I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Hasil hutan bukan kayu di Indonesia selama ini hanya dianggap sebagai
hasil ikutan setelah kayu sebagai hasil utamanya. Sebenarnya apabila hasil hutan bukan kayu ini dimanfaatkan dengan baik maka akan menghasilkan potensi nilai
ekonomis yang tidak kalah tinggi dibandingkan dengan nilai ekonomis kayu itu sendiri. Selain itu pemanfaatan hasil hutan bukan kayu bila ditinjau dari aspek
sosialnya berperan besar dalam usaha untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Salah satu hasil hutan bukan kayu yang dapat
dimanfaatkan adalah kopal. Kopal adalah sejenis getah yang dihasilkan dari pelukaan kulit pada batang pohon damar Agathis spp yang termasuk ke dalam
famili Araucariaceae. Whitmore 1977 dalam Hidayati 2005 menjelaskan bahwa kopal merupakan eksudat dari kulit pohon damar yang merupakan cairan
kental berwarna jernih atau putih yang semakin lama semakin keras setelah terkontaminasi dengan udara. Daerah penyebaran pohon damar secara alami
tersebar di beberapa daerah di Indonesia antara lain : Sumatera Barat, Sumatera Utara, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya. Adapun kegunaan dari
kopal itu sendiri antara lain sebagai bahan cat, vernis, plastik, lak, tinta cetak, cairan pengering, bahan pelapis tekstil, bahan perekat dan bahan pembungkus
kabel laut atau darat. Pada pemungutan kopal perlu dilakukan proses penyadapan terlebih dahulu
pada pohon damar agar kopal mudah untuk diambil. Proses penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW masih dilakukan secara manual, yaitu
masih menggunakan tenaga manusia. Penggunaan tenaga yang tidak diatur dengan baik selama melakukan penyadapan kopal akan berpengaruh pada
besarnya pengeluaran energi pekerja itu sendiri. Pengeluaran energi yang berlebihan akan menyebabkan beban kerja yang diterima oleh pekerja semakin
tinggi. Tingkat beban kerja yang tinggi akan membahayakan kesehatan pekerja. Selain itu akan turut mempengaruhi kinerja pekerja dan produktivitas kerjanya.
Hingga saat ini para pekerja yang melakukan penyadapan kopal di Hutan Pendidikan Gunung Walat HPGW masih menggunakan metode penyadapan
kopal yang konvensional berupa koakan quarre method. Penggunaan metode koakan dinilai kurang efektif dan efisien khususnya pada saat melakukan kegiatan
pembaharuan luka. Bila ditinjau dari segi pengeluaran energi, maka akan terjadi suatu pemborosan dalam hal penggunaan energi. Penggunaan energi yang tidak
diatur dengan benar akan berpengaruh pada pengeluaran energi pekerja yang semakin tinggi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode penyadapan kopal yang
mampu mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan menggunakan metode sayatan slicing method. Metoda sayatan ini terbagi menjadi 2 kegiatan
utama, yaitu : kegiatan persiapan dan pembaharuan luka. Penelitian ini mencoba untuk menampilkan besarnya pengeluaran energi
pekerja pada saat melakukan penyadapan kopal dengan menggunakan metode sayatan dan metode koakan yang dipengaruhi oleh perbedaan kelas diameter dan
kondisi topografi. Sehingga melalui kedua pengaruh tersebut dapat diketahui perbedaan besarnya pengeluaran energi pekerja dari kedua metode tersebut.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui energi yang dikeluarkan pekerja pada penyadapan kopal. 2. Mengetahui pengaruh kelas diameter pohon dan kelerengan lapangan
terhadap pengeluaran energi pekerja pada penyadapan kopal.
C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu untuk : 1.
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja penyadapan kopal dengan penggunaan energi yang relatif kecil.
2. Memperbaiki kinerja pekerja dan produktivitas kerjanya di lapangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA