

garis horizontal, namun kenyataanya ukuran kedua objek tidak berubah. Sedangkan perceiver kedua yang tidak memiliki pengetahuan tentang ilusi persegi Helmholtz akan cenderung mengalami ilusi ukuran atau kesalahan dalam ketetapan ukuran karena tidak ada pengetahuan awal yang diketahuinya yang menyebutkan bahwa motif garis-garis tidak akan merubah ukuran objek. Berikut adalah skema dinamika antar variabel penelitian:

Gambar 3. Pengaruh Pengetahuan Awal Terhadap Ketetapan Ukuran

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran.

Pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz

Terdapat perbedaan ketetapan ukuran terhadap manekin yang berpakaian motif garis-garis vertikal dan garis-gars horizontal antara kelompok yang diberi pengetahuan awal dan tidak dibekali

pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz

Manekin berpakaian motif garis-garis vertikal

Manekin berpakaian motif garis-garis horizontal


(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. RANCANGAN PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen untuk melihat pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran. Desain eksperimen yang digunakan adalah between subject post test only randomized design. Dalam Myers & Hansen (2006) desain ini dikenal sebagai experimental group-control group design.

Between subject post test only randomized design terdiri dari dua

kelompok subjek yang dibedakan berdasarkan perlakuan, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang diberi perlakuan sebelum pengukuran terhadap variabel tergantung. Perlakuan pada kelompok eksperimen adalah pembekalan pengetahuan awal mengenai ilusi persegi Helmholtz. Kelompok kontrol adalah kelompok yang tidak diberi perlakuan apapun sebelum pengukuran terhadap variabel tergantung.

Desain ini dipilih karena pengukuran dilakukan hanya satu kali pada masing-masing kelompok. Pengukuran satu kali dipilih dengan pertimbangan jika dilakukan pengukuran dua kali, maka pengukuran pertama dapat menjadi sumber faktor pembelajaran. Pembelajaran di awal ini akan mempengaruhi pengetahuan


(39)

awal subjek mengenai ilusi persegi Helmholtz, terutama pada kelompok kontrol. Sebab, dalam penelitian ini, kelompok kontrol haruslah individu yang tidak memiliki pengetahuan awal tentang konsep persepsi. Berikut adalah gambaran desain between subject post test only:

Tabel 1. Desain Penelitian

R X O

R O

R = Random Assignment

X = Pembekalan Pengetahuan Awal O = Pengukuran

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yakni variabel bebas dan variabel tergantung :

Variabel bebas : Pengetahuan awal Variabel tergantung : Ketetapan ukuran

C. DEFINISI OPERASIONAL

Dalam penelitian eksperimen, terdapat dua jenis definisi operasional, yakni definisi operasional eksperimental dan definisi operasional terukur. Definisi operasional eksperimental menjelaskan makna variabel bebas secara lengkap, termasuk langkah-langkah untuk menciptakan kondisi perlakuan dalam eksperimen, bagaimana variabel bebas diukur dalam penelitian dan definisi variabel bebas itu sendiri. Definisi operasional terukur menjelaskan prosedur pelaksanaan eksperimen untuk mengukur dampak dari kondisi perlakuan yang


(40)

25

berbeda termasuk deskripsi perilaku atau respon spesifik yang direkam dan bagaimana mengukur respon tersebut (Myers & Hansen, 2006).

1. Definisi Operasional Eksperimental (Variabel Bebas)

Pengetahuan awal adalah informasi mengenai efek pakaian yang bermotif garis-garis vertikal akan membuat tubuh terlihat lebih lebar dibanding pakaian bermotif garis-garis horizontal yang diperoleh individu dari pemaparan materi mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz dan aplikasinya pada pakaian oleh asisten peneliti menggunakan teknik presentasi dengan bantuan media power

point yang dilaksanakan selama 15 menit.

2. Definisi Operasional Terukur (Variabel Tergantung)

Ketetapan ukuran adalah respon individu terhadap lebar manekin setengah badan manusia yang berpakaian kaos putih motif garis-garis hitam vertikal dibandingkan dengan manekin setengah badan manusia berpakaian kaos putih motif garis-garis hitam horizontal yang diukur dengan menggunakan perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin.

