V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Lapangan Keadaan topografi di lokasi penelitian terbagi menjadi 3 jenis kelerengan
antara lain : datar 0-15 , sedang 15-25 dan curam 25-40 . Masing- masing keadaan topografi memiliki tingkat kerapatan tegakan yang berlainan.
Pada kelerengan datar dan sedang, umumnya memiliki tingkat kerapatan tegakan yang relatif rendah dengan sedikit tumbuhan bawah di sekitar tegakan. Hal ini
berbeda dengan kelerengan curam yang memiliki tingkat kerapatan tegakan yang relatif tinggi dan banyak terdapat tumbuhan bawah di sekitar tegakan.
Tegakan yang dipilih sebagai bahan penelitian adalah damar Agathis loranthifolia Salisb. Pemilihan tegakan agathis ini dilakukan secara acak dengan
memperhatikan kondisi tegakan itu sendiri. Kondisi tegakan harus dalam keadaan baik dan sehat seperti tidak terserang hama dan penyakit, tidak cacat secara fisik
bengkok, patah dll, tidak terdapat callus benjolan pada batang pohon akibat pelukaan sebelumnya yang terlalu dalam dan tidak tersambar oleh petir.
Kemudian tegakan dibagi menjadi 4 kelas diameter yaitu kelas I 30-40 cm, kelas II 41-50 cm, kelas III 51-60 cm dan kelas IV 61 cm.
B. S tep Test
Pengukuran melalui denyut jantung merupakan salah satu cara dari metode pengukuran secara tidak langsung yang dapat dipakai untuk mengukur besarnya
pengeluaran energi pekerja dalam melakukan aktifitas kerja di lapangan. Denyut jantung pekerja tidak hanya dipengaruhi oleh beban kerja fisik saja, tetapi juga
dipengaruhi oleh beban kerja mental atau faktor psikologisnya. Oleh karena itu untuk mengetahui beban kerja fisik seseorang dengan pengukuran denyut jantung
diperlukan adanya suatu kalibrasi. Salah satu metode yang dapat dipergunakan untuk mengkalibrasi denyut jantung pekerja adalah metode step test. Sebelum
melakukan kerja berupa kegiatan penyadapan kopal, terlebih dahulu pekerja melakukan kegiatan naik-turun kotak kayu setinggi 30 cm dengan frekuensi
langkah 10, 15, 20, 25, 30, 35 dan 40 siklusmenit. Satu siklus adalah sekali naik dan sekali turun kotak kayu.
Gambar 1. Pengukuran step test pada salah seorang pekerja
Hasil pengukuran denyut jantung pekerja pada saat melakukan step test disajikan dalam Tabel 5 berikut ini :
Tabel 5. Pengukuran denyut jantung masing-masing pekerja pada saat step test.
Frekuensi step test stepmenit
Denyut Jantung denyutmenit Jujun Tuhidin Acem
10 82
106 86
15 92
112 91
20 98
119 109
25 106
123 111
30 109
128 114
35 110
132 117
40 112
138 122
Kemudian denyut jantung pekerja yang diperoleh dari hasil pengukuran step test dicari hubungannya dengan beban kerja yang berupa frekuensi langkah step
sehingga dapat dihasilkan suatu persamaan garis linear. Hasil persamaan garis linear dari ketiga pekerja tersebut adalah :
• Bapak Jujun : y = 0.924 µ - 68.576 • Bapak Tuhidin : y = 0.959 µ - 92.590
• Bapak Acem : y = 0.756 µ - 56.031
Di mana : y = Frekuensi step test stepmenit µ = Denyut jantung pekerja saat step test denyutmenit
Hasil persamaan garis linear di atas dari ketiga pekerja menunjukkan adanya perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena berbedanya respon denyut jantung
dari masing-masing pekerja akibat perlakuan berbagai frekuensi step tersebut pada kegiatan step test. Selain itu terdapat faktor lain yang turut mempengaruhi
terjadinya perbedaan persamaan tersebut, salah satunya adalah kondisi psikologis pekerja. Kondisi psikologis dari masing-masing pekerja belum tentu sama ketika
menghadapi kegiatan step test. Adapun ketidaksamaan ini disebabkan karena kesiapan mental dari masing-masing pekerja berbeda-beda.