D. TEKNIK KONTROL

Penelitian eksperimen harus memastikan bahwa hasil perubahan pada variabel tergantung hanya dipengaruhi oleh variabel bebas bukan karena variabel

extraneous. Variabel extraneous adalah variabel lain selain variabel bebas dan

variabel tergantung yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Pengetahuan awal subjek tentang persepsi dan ilusi adalah variabel extraneous yang harus


(41)

dikontrol dalm penelitian ini. Untuk memastikan subjek tidak memiliki pengetahuan awal tentang persepsi, peneliti menggunakan cover story. Cover

story adalah adalah penjelasan prosedur eksperimen yang masuk akal tetapi salah

untuk menyamarkan hipotesis penelitian sehingga subjek tidak mengetahui tujuan penelitian sebenarnya (Myers & Hansen, 2006). Setelah itu, peneliti menanyakan kepada masing-masing calon subjek apakah mereka pernah memperoleh informasi tentang persepsi dan ilusi garis. Subjek yang belum pernah memperoleh informasi tersebut kemudian dipilih menjadi sampel eksperimen.

E. POPULASI DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah individu dengan rentang usia 13-19 tahun di sekitar kampus USU. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah individu yang belum pernah memperoleh pengetahuan tentang persepsi dan ilusi garis-garis vertikal dan horizontal. Rentang usia dan lokasi pengambilan sampel dipilih untuk membatasi jumlah populasi. Jumlah sampel dalam penelitian adalah 31 orang.

2. Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik pengambilan sampel adalah cara yang dilakukan untuk mengambil sejumlah sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik incidental sampling. Teknik ini merupakan


(42)

27

salah satu teknik nonrandom sampling. Dalam teknik ini, sampel yang dipilih adalah individu-individu yang dapat dijumpai peneliti (Hadi, 2000). Teknik ini dipilih karena peneliti tidak dapat memastikan jumlah populasi.

F. INSTRUMEN PENELITIAN

1. Materi mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz diberikan kepada subjek dalam kelompok eksperimen sebagai bekal pengetahuan awal. Lampiran 1a 2. Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam bentuk Manekin. Lampiran 1b

Alat ukur ini terdiri dari 6 buah manekin setengah badan atas manusia yang memakai kaos putih bemotif garis-garis hitam dengan tebal garis 1,5 cm dan jarak antar garis 4,7 cm. Keenam manekin dibedakan berdasarkan ukuran pinggang dan arah motif garis pada pakaiannya. Pertama, manekin AV memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam vertikal dengan lingkar pinggang 97 cm. Kedua, manekin BH memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam horizontal dengan lingkar pinggang 97 cm. Ketiga, manekin CV memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam vertikal dengan lingkar pinggang 92 cm. Keempat, manekin DH memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam horizontal dengan lingkar pinggang 92 cm. Kelima, manekin EV memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam vertikal dengan lingkar pinggang 87 cm. Dan manekin FH memakai kaos putih bermotif garis-garis hitam horizontal dengan lingkar pinggang 87 cm. 3. Kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai perbedaan lebar setiap pasangan manekin. Lampiran 1c


(43)

G. PEMBUATAN ALAT UKUR

Alat ukur yang dibuat dalam penelitian ini diberi nama Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin. Alat ukur ini dibuat berdasarkan adaptasi dari ilusi persegi Helmohltz yang terdiri dari dua buah persegi yang diberi isian garis-garis vertikal dan horizontal. Alat ini menggunakan kaos yang dipakaikan pada manekin setengah badan manusia sebagai pengganti persegi. Manekin setengah badan dipilih karena menurut Cornelissen dalam Thompson dan Mikellidou (2011), orang cenderung fokus pada bagian perut dan area dari bahu ke panggul ketika menentukan ukuran tubuh seseorang. Ukuran garis-garis pada pakaian manekin dibuat berdasarkan pada ukuran garis-garis pada persegi Helmholtz dengan tebal garis 1,5 cm dan jarak antar garis 4,7 cm. Motif garis-garis hitam pada kaos putih dibuat dengan cat semprot hitam diatas cetakan pola garis-garis Helmholtz yang terbuat dari karton tebal.

H. PELAKSANAAN UJI COBA ALAT UKUR

Sebelum keenam manekin digunakan untuk mengukur ketetapan ukuran, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur. Validitas merupakan kemampuan tes dalam mengukur atribut yang seharusnya diukur. Validitas yang akan diuji pada alat ukur adalah validitas isi. Validitas isi adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam tes atau pengukuran mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2004). Validitas isi diuji melalui bantuan profesional judgement. Pengujian validitas dengan cara ini


(44)

29

dilakukan dengan meminta pendapat profesional dari dosen departemen psikologi umum dan eksperimen di Fakultas Psikologi USU.

Setelah melalui uji validitas, kemudian dilakukan pengujian reliabilitas alat ukur. Prosedur pengukuran reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah interitem reliability. Interitem reliability adalah sejauh mana setiap bagian dari kuesioner, tes, atau pengukuran yang didesain untuk mengukur variabel yang sama dapat menghasilkan hasil yang konsisten (Myers & Hansen, 2006). Prosedur pengukuran interitem reliability menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan cara melakukan pengukuran satu kali pada sekelompok individu sebagai sampel. Pendekatan ini dipilih untuk menghindari adanya masalah-masalah yang biasanya timbul dari pendekatan lain, seperti faktor pembelajaran pada subjek yang sama jika dilakukan pendekatan tes ulang (Azwar, 2004).

Metode perhitungan koefisien reliabilitas yang digunakan adalah formula koefisien alfa. Formula ini dipilih karena dapat digunakan pada aitem-aitem yang diberi skor dikotomi. Perhitungan koefisien alfa dilakukan dengan menggunakan program aplikasi perhitungan satatistika pada komputer, SPSS 20 for windows.

I. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

Uji coba alat ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin dilaksanakan selama tiga hari pada tanggal 2–4 Desember 2014. Uji coba melibatkan 30 orang yang sesuai dengan karakteristik populasi. Uji coba dilakukan di ruang monitor Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.


(45)

1. Uji Validitas

Jenis validitas yang diuji adalah validitas isi. Validitas isi diuji melalui bantuan profesional judgement., yaitu Dina Nazriani, M.A. selaku dosen departemen psikologi umum dan eksperimen di Fakultas Psikologi USU pada bulan Desember 2014.

2. Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas melalui formula koefisien alfamenghasilkan koefisien

reliabilitas α =.539 yang termasuk dalam kategori cukup. Walaupun tidak

termasuk dalam kategori memuaskan, alat ukur ini tetap bisa digunakan, sebab selain koefisien reliabilitas, bobot faktor-faktor dalam tes juga turut diperhitungkan dalam pengukuran. Selain itu, menurut Guilford dalam Azwar (2004), koefisien reliabilitas yang sangat tinggi dapat menimbulkan rasa aman semu dalam diri pemakai tes sehingga dapat melupakan orang akan kemungkinan adanya bias dan overestimasi terhadap reliabilitas yang sesungguhnya.

J. PROSEDUR PELAKSANAAN EKSPERIMEN 1. Persiapan Eksperimen

Peneliti terlebih dahulu mempersiapkan hal-hal yang diperlukan selama proses penelitian sebelum dilaksanakan proses eksperimen. Pertama, peneliti menyiapkan ruangan dan alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan pemberian perlakuan berupa presentasi materi ilusi persegi Helmholtz. Ruangan yang disiapkan adalah ruangan yang dapat memuat memuat 31 orang. Alat-alat yang


(46)

31

diperlukan adalah LCD dan laptop. Selanjutnya, peneliti menyiapkan ruang eksperimen yang digunakan untuk pengambilan data. Didalam ruang eksperimen, peneliti menyiapkan sebuah meja dan kursi. Meja digunakan sebagai tempat pasangan manekin.ditampilkan di hadapan setiap subjek. Kursi digunakan sebagai tempat duduk subjek ketika melihat pasangan manekin yang ditampilkan.

2. Pelaksanaan Eksperimen

Eksperimen dilaksanakan selama dua hari. Pada hari pertama dilakukan pengujian kepada kelompok kontrol sejumlah 15 orang. Pada hari kedua dilakukan pengujian kepada kelompok eksperimen sejumlah 16 orang. Total respon kedua kelompok terhadap ketetapan ukuran manekin kemudian dibandingkan untuk mengetahui adanya pengaruh pengetahuan awal berupa materi ilusi persegi Helmholtz yang dipresentasikan oleh eksperimenter terhadap ketetapan ukuran.

a. Sesi Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol adalah kelompok subjek tidak diberi pembekalan pengetahuan tentang ilusi persegi Helmholtz. Pertama, subjek dipanggil kedalam ruang eksperimen satu persatu. Didalam ruang eksperimen, subjek diberikan tempat duduk dan meja untuk menulis respon di kertas respon yang telah disediakan. Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan pertama yaitu manekin DH-AV keatas meja. Kemudian, subjek diinstruksikan untuk memilih jawaban untuk aitem 1 pada kertas respon.