Hasil penelitian Mulyana 2002 menjelaskan bahwa ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi denyut jantung pekerja saat melakukan kegiatan
step test, salah satunya adalah kondisi psikologis pekerja. Kondisi psikologis pekerja yang tidak tenang dapat mempengaruhi irama denyut jantung pekerja
untuk bekerja lebih cepat. C. Penyadapan Kopal dengan Metode Sayatan
C.1. Persiapan
Kegiatan persiapan dilakukan pada saat pertama kali melakukan penyadapan kopal. Kegiatan ini disebut juga sebagai kegiatan pendahuluan yang bertujuan
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja penyadapan kopal khususnya ketika akan melakukan kegiatan pelukaan yang baru pembaharuan luka sehingga
diharapkan pekerja akan bekerja lebih mudah dan pengeluaran energinya relatif kecil. Hasil perhitungan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan
kegiatan persiapan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan kkalmenit.
Kelerengan Kelas Diameter
Total Rataan Kelas I
Kelas II Kelas III
Kelas IV Datar
7.926 7.700 6.570 6.121 28.317 7.079
7.537 6.045 7.029 6.543 27.154 6.789
6.175 6.974 6.974 7.973 28.096 7.024
Sub total 21.638 20.719 20.573 20.637
83.567 6.964
Rataan 7.213 6.906 6.858 6.879
Sedang 5.441 6.570 7.251 7.022 26.284
6.571 6.045 5.548 7.040 6.045 24.678
6.170 8.971 9.770 7.565 8.772 35.078
8.770
Sub total 20.457 21.888 21.856 21.839
86.040 7.170
Rataan 6.819 7.296 7.285 7.280
Curam 6.573 6.796 7.025 6.799 27.193
6.798 7.277 6.532 7.526 6.791 28.126
7.032 8.164 8.572 7.774 7.366 31.876
7.969
Sub total 22.014 21.900 22.325 20.956
87.195 7.266
Rataan 7.338 7.300 7.442 6.985
Total 64.109 64.507 64.754 63.432
256.802 7.133
Rataan 7.123 7.167 7.195 7.048
Pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan persiapan adalah 7.133 kkalmenit. Adapun rata-rata pengeluaran
energi pekerja pada masing-masing kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 6.964 kkalmenit, 7.170 kkalmenit dan 7.266 kkalmenit.
Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelas diameter I, II, III, dan IV secara berturut adalah 7.123 kkalmenit, 7.167
kkalmenit, 7.195 kkalmenit, dan 7.048 kkalmenit. Berdasarkan tabel tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi Tabel 1 dapat diketahui
bahwa rata-rata energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada kegiatan persiapan sebesar 7.133 kkalmenit termasuk dalam tingkat kerja sedang.
Untuk mengetahui pengaruh kelerengan dan kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan persiapan ini perlu
dilakukan pengolahan statistik dan uji-F terhadap pengeluaran energinya. Hasil pengujian analisis sidik ragam Tabel 7 menunjukkan bahwa pengaruh
kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 . Hal ini dapat dilihat dari nilai F
hitung
sebesar 0.23 lebih kecil dari nilai F
tabel
sebesar 3.40 pada tingkat nyata 5 . Adapun pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 .
Hal ini ditunjukkan dengan nilai F
hitung
sebesar 0.03 lebih kecil dari nilai F
tabel
sebesar 3.01 pada tingkat nyata 5 .