(47)

Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan manekin kedua yaitu AV-FH dan subjek diinstruksikan untuk memilih jawaban untuk aitem 2 pada kertas respon. Demikian seterusnya pada pasangan manekin BH-AV, BH-EV, CV-DH, CV-BH, AV-DH, FH-EV, CV-FH, DH-EV, AV-BH, EV-FH, BH-CV, FH-AV, EV-DH, FH-CV, EV-BH, dan DH-CV. Kemudian subjek diinstruksikan untuk menjawab aitem sesuai urutan penampilan pasangan manekin tersebut. Setelah selesai menjawab 18 aitem di kertas respon, subjek meninggalkan ruang eksperimen. Prosedur yang sama kemudian dilakukan kepada 14 subjek lainnya secara bergantian.

b. Sesi Kelompok Eksperimental

Kelompok eksperimental adalah kelompok subjek yang dibekali pengetahuan tentang ilusi persegi Helmoltz. Pengetahuan diberikan melalui prosedur presentasi oleh asisten peneliti kepad 16 subjek kelompok eksperimen sekaligus. Presentasi dilakukan di ruang presentasi dan berlangsung selama 15 menit.

Setelah sesi presentasi, subjek dipanggil kedalam ruang eksperimen satu persatu. Didalam ruang eksperimen, subjek diberikan tempat duduk dan meja untuk menulis respon di kertas respon yang telah disediakan. Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan pertama yaitu manekin DH-AV keatas meja. Kemudian, subjek diinstruksikan untuk memilih jawaban untuk aitem 1 pada kertas respon. Kemudian, eksperimenter mengangkat pasangan manekin kedua yaitu AV-FH dan subjek diinstruksikan untuk memilih jawaban untuk


(48)

33

aitem 2 pada kertas respon. Demikian seterusnya pada pasangan manekin BH-AV, BH-EV, CV-DH, CV-BH, AV-DH, FH-EV, CV-FH, DH-EV, AV-BH, EV-FH, BH-CV, FH-AV, EV-DH, FH-CV, EV-BH, dan DH-CV. Kemudian subjek diinstruksikan untuk menjawab aitem sesuai urutan penampilan pasangan manekin tersebut. Setelah selesai menjawab 18 aitem di kertas respon, subjek meninggalkan ruang eksperimen. Prosedur yang sama kemudian dilakukan kepada 15 subjek lainnya secara bergantian.

K. TEKNIK ANALISIS DATA

Variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal sebagai variabel bebas dan ketetapan ukuran sebagai variabel tergantung. Kedua variabel termasuk dalam jenis data nominal. Data nominal adalah data yang skor nya merupakan lambang dari kategori variabel. Variabel bebas terdiri dari dua kategori yakni ada atau tidak ada pengetahuan awal. Variabel tergantung terdiri dari dua kategori yakni ketetapan ukuran yang tepat (sesuai kenyataan) dan tidak tepat (menyimpang). Dengan demikian, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode statistika nonparametrik.

Jenis hipotesis yang diajukan adalah hipotesis komparatif yakni membandingkan total respon ketetapan ukuran antara kelompok yang memiliki dan tidak memiliki pengetahuan awal. Teknik analisis data yang digunakan adalah

uji chi square dengan tabel kontingensi 2 x 2 apabila memenuhi syarat. Syarat uji

chi square adalah tidak terdapat lebih dari 20% nilai expected yang kurang dari 5.


(49)

fisher. Hipotesis penelitian (Ha) diterima jika p <.05 (taraf siginfikansi yang diperoleh dari hasil perhitungan uji chi square). Berikut adalah tabel kontigensi

chi square 2 x 2:

Tabel 2. Tabel Kontingensi Pengetahuan Awal dan Ketetapan Ukuran Tetap Tidak

tetap

Total

Tidak Ada Pengetahuan Awal A C A + C

Ada Pengetahuan Awal B D B + D

Total A + B C + D N


(50)

35

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. ANALISIS DATA

1. Gambaran Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah individu dalam rentang usia 13 sampai 19 tahun. Subjek dibagi ke dalam dua kelompok, yakni kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Berikut adalah tabel proporsi jumlah kedua kelompok:

Tabel 3. Proporsi Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Kelompok Jumlah Persentase

Kontrol 15 49%

Eksperimen 16 51%

Total 31 100%

Subjek di masing-masing kelompok dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori ketetapan ukuran yang tepat (sesuai kenyataan) dan tidak tepat (menyimpang). Kategori tepat adalah subjek yang mempersepsikan perbedaan ukuran manekin sesuai dengan kenyataan objek. Kategori tidak tepat adalah subjek yang mempersepsikan perbedaan ukuran manekin tidak sesuai kenyataan objek. Kategorisasi kedua kelompok diperoleh dengan melakukan pengukuran menggunakan alat ukur Perangkat Ilusi Persegi Helmholtz dalam Bentuk Manekin.

a. Gambaran Kelompok Kontrol

Kelompok kontrol berjumlah 15 subjek yang terdiri dari 13 laki-laki dan 2 perempuan. Subjek terdiri dari tiga kelompok usia yakni, 1 subjek berusia 16


(51)

tahun, 11 subjek berusia 18 tahun , dan 3 subjek lainnya berusia 19 tahun. Pada kelompok ini, frekuensi respon yang menjawab ketetapan ukuran sesuai kenyatan objek (kategori tepat) lebih banyak daripada respon jawaban menyimpang dari kenyataan objek (kategori tidak tepat). Berikut adalah tabel frekuensi respon pada kelompok kontrol :

Tabel 5.Frekuensi Respon Kelompok Kontrol

b. Gambaran Kelompok Eksperimen

Kelompok eksperimen terdiri dari 16 subjek laki-laki. Subjek terdiri dari dua kelompok usia yakni 12 subjek berusia 18 tahun dan 6 subjek lainnya berusia 19 tahun. Pada kelompok ini, frekuensi respon yang menjawab ketetapan ukuran sesuai kenyataan objek (kategori tepat) meningkat jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan frekuensi respon yang menjawab ketetapan ukuran menyimpang dari kenyataan objek (kategori tidak tepat) menurun jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berikut adalah tabel frekuensi respon kelompok eksperimen :

Tabel 4.Frekuensi Respon Kelompok Eksperimen

2. Hasil Penelitian

Kategori Frekuensi respon

Tepat 162

Tidak tepat 108

Total 270

Kategori Ketetapan ukuran Frekuensi Respon

Tepat 192

Tidak tepat 95


(52)

37

Uji statistika yang dilakukan dalam penelitian ini adalah perhitungan nilai

expected count untuk setiap kategori. Perhitungan nilai expected count dilakukan

untuk mengetahui apakah data penelitian dapat diolah menggunakan uji statistika

chi square atau tidak. Perhitungaan nilai expected count dilakukan dengan

menggunakan bantuan SPSS 20 for Windows. Data penelitian dapat diolah menggunakan uji statitika chi square apabila nilai expected count yang kurang dari 5 tidak lebih dari 20%. Berdasarkan tabel dibawah, nilai expected count terendah adalah 95 dan tidak ada yang kurang dari 5. Dengan demikian data penelitian dapat diolah menggunakan uji statistika chi square.

Tabel 6. Nilai Expected Count

KetetapanUkuran Total Tetap Tidak

Tetap

PengetahuanAwal Ada

Count 162 108 270

Expected

Count 171.6 98.4 270.0

Tidak Ada

Count 192 95 287

Expected

Count 182.4 104.6 287.0

Total

Count 354 203 557

Expected

Count 354.0 203.0 557.0

b. Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap ketetapan ukuran. Hipotesis nol akan ditolak apabila nilai p <.05. Berikut adalah hasil uji chi square terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(53)

Tabel 7. Hasil Uji Chi Square

Berdasarkan hasil uji chi square terhadap kelompok kontrol yang tidak memiliki pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz dan kelompok eksperimen yang memiliki pengetahuan awal tentang ilusi persegi Helmholtz, hipotesis penelitian ditolak dan hipotesis nol diterima yaitu tidak ada pengaruh pengetahuan awal terhadap ketetapan ukuran, x2(1) = 2.859, p =.091.

B. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji hipotesis, hipotesis penelitian ini ditolak dan hipotesis nol diterima yakni pengetahuan awal tidak memiliki pengaruh terhadap ketetapan ukuran. Tidak ada perbedaan ketetapan ukuran yang signifikan antara kelompok dan kontrol dan kelompok eksperimen. Jadi, sebelum subjek menjawab perbedaan lebar kedua manekin, ada atau tidaknya pengetahuan awal subjek mengenai ilusi persegi Helmholtz tidak turut mempengaruhi persepsi subjek terhadap perbedaan lebar manekin yang berpakaian motif garis-garis vertikal ataupun horizontal.

Hasil penelitian ini berseberangan dengan penemuan sebelumnnya yang mengungkapkan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi persepsi (Rahman & Shomer , 2008; Gregory, 1997; Goldstein, 2010; Carlson dalam Shea, 2013). Menurut perspektif psikologi kognitif persepsi tidak dikontrol oleh stimulus saja, tetapi juga latar belakang pengetahuan mengenai stimulus dan proses logika (Gregory, 1997). Selanjutnya, keterlibatan pengetahuan awal dalam

Value Df Asymp.Sig. (2-sided)


(54)

39

proses persepsi dijelaskan dalam proses persepsi top-down. Goldstein (2010) mengungkapkan dalam proses persepsi top-down, harapan, teori, atau konsep yang dimiliki perceiver menuntunnya memilih dan mengkombinasikan informasi dari lingkungan lalu diolah melalui proses kognitif. Penelitian ini tidak menunjukkan hasil yang mendukung teori tersebut.