Tabel 7. Analisis sidik ragam kegiatan persiapan
Sumber Keragaman
Db JKT KT Fhit
Ftabel 0.05 0.01
Kelerengan 2 0.573
0.286 0.23
tn
3.40 5.61 Kelas diameter
3 0.111
0.037 0.03
tn
3.01 4.72 Interaksi 6
0.981 0.164
0.13
tn
2.51 3.67 Galat 24
30.109 1.255
Total 35 31.773
tn = tidak nyata pada tingkat nyata 5
Gambar 2. Pembersihan kulit pohon damar dengan menggunakan bark shaver
Gambar 3. Pembuatan pola sadap pada Gambar 4. Pemasangan talang sadap pohon damar pada pohon damar
C.1.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan dalam kegiatan
persiapan adalah kelerengan datar sebesar 6.964 kkalmenit, sedang sebesar 7.170 kkalmenit dan curam sebesar 7.266 kkalmenit. Adapun besarnya tingkat kerja
berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelerengan datar, sedang dan curam termasuk dalam kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya
pengeluaran energi pekerja relatif sama di setiap kelerengan.
Hasil analisis sidik ragam Tabel 7 menunjukkan bahwa kelerengan tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada kegiatan
persiapan pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya kenaikan kelerengan.
Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan datar, sedang dan curam menghasilkan nilai yang berbeda. Namun
perbedaan pengeluaran energi pekerja tersebut relatif kecil sehingga pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini diduga
karena pekerja mengalami kesulitan yang sama saat melakukan kegiatan persiapan pada kelerengan datar, sedang dan curam. Oleh karena itu pada kegiatan persiapan
ini perbedaan kelerengan tidak menyebabkan adanya peningkatan pengeluaran energi pekerja yang nyata.
Kesulitan yang terjadi lebih disebabkan karena pekerja belum terbiasa untuk melakukan kegiatan persiapan sehingga pekerja menjadi kurang terampil dalam
melakukan unsur-unsur kerja kegiatan persiapan tersebut. Hal ini dapat memicu kondisi emosi pekerja menjadi meningkat. Kondisi emosi pekerja yang meningkat
akan mempengaruhi denyut jantung untuk berdetak lebih cepat. Akibatnya energi yang dikeluarkan oleh pekerja ikut bertambah besar. Mulyana 2002 menjelaskan
bahwa sistem kerja jantung tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan saja tetapi juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh manusia itu sendiri seperti
emosi. Kondisi emosi yang meningkat menyebabkan energi yang dikeluarkan semakin bertambah besar.
1 2
3 4
5 6
7 8
Datar Sedang
Curam
Kelerengan En
e r
g i
k k
a lm
e n
it
Gambar 5. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan persiapan
C.1.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter dalam
kegiatan persiapan adalah kelas diameter I sebesar 7.123 kkalmenit, kelas diameter II sebesar 7.167 kkalmenit, kelas diameter III sebesar 7.195 kkalmenit
dan kelas diameter IV sebesar 7.048 kkalmenit. Adapun besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas diameter I, II, III dan IV termasuk
kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran
energi pekerja relatif sama di setiap kelas diameter.
Hasil analisis sidik ragam Tabel 7 menunjukkan bahwa kelas diameter tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada
kegiatan persiapan pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya pertambahan kelas diameter pohon.
Gambar 6 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter I, II, III dan IV relatif sama besar. Hal ini diduga karena pekerja
melakukan unsur-unsur kerja kegiatan persiapan yang relatif sama pada kelas diameter I, II, III dan IV sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh
pekerja relatif sama di setiap kelas diameternya. Adapun unsur-unsur kerja pada kegiatan persiapan meliputi pembersihan tumbuhan bawah, pembersihan kulit
bagian terluar pohon, pembuatan pola sadap, pembuatan sadapan awal berupa sayatan, pemasangan talang sadap dan pemasangan penampung getah.
1 2
3 4
5 6
7 8
I II
III IV
Kelas Diameter En
e r
g i
k k
a lm
e n
it
Gambar 6. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan persiapan
C.2. Pembaharuan luka Kegiatan pembaharuan luka ini merupakan lanjutan dari kegiatan persiapan
sebelumnya dengan melakukan proses pelukaan yang baru pada pohon damar yang disesuaikan dengan bentuk pola dan ukuran sadapan awal yang telah dibuat
sebelumnya pada kegiatan persiapan.
Gambar 7. Pembaharuan luka sadapan berupa sayatan
Hasil perhitungan
rata-rata pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan pembaharuan luka dapat dilihat dalam Tabel 8 berikut ini :
Tabel 8. Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan luka kkalmenit.