Terdapat beberapa kelemahan dalam penelitian ini yang membuatnya tidak mendukung teori persepsi top-down. Pertama, penelitian ini tidak mempertimbangkan faktor voluntary dalam proses persepsi top-down. Seperti yang diungkapkam oleh Shea (2013), proses persepsi top-down bersifat voluntary, artinya pengaruh ini tergantung dari kemauan individu. Penelitian menggunakan teknik presentasi sebagai sarana pembekalan pengetahuan awal kepada kelompok eksperimen. Pengetahuan awal yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah prinsip ilusi persegi Helmholtz. Dari prinsip tersebut subjek dapat mengetahui dua informasi, pertama motif garis-garis vertikal pada pakaian dapat membuat tubuh terlihat lebih lebar dan motif garis-garis horizontal membuat tubuh terlihat lebih ramping. Kedua, apabila dilihat lebih teliti, tubuh dengan pakaian motif garis-garis vertikal ataupun horizontal tidaklah berbeda sebab hal tersebut hanyalah ilusi, motif garis-garis tidak membuat tubuh berubah ukuran.

Penelitian ini tidak melibatkan prosedur yang dapat dapat mengontrol kemauan subjek dalam memutuskan apakah dia akan menggunakan pengetahuan yang disediakan peneliti atau tidak. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat mengontrol apakah subjek akan menggunakan pengetahuannya atau tidak. Walalupun, subjek menggunakan pengetahuannya, peneliti juga tidak melibatkan


(55)

prosedur yang dapat memastikan apakah subjek akan menggunakan informasi pertama atau kedua dalam pengetahuannya ketika berhadapan dengan objek ilusi persegi Helmholtz dalam bentuk manekin.

Presentasi diberikan dalam waktu 15 menit. Dengan kata lain, peneliti hanya memiliki waktu 15 menit untuk mengedukasi subjek tentang prinsip ilusi. Penelitian berikutnya sebaiknya menggunakan teknik yang lebih komprehensif ketika melakukan pembelakan pengetahuan, seperti presentasi yang disertai diskusi dan role play yang lebih menarik sehingga informasi yang diberikan selama presentasi melekat lebih lama di ingatan subjek eksperimen. Selain itu, penelitian berikutnya harus mempertimbangkan perlakuan yang tepat yang dapat mempersuasi subjek setelah pembekalan pengetahuan, sehingga subjek memiliki kemauan untuk menggunakan informasi dalam presentasi ketika berhadapan dengan objek persepsi.

Kedua, penelitian ini tidak membedakan subjek yang memiliki penglihatan normal dan tidak normal. Penelitian ini menggunakan prinsip persepsi visual yang melibatkan mata. Dengan kata lain, perbedaan hasil persepsi mungkin bisa terjadi pada perceiver yang memiliki penglihatan normal dan tidak. Penelitian berikutnya sebaiknya memastikan semua subjek penelitian memiliki penglihatan yang normal sehingga tidak ada variabel lain yang turut mempengaruhi hasil penelitian.

Ketiga, penelitian ini menggunakan alat ukur yang reliabilitasnya cukup. Alat ukur penelitian ini didesain oleh peneliti sendiri berdasarkan prinsip ilusi persegi Helmholtz. Walaupun sebelumnya ada beberapa peneliti yang mengadaptasi prinsip ilusi ini pada objek-objek lain, seperti tabung, gaun, dan


(56)

41

manekin setengah badan (Thompson, 2008; Thompson & Mikellidou, 2009, 2011), namun masih diperlukan penelitian lanjutan untuk mendukung prinsip ilusi ini. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan penggunaan alat ukur dengan validitas dan reliabilitasnya sudah teruji dengan baik.

Keempat, pengukuran ketetapan persepsi dalam penelitian kurang praktis. Eksperimenter harus mengangkat 18 pasangan manekin secara bergantian ke atas meja untuk dibandingkan ukurannya oleh subjek eksperimen. Prosedur ini cukup melelahkan dan kurang praktis bagi eksperimenter. Penelitian selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan pelaksanaan eksperimen yang lebih praktis untuk mengukur perbedaan ketetapan ukuran menggunakan pasangan-pasangan manekin.

Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan awal akan objek persepsi tidak selalu mempengaruhi hasil persepsi. Bagaimana individu melihat perbedaan ukuran antara tubuh yang berpakaian garis-garis vertikal dibanding horizontal tidak selalu dipengaruhi oleh pengetahuan awal individu mengenai prinsip ilusi persegi Helmholtz. Kemauan individu untuk meyakini dan menggunakan pengetahuan awal juga diperlukan sehingga pengetahuannya dapat memberi pengaruh terhadap hasil persepsi.


(57)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan awal tidak sepenuhnya mempengaruhi ketetapan ukuran. Pengaruh pengetahuan awal tergantung pada kemauan individu apakah dia akan menggunakannya atau tidak dalam proses persepsi.

B. SARAN 1. Saran Praktis

Saran praktis adalah saran yang ditujukan peneliti untuk pengguna pakaian. Berikut adalah saran praktis penelitian :

Peneliti menyarankan individu untuk lebih mempertimbangkan pengetahuan yang dimilikinya dalam mempersepsikan segala sesuatu, khususnya ukuran tubuhnya sendiri atau orang lain.

2. Saran Metodologis

Saran metodologis ditujukan untuk penelitian berikutnya mengenai persepsi khususnya persepsi visual. Penelitian ini tidak luput dari kekurangan, oleh sebab itu berikut adalah beberapa saran metodologis yang dapat dipertimbangkan untuk membuat penelitian selanjutnya menjadi lebih baik :


(58)

43

a. Peneliti hendaknya mempertimbangkan faktor kemauan subjek yang turut berperan dalam proses persepsi top-down yang bersifat voluntary.

b. Peneliti hendaknya mempertimbangkan kemampuan melihat semua subjek, sebab dalam penelitian ini, peneliti tidak mengontrol perbedaan subjek yang berpenglihatan normal dan tidak normal.

c. Peneliti hendaknya mempertimbangkan metode yang lebih efisisen dan efektif dalam pembekalan pengetahuan yang dapat membangkitkan kemauan subjek untuk menggunakan pengetahuan awalnya dalam proses persepsi.

d. Peneliti hendaknya mempertimbangkan metode yang lebih praktis dalam menguji ketetapan ukuran, khususnya lebar tubuh.

e. Garis-garis vertikal dan horizontal hanyalah salah satu dari banyak motif yang diyakini masyarakat umum dapat memberi efek merampingkan atau melebarkan tubuh. Peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk menggunakan motif atau bentuk pakaian lain sebagai sumber ilusi guna mendukung hasil penelitian.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

____.(2013, 7 Maret). Fashionable untuk Si Tubuh Berisi. http://female.kompas.com/read/2013/03/07/12351352/. Diakses pada 12 Mei 2013.

____.(2013, 10 Juni). Pilihan Stylish buat Si Curvy. [Online]. http://www.kawankumagz.com/read/pilihan-stylish-buat-si-curvy/. Diakses pada 19 Juni 2013.

Azwar, S. (2004). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Franka (2010, 16 Pebruari). Rahasia Tampil Lebih Langsing. [Online]. http://www.tabloid nova.com/layout/set/print/Nova/Tips/Rahasia-Tampil-Lebih-Langsing/. Diakses pada 12 September 2014.

Goldstein, Goldstein. (2010). Sensation and Perception eighth edition. Belmont: Wadsworth.

Gregory, R. L. (1997). Eye and Brain; Psychology of Seeing. New Jersey: Princeton.

Gregory, R. L. (1997). Knowledge in Perception and Illusion. Bristol: University of Bristol

Hadi, S. (2000). Methodology Research [Jilid I, edisi I]. Yogyakarta: Andi Offset. Helmholtz, H. (1867). Helmholtz Treatise on Physiological optics (translated

from 3rd German edition). Leipzig, Germany: Barth.

Hucklebury. (2013, 9 Januari). The Right Fit And Style Of Shirt For Your Body

Type. [Online].

http://artofstyle.hucklebury.com/the-right-fit-and-style-of-shirt-for-your-body-type/. Diakses pada 12 September 2014.

Kira, Miss. (2014, 25 Maret). 5 Trik Tampil Maksimal dengan Baju Garis. http://diarykiranti.com/news/thread/343/5-trik-tampil-maksimal-dengan-baju-garis/. Diakses pada 12 September 2014

Lahey, Benjamin. (2004). Psychology: an Introduction eighth edition. New York: McGraw-Hill.

Levine, Michael., & Shefner, Jeremy. (1991). Fundamental of Sensation and

Perception, second edition. California: Wadsworth.