Kelerengan Kelas Diameter
Total Rataan Kelas I
Kelas II Kelas III
Kelas IV Datar
4.042 5.114 5.131 6.078 20.365 5.091 5.598 4.885 5.308 5.864 21.655 5.414
5.282 4.773 5.692 5.667 21.414 5.354
Sub total 14.922 14.772 16.131 17.609
63.434 5.286
Rataan 4.974 4.924
5.377 5.870
Sedang 5.331 3.714 4.095 5.054 18.194 4.549
5.560 5.180 5.977 5.081 21.798 5.450 5.875 6.945 6.922 6.466 26.208 6.552
Sub total 16.766 15.839 16.994 16.601
66.200 5.517
Rataan 5.589 5.280
5.665 5.534
Curam 7.140 8.627 9.595 9.639 35.001 8.750
8.016 7.499 7.767 6.541 29.823 7.456 6.067 7.372 6.717 7.693 27.849 6.962
Sub total 21.223 23.498 24.079 23.873
92.673
7.723 Rataan 7.074
7.833 8.026
7.958
Total 52.911 54.109 57.204 58.083
222.307 6.175
Rataan 5.879 6.012
6.356 6.454
Pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kegiatan pembaharuan luka adalah 6.175 kkalmenit. Adapun rata-rata
pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelerengan datar, sedang dan curam secara berturut adalah 5.286 kkalmenit, 5.517 kkalmenit dan 7.723
kkalmenit. Sedangkan rata-rata pengeluaran energi pekerja pada masing-masing kelas diameter I, II, III, dan IV secara berturut adalah 5.879 kkalmenit, 6.012
kkalmenit, 6.356 kkalmenit, dan 6.454 kkalmenit. Berdasarkan tabel tingkat kerja fisik manusia berdasarkan pengeluaran energi Tabel 1 dapat diketahui
bahwa rata-rata energi yang dikeluarkan oleh pekerja pada kegiatan pembaharuan luka sebesar 6.175 kkalmenit termasuk dalam tingkat kerja sedang.
Untuk mengetahui pengaruh kelerengan dan kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja pada saat melakukan kegiatan pembaharuan luka ini
perlu dilakukan pengolahan statistik dan uji-F terhadap pengeluaran energinya. Hasil pengujian analisis sidik ragam Tabel 9 menunjukkan bahwa pengaruh
kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja berpengaruh sangat nyata pada tingkat 1 . Hal ini dapat dilihat dari nilai F
hitung
sebesar 21.27 lebih besar dari
nilai F
tabel
sebesar 5.61 pada tingkat nyata 1 . Adapun pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat 5 .
Hal ini ditunjukkan dengan nilai F
hitung
sebesar 0.66 lebih kecil dari nilai F
tabel
sebesar 3.01 pada tingkat nyata 5 .
Tabel 9. Analisis sidik ragam kegiatan pembaharuan luka
Sumber Keragaman
Db JKT KT Fhit
Ftabel 0.05 0.01
Kelerengan 2 43.428
21.714 21.27
3.40 5.61 Kelas diameter
3 2.021
0.674 0.66
tn
3.01 4.72 Interaksi 6
1.701 0.284
0.28
tn
2.51 3.67 Galat 24
24.499 1.021
Total 35 71.649
= sangat nyata pada tingkat nyata 1 tn = tidak nyata pada tingkat nyata 5
C.2.1. Pengaruh kelerengan terhadap pengeluaran energi pekerja Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelerengan dalam kegiatan
pembaharuan luka adalah kelerengan datar sebesar 5.286 kkalmenit, sedang sebesar 5.517 kkalmenit dan curam sebesar 7.723 kkalmenit. Adapun besarnya
tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelerengan datar dan sedang termasuk dalam kategori kerja sedang. Sedangkan kelerengan curam
termasuk dalam kategori kerja berat. Hal ini menandakan bahwa dengan semakin meningkatnya kelerengan maka pengeluaran energi pekerja akan semakin besar.