Lukiesh, Matthew. (1922). Visual Illusions; Their Causes, Characteristics and


(1)

TABEL RESPON KELOMPOK KONTROL

No Nama Respon Berdasarkan Urutan Penampilan Pasangan Manekin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 Evander B A A A C B A C C C C C A A C C B C 2 Rindam A A A A C B A C C C B A A B C B B C 3 Ericho B A C A B B C C C C C C A B C B B C 4 Ferdinan C A A A C B C C C C C C A B C C B A 5 Fajar B A A A A B A A A A A A A B B B B A 6 Hardonas A A A A C B A C C A B C A B C B B C 7 Budianson A B A A B B A B B B A B A B A B B A 8 Brata C C A A C B B C B A B C A B C A B B 9 Boris B A C A C B A C C C C C A A C C B C 10 Sabila B B C B B B A B A A B B A B C B B C 11 Eidy C A A A B B A A A A B A A B B C B A 12 Rizky C A A C C C C B C C C B C B C C C C 13 Husni B A A A C B A C A C C C A B C C B C 14 Muammar B A C A A B A A A B A B A B B B B C 15 Kartika A A A A B B A A C C B C A B C C B C


(2)

TABEL RESPON KELOMPOK EKSPERIMEN

No Nama Respon Berdasarkan Urutan Penampilan Pasangan Manekin

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 Fauzi B A C A C B A C C A C C A B C C B C 2 Stefano B A C A A B A B C A B A A B B B B C 3 Reymond B A A A C B A C C A C A A B B C B C 4 Jan B A C A C B A B C A C C A B B C B C 5 Reynaldo B A A A A B A B A A A A A B B B B A 6 Ivan B A A A B B A C C C B A A B B B B C 7 Jhon B A A B A B B A B B A A A B A B A B 8 Ryzki B A B A C C A C C B C C C C C C A C 9 Kasmas B A A A C B A C C C C C A B C C B C 10 David B A B B B B A B A B A A A B B B B B 11 Rendi B A A A B B A B B A C C A B B B B A 12 Rikki B B A A B B C B C C C C A B B B B C 13 Pasaribu B A C A C B A B A B A C B B C B B A 14 Bastian B A C B A B A A B C C A A B A B B C 15 Hari B A C A C B A B A C C C A B B B B B 16 Immanuel B A C A B B A B A C A A A B A B B C


(3)

TABEL FREKUENSI RESPON KETETAPAN UKURAN KELOMPOK

KONTROL (TIDAK ADA PENGETAHUAN AWAL)

No

Nama

Kategori

Size

constancy

Tepat

Tidak tepat

1

Evander

12

6

2

Rindam

11

7

3

Ericho

13

5

4

Ferdinan

10

8

5

Fajar

12

6

6

Hardonas

13

5

7

Budianson

7

11

8

Brata

9

9

9

Boris

13

5

10

Sabila

11

7

11

Eidy

10

8

12

Rizky

5

13

13

Husni

14

4

14

Muammar

13

5

15

Kartika

9

9

Jumlah

162

108


(4)

TABEL FREKUENSI RESPON KATEGORI KETETAPAN UKURAN

KELOMPOK EKSPERIMEN (ADA PENGETAHUAN AWAL)

No

Nama

Kategori

Size

constancy

Tepat

Tidak tepat

1

Fauzi

15

3

2

Stefano

13

5

3

Reymond

14

4

4

Jan

15

3

5

Reynaldo

12

6

6

Ivan

12

6

7

Jhon

6

12

8

Ryzki

9

9

9

Kasmas

12

5

10

David

10

8

11

Rendi

13

5

12

Rikki

11

7

13

Pasaribu

12

6

14

Bastian

11

7

15

Hari

15

3

16

Immanuel

12

6


(5)

HASIL UJI STATISTIKA

LAMPIRAN 7a

NILAI EXPECTED COUNT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PengetahuanAwal *

KetetapanUkuran 557 100.0% 0 0.0% 557 100.0%

PengetahuanAwal * KetetapanUkuran Crosstabulation

KetetapanUkuran Total Tepat Tidak Tepat

PengetahuanAwal Ada

Count 162 108 270

Expected

Count 171.6 98.4 270.0

Tidak Ada

Count 192 95 287

Expected

Count 182.4 104.6 287.0

Total

Count 354 203 557

Expected

Count 354.0 203.0 557.0

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 98.40.


(6)

LAMPIRAN 7b

HASIL UJI HIPOTESIS

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson

Chi-Square 2.859

a 1 .091

Continuity

Correctionb 2.569 1 .109

Likelihood Ratio 2.860 1 .091

Fisher's Exact Test .095 .054

N of Valid Cases 557 b. Computed only for a 2x2 table