Hasil analisis sidik ragam Tabel 9 menunjukkan bahwa kelerengan berpengaruh sangat nyata terhadap pengeluaran energi pekerja. Artinya pada
kegiatan pembaharuan luka pengeluaran energi pekerja dipengaruhi oleh adanya kenaikan kelerengan.
Gambar 8 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelerengan curam lebih tinggi dibandingkan dengan kelerengan datar dan sedang.
Hal ini diduga karena semakin tinggi kelerengan maka tingkat kesulitan yang dihadapi oleh pekerja akan semakin besar sehingga menyebabkan energi yang
dikeluarkan oleh pekerja akan semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mulyana 2002 di HPHTI PT Musi Hutan Persada Sumatera Selatan
yang menyebutkan bahwa peningkatan kelerengan dapat mempengaruhi secara nyata terhadap pengeluaran energi pekerja.
Pada kelerengan curam pekerja lebih sulit untuk melakukan kegiatan pembaharuan luka dibandingkan kelerengan datar dan sedang karena kondisi
medannya yang terjal dan dalam. Selain itu banyaknya tumbuhan bawah pada kelerengan curam juga ikut mempengaruhi besarnya kesulitan kerja yang dialami
oleh pekerja selama melakukan kegiatan tersebut. Mulyana 2002 menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyulitkan pekerja dalam melakukan kerja pada
kelerengan curam dibandingkan kelerengan lainnya adalah rumput dan alang- alang. Oleh karena kesulitan kerja yang dialami pekerja pada kelerengan curam
lebih besar dari pada kelerengan lainnya menyebabkan pengeluaran energi pekerja pada kelerengan curam lebih besar dari pada kelerengan datar maupun sedang.
1 2
3 4
5 6
7 8
Datar Sedang
Curam
Kelerengan En
e r
g i
k k
a lm
e n
it
Gambar 8. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelerengan pada kegiatan pembaharuan luka
C.2.2. Pengaruh kelas diameter terhadap pengeluaran energi pekerja Rata-rata pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter dalam
kegiatan pembaharuan luka adalah kelas diameter I sebesar 5.879 kkalmenit, kelas diameter II sebesar 6.012 kkalmenit, kelas diameter III sebesar 6.356
kkalmenit dan kelas diameter IV sebesar 6.454 kkalmenit. Besarnya tingkat kerja berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa kelas diameter I, II, III dan IV termasuk
kategori kerja sedang. Hal ini menandakan bahwa sesungguhnya pengeluaran
energi pekerja relatif sama di setiap kelas diameter.
Hasil analisis sidik ragam Tabel 9 menunjukkan bahwa kelas diameter tidak berpengaruh nyata terhadap pengeluaran energi pekerja Artinya pada
kegiatan pembaharuan luka pengeluaran energi pekerja tidak dipengaruhi oleh adanya pertambahan kelas diameter pohon.
Gambar 9 menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran energi pekerja pada kelas diameter IV lebih besar dari pada kelas diameter I, II dan III. Namun
besarnya perbedaan pengeluaran energi pekerja di antara kelas diameter tersebut relatif kecil sehingga pengeluaran energi pekerja pada setiap kelas diameter
menjadi tidak berbeda nyata. Hal ini diduga karena pekerja melakukan unsur- unsur kerja kegiatan pembaharuan luka yang relatif sama pada kelas diameter I, II,
III dan IV sehingga menyebabkan energi yang dikeluarkan oleh pekerja relatif sama di setiap kelas diameternya. Adapun unsur-unsur kerja pada kegiatan
pembaharuan luka meliputi pembuatan luka sadap berupa sayatan dengan panjang 20 cm, lebar 2 cm dan kedalaman 0.3-0.5 cm membentuk sudut kemiringan 45°.
1 2
3 4
5 6
7 8
I II
III IV
Kelas Diameter En
e r
g i
k k
a lm
e n
it
Gambar 9. Pengeluaran energi pekerja pada berbagai kelas diameter pada kegiatan pembaharuan luka
D. Penyadapan Kopal dengan Metode Koakan